09. Judulnya pikir sendiri

444 97 40
                                    

Malam ini kota di guyur hujan, Reyhan yang baru saja kembali setelah bermain bersama ke dua teman laki lakinya bergidik pelan merasakan dingin yang menembus tubuhnya.

Setengah baju laki laki itu basah, tapi ia tetap menjaga sebuah kotak kardus yang ia dekap erat bahkan hingga kardus itu hanya terkena percikan air saja.

Reyhan merogoh saku celananya, tak ia dapati juga kunci kamar kos yang ia cari. Laki laki itu meletakkan kardusnya di depan pintu, melepas bajunya untuk menutupi kardus itu.

Ia berlari lagi ke parkiran, mencari kunci kamarnya yang ternyata benar! Terselip di dashboard motor.

Laki laki itu lekas kembali lagi, membuka pintu bercat coklat tua itu tergesa, tubuhnya sudah sedikit menggigil.

Ia menggendong lagi kardus itu, membawa masuk dan meletakkan di atas meja, ia membawa sebuah lampu belajar kecil yang cukup hangat lalu membuka kardus itu dengan senyum lebar.

Suara kucing dan anaknya membuat laki laki itu nampak bahagia sekali, "Cantik banget si kucing, pengen gue telen rasanya." Ujarnya lalu mengeluarkan satu persatu kucingnya dari dalam kardus.

Ia menarik selimutnya, melipat selimutnya agar bertumpuk tinggi dan nyaman lalu meletakkan semua kucing itu di sana.

"Baek baek dulu di sini, gue mau mandi." Ia menarik handuk, lalu berlalu ke kamar mandi, padahal tubuhnya kedinginan tapi ia biasa saja dan siap untuk mandi air dingin.

Hampir sepuluh menit berlalu lakilaki itu selesai mandi juga, tubuhnya hanya terlilit handuk tapi ia merasa biasa saja, dan sedikit merasa hangat saat melihat kucing dan anaknya yang sudah terlelap.

Ia mendekat, mengelus pelan kepala anak kucing berwarna abu itu dengan sayang.

"Lucu banget si, kalo anak gue udah gue kekepin terus." Ujarnya terlampau gemas, air yang menetes dari rambutnya ke kepala si anak kucing membuat kucing mungil itu mengeong.

"Mwiaw."

Suara itu malah membuat Reyhan tersenyum, "eh anak Ayah bangun, aduh aduh gue gregetan." Ujarnya pelan saat melihat mata si kucing kecil itu yang meredup lagi.

Dia menepuk pipinya pelan lalu menggeleng, "ganti baju dulu bego."

Setelah berpakaian lengkap ia kembali berdiri di dekat meja, mengamati kucing kucing lucu yang membuatnya terasa jatuh cinta.

Namun keasikkannya mengagummi kucing kucing itu teralihkan oleh suara notifikasi ponselnya yang ramai.

Ia meraih ponselnya, rupanya ini adalah group chat ekskul debat, laki laki itu membukanya hingga senyuman kecilnya terbit.

Ia menatap salah satu nomor yang diberi username hanya dengan huruf R besar, dan melihat teman temannya yang memanggil dengan sebutan kak sudah dapat menerjemahkan segala hal yang Reyhan pikirkan.

Laki laki itu hanya memandangi interaksi mereka, ia malas bergabung. Tapi sunggingan senyumnya melebar terus, tangannya iseng menyapa Runa lewat chat pribadi dan mendapat balasan bingung dari gadis itu..

"Ya Allah ini gue kenapa sih." Ia menampar pelan pipi tirusnya, menghilangkan sensasi aneh aneh melihat bubble bubble chat dari Runa.

"Apa sih Rey, gila lo gila." Reyhan menahan senyumnya namun semakin di tahan senyum itu malah melebar.

"WOI AH KENAPA SI." Tegasnya langsung berdiri dari duduknya dan mondar mandir untung menenangkan dirinya yang tidak tau kenapa masih saja ingin tersenyum.

"Setres gue setres." Gumamnya menepuk nepuk pipi berulang kali.

"Tenang aja kali, kenapa si." Saat laki laki itu mulai tenang dan diam, ia kembali meraih ponselnya tapi jantung kembali berdegum saat pesannya di balas oleh Runa. Iya, laki laki itu menyapa si pujaan hatinya duluan.

Azeleo (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang