19. KARMA

724 100 13
                                    

Ini adalah akhirmu.

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

"(Y/N) Petterson, datang menghadap yang mulia Ratu." Si wanita menundukkan tubuhnya dengan anggun dihadapan yang mulia Ratu Viktoria, pemimpin tertinggi Inggris.

"Lama tidak jumpa (Y/N)." Ratu Viktoria menghela nafasnya dengan gusar. Mengaitkan tangannya dengan erat, ia menatap (Y/N), "Kita bisa berbincang santai nanti. Sekarang, bisakah kau beri tahu rencanamu?"

(Y/N) menarik napasnya dengan tenang, "Dengan segala hormat Ratu, hamba bukanlah remaja lagi. Hamba tahu cara menyingkirkan orang dengan sedikit lebih moderat." Ia menatap Ratu sambil meletakkan salah satu tangannya di dada, sedikit menundukkan kepalanya.

"Lanjutkan. Ah, tolong jangan berbicara dengan formal seperti itu. Tidak cocok untukmu." Komentar Ratu yang membuat (Y/N) meringis, merasa disindir tentang sikapnya beberapa tahun yang lalu.

"Tolong jangan ungkit itu lagi," ucap (Y/N) merona merah sesaat sebelum kembali menjadi serius. "Milverton adalah milikku. menyingkirkannya sampai ke akar-akar. Caranya sederhana, tuntut dia dan komplotannya lalu singkirkan mereka yang sulit dibasmi."

Ratu Viktoria mengangguk, "Kau tidak bisa menuntut orang-orang macam itu sendiri, sekalipun dengan kekuatan Dukedom Hamilton, kekuatan mereka terpusat pada Skotlandia, bukan London. Jadi siapa yang akan membantumu?"

"Anda." Jawab (Y/N) singkat, "Anda yang akan membantuku." Ia menatap Ratu tanpa rasa takut di matanya. Tersirat rasa tertekan dan memelas di balik mata indah itu.

"(Y/N), kau tahu apa yang kau lakukan bukan?"

"Ya, untuk itu aku minta maaf. Tapi kumohon, anggap ini permintaan dari-"

-keponakanmu. Ingin rasanya (Y/N) berkata demikian sebelum ia sadar bahwa tidak ada hubungan darah antara dirinya dan ratu. Hanya sebatas nama dan silsilah keluarga.

Ratu tetap diam, seolah tahu mengapa alasan wanita didepannya menghentikan kalimatnya.

(Y/N) mengirup napas panjang, "Nama ibu kandungku adalah Amelie de Robespierre. Anak diluar nikah dari nenekku, Celine dan Maximillien Robespierre."

Ratu membelalakkan matanya, mulutnya sedikit terbuka. (Y/N) merutuki dirinya dalam hati, aib yang dipegang oleh ibunya selama ini keluar begitu saja dihadapan keturunan dari dalang tragedi yang menghampiri Prancis.

"Ibu... Tidak- beliau hidup dalam rasa malu sampai ke ajalnya. Tidak pernah sekalipun ia memperkenalkan dirinya dengan nama lengkap, hanya Amelie. Ia memberitahu fakta ini sesaat sebelum saya diadopsi oleh ibu saya sekarang." (Y/N) mengambil napas dalam-dalam. Sudahlah, tidak ada gunanya juga ditutup-tutupi.

"Jadi, anggap saja sekali mendayung terlampau dua pulau. Yang mulia bisa mengangkat sedikit beban ibu saya sekaligus membasmi Milverton."

"Untuk Milverton sendiri, yang mulia bisa percayakan pada saya. Biarlah wanita ini yang mengatur, yang mulia hanya perlu duduk dan menjadi penyokong hamba."

Ratu tampak berpikir sejenak sebelum menghela napasnya.

"Very well, I shall grant your wish. Don't fail, may the lord be with you."

"As you wish my Queen."

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

"Demi Tuhan, kalian akan membayar untuk semua ini." Kesal Milverton saat diseret pergi oleh polisi dengan borgol di tangannya.

Salah satu polisi menyelutuk, "Katakan itu pada pengadilan, bung." Ujarnya setengah lucu, seolah-olah meremehkan Milverton.

"Kita lihat apakah kau masih bisa tertawa seperti itu setelah pengadilan membaskanku."

"Ya ya, terserah."

Milverton mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan sikap para polisi yang acuh tidak acuh akan dirinya. Seakan-akan ia bukanlah Milverton si raja pemeras yang mampu menghancurkan hidup mereka dalam sekejap.

'Apa-apaan ini?' batinnya.

Ia berpikir dan terus berpikir, bahkan di malam sebelum peradilannya berlangsung, Milverton sama sekali tidak dapat tidur. Pikiran dan rasa gelisah menghantuinya.

Ini tidak normal, pikirnya. Apakah ada yang mengkhianatinya? Apakah seseorang menyabotase dokumen rahasia miliknya?

Tidak mungkin. Jika ada seseorang yang berkhianat, Milverton pasti langsung tahu. Jika ada yang menyabotase, Milverton sudah membakar dokumen-dokumen yang ia rasa terlalu berbahaya.

Lagi pula, sekalipun ia diseret ke pengadilan, pasti komplotannya akan mengeluarkannya sesegera mungkin. Tapi ini sudah terlalu lama, esok pagi adalah jadwal pengadilannya!

Milverton menggigit jarinya gelisah. Matanya sudah berat ingin tidur tapi pikiran memaksanya untuk tetap terjaga.

Pagi dimana para polisi membuka sel tahanannya, mereka cukup dikagetkan dengan penampilan Milverton yang berantakan dan tampak tertekan. Bahkan didepan pintu pengadilan, Milverton tidak mengucapkan apapun, larut akan pikirannya sendiri.

Disaat pintu terbuka, cahaya emas terang menyilaukan menghampiri mata Milverton. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, menyesuaikan matanya dengan cahaya. Barulah ia lihat ruangan yang tidak asing itu.

Ruangan pengadilan tinggi Inggris yang memuakkan. Emas yang menjadi perhiasan dinding dan perabotan meja ukir para hakim menjadi saksi bisu akan ketidakadilan yang kerap terjadi. Terutama pada rakyat biasa, seperti Milverton beberapa tahun yang lalu.

Milverton memang sampah, tapi ia juga pernah menjadi korban ketidakadilan para hakim-hakim itu. Dibalik bisnis yang dilakukan Milverton pada orang-orang hukum, ada rasa kebencian dari dirinya sendiri terhadap mereka.

Benci akan dirinya sendiri dan pada orang-orang hukum.

Ah, benar juga. Pikir Milverton, menjerat dan memeras diatas nama hukum adalah cara klasiknya. Tidak pernah terbayang bahwa ia juga berakhir seperti orang-orang yang ia pernah peras.

Ia jadi teringat akan (Y/N), apa yang wanita itu pikirkan saat mendengar ini? Apakah dia masih jauh di Asia sana? Apakah dia sehat? Apakah dia makan dengan baik?

Huh, sebentar. (Y/N)?

Benar juga.

Selain bangsawan kriminal, pasti cuma dia yang bisa menghentikan aksinya.

'Oh Tuhan.' wajah Milverton memucat saat realisasi menyambarnya.

'Kumohon jangan dirinya.' Doa si pria dalam hati, ia tidak punya muka untuk menemuinya.

Didalam ruangan itu, ketakutan Milverton menjadi nyata. Disana ia lihat komplotannya, Whiteley, Sturrigard, dan-

-(Y/N), dengan raut yang tidak bisa ia baca.

𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓𝐇𝐄𝐀𝐑𝐓 || 𝕄𝕋ℙ 𝕏 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕖𝕣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang