30. Jaminan

216 47 4
                                    

Perempuan dan laki laki yang tengah berkeliling sambil sesekali menarik sebuah bingkisan saling cekcok, memilih adalah pilihan yang sulit bagi kebanyakan orang di muka Bumi ini.

"Ini aja lah Kak, bagus."

"Gak, terlalu simple itu." Perempuan itu memanyunkan bibirnya sebal.

"Ya terus apa? Ayo dong, ini udah siang banget. Bisa bisa dimarahin si galak." Laki laki itu gantian mencebik.

"Bawel banget."

"Bawel bawel, ayoo ah!" Nampaknya stok kesabaran gadis dengan jaket denim itu menipis.

Laki laki itu menarik beberapa bingkisan cantik yang sudah ia tetapkan, tak perduli pada gadis di sampingnya yang protes karena pilihan dirinya tidak di ambil.

"Kak Reyhan kok nyebelin? Itu'kan Tessa pilih, udah keren tau. Malah ambil pilihan Kak Reyhan yang terlalu simple." Reyhan melirik gadis itu sejenak lalu acuh lagi dan berjalan menuju kasir.

Reyhan meletakkan barang barang yang ia ambil, lalu membuka tas untuk mencari dompetnya.

Hingga seluruh belanjaan mereka di barcode, laki laki yang menjulang tinggi itu tidak juga berhenti mengobrak-abrik tasnya.

Tessa menoleh, gadis itu menaikkan alisnya bingung. Beberapa konsumen hendak protes karena keduannya terlalu lamban.

"Maaf ada yang bisa kami bantu Kak?" Suara ramah sang penjaga supermarket membuat Reyhan mendongak.

Pelipisnya sudah berkeringat, Tessa merasakan hawa hawa yang sepertinya kurang baik di sini. Gadis itu memicingkan matanya menatap Reyhan dari atas hingga bawah membuat laki laki itu menoleh ke arahnya.

"Dompet gue ketinggalan, uang iuran jurusan ada disana." Tessa tersenyum tertekan saat kata kata yang Reyhan lontakan benar-benar membuat diri gadis itu ingin meledak-ledak.

"Ketinggalan Kak? Bilang apa Kak? Ketinggalan? Tadi Tessa udah bilang buat teliti! Gimana sih?! Terus gimana?!" Penjaga supermarket itu hanya melirik sekilas dan memilih mengesampingkan belanjaan keduanya ke arah lain, asik menjuali konsumen lain daripada melihat remaja tanggung itu beradu argumen.

"Balik dulu aja ke kost gue gimana? Ambil dompet." Tessa nyaris mengangguk namun instruksi si penjaga kasir membuat mereka saling pandang.

"Kalau mau pulang, bisa berikan jaminan terlebih dahulu Kak?"

"Jaminannya apa?" Tanya Tessa sambil menatap si kasir itu.

"Bisa ponsel atau benda berharga seperti KTP." Balasan halus itu membuat Reyhan menggeleng.

"Gue sih gak mau ninggalin ponsel gue, lo bawa gak?" Tessa merogoh saku roknya lalu meringis pelan.

"Kayaknya Tessa tinggal di rumah deh, tadi lowbat." Keduanya melebarkan senyum, Tessa yang canggung dan Reyhan yang tertekan.

"Kalo KTP gue belum ada, lo aja jadi jaminan ya?" Tessa membolakan matanya, di pikir dirinya apa saja di jadikan jaminan?!

"Gak mau! Tessa gak mau!" Gadis itu menggeleng kekeh, sedangkan si penjaga kasir nampak kian jengah oleh tingkah keduanya.

"Maaf Kak, bisa segera? Menutupi antrean." Ujaran sarkas itu membuat Reyhan menggaruk tenguknya canggung.

Laki laki itu melirik sekitar, benar saja. Ada beberapa pelanggang yang memasang wajah sebal karena antrean yang terhambat.

Laki laki itu menutup retsleting tasnya, lalu memakai tas itu dengan benar membuat Tessa langsung memasang raut panik.

"Sa, lo nurut aja sama kakak kelas lo ini ya? Lo jadi jaminan oke? Kost gue gak jauh dari sini, sekitar setengah kilo meter. Tungguin oke? Cuma ambil dompet."

Azeleo (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang