4. PENDOSA

1.1K 206 2
                                    

Inggris adalah tempat yang banyak ditinggali oleh orang picik. Aku sudah tahu fakta itu bahkan sebelum datang ke London. Orang-orang yang mengaku merekalah yang paling beradab saat ribuan anak dipekerjakan di mesin-mesin uap milik kaum Borjuis dan koloni yang diperlakukan dengan brutal. Sadarkah orang-orang ini bahwa dosa mereka akan ditanggung oleh anak cucu mereka di kemudian hari? Kurasa tidak, sekalipun iya, tidak ada yang peduli.

Pengalaman hidupku di London mengajarkanku hal yang penting; Jika menghabisi seseorang, habisi hingga ke tulang dan tetes darah terakhir agar tidak ada masalah di kemudian hari.

Semakin banyak orang yang kutemui, semakin besar rasa keingintahuanku akan tempat lain. Aku ingin tahu demokrasi Amerika, dinginnya Russia, warna-warni India dan lainnya. Aku akan pergi dari negara ini, entah sebagai dokter, penulis, peneliti, apapun tidak masalah.

Milverton tidak menyetujuinya, ia memohon padaku untuk tidak pergi. Sekalipun berat, keputusanku sudah bulat. Sebelum pergi, aku meninggalkan sesuatu untuknya, sesuatu yang membuka jalan untuk mimpi-mimpinya. Sisanya hanya tinggal keputusan Milverton itu sendiri.

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

"Sudah sebanyak itu yang ia bunuh?"

"Begitulah, aku tidak tahu jika ia sudah membunuh lagi, kabar sulit beredar Ms. Petterson," Diplomat Inggris, Barren Fence menyeduh teh untuk (Y/N). Mata birunya menatap dengan kehangatan Tersirat perjalanan yang luar biasa di keriput kulitnya.

"Begitu rupanya," helaan nafas keluar dari mulut si hawa. "Tepat sekali saat aku ingin pulang ke London."

"Hm?" Barren menatap (Y/N) dengan alis terangkat, "Anda akan kembali ke London?"

(Y/N) mengangguk, jarinya diketuk-ketuk di atas meja seperti anak yang gugup bertanya di kelas. "Tuan Fence, apakah anda mengetahui seseorang dengan nama Charles Augustus Milverton di London?" Wajahnya penuh harap, Barren adalah diplomat yang baru saja dikirim dari London. Jika surat-surat Milverton benar adanya, semua orang di Inggris pasti tahu nama Milverton.

Wajah Barren penuh dengan keterkejutan, ia berkedip beberapa kali. "Semua orang di Inggris tahu dia, bagaimana anda bisa?"

Berbanding terbalik dengan Barren, wajah (Y/N) penuh dengan kelegaan, rasa senang memenuhi hatinya saat tahu sang sahabat sudah berhasil. "Ceritakan padaku,"
Matanya berbinar-binar.

Barren menatap (Y/N) dengan perasaan campur aduk, ia merasa ada banyak hal yang harus diluruskan pada wanita didepannya tentang Milverton.

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

Di London, tepatnya di St. Baker nomor 221B. Watson mengamati Sherlock dengan bingung. Sejak sejam yang lalu, Sherlock mengamati sebilah pedang asing yang dikirim untuknya dengan atensi yang besar.

"Sherlock, apa itu?"

"Belati asal Jepang," Jawabnya singkat. Sherlock mengangkat belati tersebut di tangannya, "Lihat John, indah sekali bukan?" Tangan Sherlock menyisir setiap lekuk ukiran dengan lembut. Jelas sekali Sherlock menyukai hadiah barunya itu.

Watson mendekat, mengamati belati tersebut dengan kekaguman. "Kau benar Sherlock. Tapi tidakkah itu berbahaya? Menerima hadiah dari seorang anonim."

"Aku tahu siapa orangnya."

"Oh ya, siapa?" Watson mengangkat alisnya, menatap Sherlock penasaran.

"Seseorang yang sudah lama meninggalkan kampung halamannya." Ujung bibir Sherlock terangkat tinggi, menampilkan senyuman menawan khasnya. "Mungkin ia akan pulang tidak lama lagi."

𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓𝐇𝐄𝐀𝐑𝐓 || 𝕄𝕋ℙ 𝕏 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕖𝕣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang