[pt.2] Journey Of Psycho

478 52 45
                                    

Part two of "Journey Of Psycho"

~~~

Masih di ruangan yang sama, Ricky berada. Tapi bedanya, ada seorang pria berambut ikal layaknya brokoli yang ikut masuk ke ruangan itu. Tampaknya dia tak terlalu nyaman karena bau anyir dan juga 'darah' bekas Fiki kemarin..

"Lu bener-bener ya, Rick. Ini banyak darahnya loh." Ujar pria itu, Farhan namanya.

"Bener-bener apa? Harusnya lu kasih gua selamat karena udah perawanin Fiki." Balas Ricky dengan santainya duduk di sofa yang cukup kotor akan darah.

"Perawanin-perwanin, dia kan cowok jing! Harusnya di perjakain dong!"

"Bodo amat, polisi pasti lagi nyari gua. Lu bisa urus keberangkatan gua ke luar kota ga?" Tanya Ricky. Farhan ikut duduk di sebelah Ricky.

"Buat apa keluar kota? Kata Fenly, dia nemu gedung tua yang udah ga kepake di sudut kota. Kita pindah aja ke sana? Gimana?" Ricky melirik ke arah Farhan.

"Boleh juga ide lu, gua juga bisa lebih deket sama Fiki." Ujarnya, salah satu ujung bibir Ricky terangkat, membuat senyum tak sempurna.

~~~

Fiki sekarang sudah mulai pulih. Dia berada di tempat rehabilitasi, walaupun kadang Fiki masih sering menjerit-jerit sendiri. Tapi, setidaknya sudah lebih baik dari kemarin.

Cklek

Zweitson masuk sambil membawa pempek kesukaan Fiki. Jujur, walaupun gini-gini. Zweitson peduli kepada teman titannya ini. Tapi entah, sifat gengsi nya selalu ada saat mereka bersama.

Fiki yang duduk melamun di brankarnya tak menoleh sedikitpun bahkan saat Zweitson duduk di pinggir brankar. "Fik, makan yuk. Gua bawain pempek kesukaan lu nih. Mau di suapin? Jarang-jarang loh gua mau nyuapin Fiki. Lagi baik nih gua."

"Tolong gua, Son." Zweitson menghela nafas, entah keberapa kali Fiki mengucapkan kata itu. Zweitson juga sudah muak, tapi apa bisanya? Ia hanya bisa menghela nafas, mengambil tangan Fiki dan menggenggamnya.

"Fik, ayolah. Lupain cowok brengsek itu, gua ada di sini. Lupain yuk." Zweitson berbicara dengan suara yant lembut.

"Son-"

"Sssttt! Makan dulu aja yuk. Lu suka pempek kan? Ayo di makan. Nanti pempeknya nangis." Ucap Zweitson.

Fiki mengeratkan genggaman tangannya. "Jangan tinggalin gua." Zweitson mengulaskan sebuah senyuman penuh makna. "Engga Fik, gua di sini kok. I'll always here for you." Fiki mulai tersenyum. Semoga dia bisa pulih seperti sebelumnya. Zweitson juga tak menyangka, baru juga seminggu yang lu Fiki menjahilinya. Sekarang pemuda tinggi itu malah seperti orang linglung yang selalu meminta tolong.

~~~

Beberapa hari kemudian

01.04

Ricky tengah mengendarai mobilnya di jalanan. Malam ini, Ricky akan pergi untuk menjenguk 'kesayangannya', siapa lagi kalau bukan Fiki.

"Lu seriusan mau keluar Rick? Biasannya kan kita nunggu sebulan dulu baru berani keluar. Ini belum juga seminggu, kenapa lu nekat aja sih datengin tu bocah?" Tanya Farhan yang duduk di samping Ricky.

"Sebulan kalo kita bunuh orang. Inikan cuma perkosa doang, lagian gua ga yakin kasus ini bakal di bawa ke hukum. Kan orang tua Fiki juga lagi di luar negri. Apa peduli mereka sama Fiki." Jawab Ricky yang masih fokus menyetir.

"Ya, kan sama aja, Rick. Fiki punya temen-temennya. Lu ga takut apa kalo temen-temennya ngegrep kita?" Tanya Farhan.

"Gua? Takut? Lu pernah ga liat gua ketakuan? Ga ada kata takut di kamus hidup gua Han. Lu tenang aja."

OneShoot UN1TY [B×B] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang