Sejak mulai perjalanan, Zweitson hanya melamun. Dia masih pasrah dengan apa yang akan ia terima nantinya. Jangan salahkan Zweitson, dia memgaku kalau dirinya memang idiot. Memang, siapa juga manusia yang ingin berada di dalam tanggung jawab besar ini di umur tujuh belas.
Tak ada, kan?
Apalagi, di saat dia harus memikirkan dirinya. Saat harusnya dia semakin mengembangkan bakat di dalam dirinya untuk kelak menjadi orang yang semakin hebat. Tapi, malah harus mencoba melepaskan mimpi nya untuk sekedar merawat seorang bayi.
Oh, Shit man!
Zweitson mulai benci dengan hidupnya sendiri. Dia ingin saja kabur dan menjadi seorang bajingan demi mimpi nya. Tapi di sisi lain, anak kecil dalam mimpinya juga terlalu kasihan jika untuk di tinggalkan.
Sedangkan di samping Zweitson. Fajri tersenyum manis dalam diam, dia menatap rahang Zweitson yang tertoleh ke arah jendela menatap pemandangan itu. Sosok figur cantik bak lukisan dari seniman terkenal itu semakin terlihat sempurna karena senyum dan juga mood nya yang tengah membaik, dari sorot matanya saja terlihat begitu berbinar.
"Son,"
Kepala itu tertoleh ke kiri. "Maaf." Satu kata yang hanya bisa Fajri berikan, perasaan aneh terasa begitu dalam menggerogoti hati dan batin Fajri. Dia masih mengingat bagaimana sorot mata kesal Zweitson saat pertama dia dengan sengaja menyobek celana seragam Zweitson dengan permen karet.
"Aji tau, setelah ini pasti ga bakal mudah. Aji juga tau kalo Soni pasti ngerasa kesel juga setelah sampe di sini, terus tiba-tiba harus nyoba dari bawah lagi." Zweitson mengerutkan keningnya bingung saat Fajri mulai mengubah panggilan mereka dengan nama tanpa kata lu-gue lagi.
"Tapi, Soni harus tau.." Badan mereka sedikit terdorong ke depan saat tiba-tiba mobil pribadi Fajri yang di kendarai oleh sopir itu berhenti mendadak karena lampu merah. Di saat itu juga mulai banyak pengemis, badut, dan manusia silver yang mulai mengerumuni mobil mereka dan mobil-mobil lain juga untuk meminta uang.
"Soni harus liat mereka, mereka ga se beruntung Soni loh.." entah, Hanya Soni saja yang merasakan nya atau memang Fajri yang tiba-tiba berubah. Dari sosok iblis kecil yang nakal, dengan hati rapuh mendadak seperti malaikat baik yang di utus surga. Aneh. Theory nih
Zweitson menatap Fajri, lalu tersenyum tipis seraya mengangguk, ia kembali menatap jendela. Hanya itu respon yang bisa Zweitson berikan.
“Habis ini kita mau kemana?“ tanya Zweitson.
“Soni mau ketemu ibu? Gapapa ayok, Aji temenin“ ucap Fajri bersemangat mengira dirinya akan di bawa untuk bertemu sang Ibunda dari Zweitson.
“Tapi nanti kamu kecapean, kata dokter kan ga boleh cape cape, kita pulang ya, aku nanti bisa pulang sendiri.“ ucap Zweitson tanpa mengalihkan pandangannya. Mata berlapiskan kaca itu tengah menatap jendela, melihat perlahan kabut mulai menutup langit biru menjadi segelap hatinya. Mendung..
“Tapi Aji mau ketemu ibu, boleh ya? Ibu di kost Soni, kan? Sekalian Aji mau main ke kost an Soni, kan Aji belum pernah kesana.“ tanya Fajri
"Apa harus sekarang?" Batin Zweitson.
"Tapi kalo gua tunda lagi, ibu bakal makin kecewa." Lanjutnya secara batin, lalu Zweitson melirik sebentar dan memberi anggukan kecil.
“Iya.“
“Makasih Soni! Hehe“ ucap Fajri kemudian membentuk bibirnya menjadi pelangi terbalik, memberikan senyuman terbaiknya.
Mobil kembali berjalan manuju kost an Zweitson dengan arahan Zweitson.
Tak lama, mereka sampai di sebuah kost an yang bisa dibilang sederhana
“Yuk, hati hati turun nya.“ peringat Zweitson saat Fajri tampak bersemangat turun, ia menggandeng tangan Fajri untuk memasuki kamar kost an nya, di depan kamar kost an Fajri terlihat ramai, tidak seperti biasanya yang sepi dan terlihat kelabu, sekarang seakan ramai dengan tawa menggelegar khas seseorang, sudah terduga oleh zweitsoyn siapa yang tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OneShoot UN1TY [B×B]
FanficStart: 20 march 2022 Finish: - homo? ✔ Oneshoot?✔ Twoshoot?✔ 18+?❌ Romance?✔ Udah kagak usah panjang-panjang desk nya. Cape gua ngetik. Menerima couple apa saja. Dari yang awam yaitu JiSon sampe ke crack yaitu FenSon, KyKi and ShanJi🙏🙏 Authornya l...