13. BADAI UTARA

592 123 1
                                    

Tidak ada yang suci dalam sejarah, sebab saat kita menoleh kebelakang, semua dapat melihat jejak-jejak darah yang mengalir, menghitam dan akhirnya mengering. Puisi dan syair hanyalah tulisan indah yang ditulis dengan darah.

Aku datang ke dunia dengan dosa, lahir adalah dosa. Di detik aku berada di bumi, janji akan kematian sudah tertulis di jasmaniku.

Manusia, semua terlalu manusia. Untuk apa kita hidup? Tujuan mulia? Atau hanya karena kita tidak mati semata? Banyak manusia berintelijitas tinggi yang berusaha memahami konsep tersebut, gagal, dan akhirnya jatuh dalam nihilisme.

Di suatu periode waktu, aku juga merasa demikian. Saat bangun, perasaan gelisah terus menghantuiku, jiwaku merasa terbebani dengan hidup lain yang tidak aku jalani. Bangsawan merupakan hidup dan tanggung jawab yang harus aku jalani dengan hormat.

Hormat dan sayangi hidupmu, hidup juga akan menyayangimu. Perlakukan hidup lain dengan hormat dan berjalanlah dengan dagu terangkat, dengan martabat,  dan dengan keagungan, niscaya jalan akan terbuka lebar untukmu.

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

"Kak, kemana kita akan pergi?"

"Baker Street 221B."

Felix mengangkat alisnya, bukankah itu tempat tinggal Sherlock Holmes yang terkenal itu? Ia sedang menemani kakak sepupunya itu berjalan di London setelah reuni singkat di kediaman Petterson.

"Untuk apa? Bukankah kita lebih baik pergi ke kantor Mycroft atau Whiteley?" Kenapa malah pergi ke tempat yang diluar garis pekerjaan?

(Y/N) menatap Felix, kedua bibirnya terangkat. Matanya terlihat lelah tapi pekerjaannya menunggu. "Kau tidak salah, aku hanya ingin mengejek Sherlock saja."

Felix mengerutkan keningnya, tidak habis pikir akan kelakukan kakak sepupunya itu. "Terserahlah." Jawabnya pasrah. "Jangan sampai pingsan." Sambungnya.

(Y/N) tertawa kecil melihat kelakuannya, ia mencubit pipi Felix. "Adikmu sudah ketemu?"

"Sudah, aku menghajarnya sedikit agar dia mau buka mulut." Felix menggaruk pipinya, merasa tidak yakin dengan kelakuannya sendiri. "Lalu aku membiarkannya pergi."

"Pantas saja dia kabur dari rumah," (Y/N) memutar bola matanya.

"Mau bagaimana lagi? Setidaknya aku tahu dia masih hidup dan baik-baik saja."

(Y/N) ingin membalas kalimat Felix tetapi ia dipotong oleh suara bariton seseora- dua orang.

"Lady (Y/N)!?" "(Y/N)."

Speak of the devil,

Yang dipanggil menoleh ke arah sumber suara dengan alis terangkat. Menampilkan dua orang tersebut dengan jelas. John yang tampak terkejut dan Sherlock dengan senyum khasnya, tersirat rasa gugup di balik senyum tersebut.

"Apa kabar bocah? Kudengar kau jadi orang miskin sekarang." Ejek (Y/N), pandangannya beralih ke John, tatapan matanya melembut. "Lama tidak jumpa John."

"Oh ayolah, kau mau menghinaku sampai kapan?" Gerutu Sherlock. John menenangkannya, "Bagaimana  jika kita duduk terlebih dahulu? Rumah kami berada dekat sini." Tawar John.

(Y/N) mengangguk.

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

"Biar kutebak, kau pulang karena dua orang itu kan?" Sherlock menunjuk sebuah surat kabar yang termuat wajah Whiteley, koran itu sendiri diterbitkan dari perusahaan Milverton.

"Sebagian karena itu, sebagiannya lagi karena aku rindu rumah." (Y/N) mengangguk, senyum terpampang di wajahnya.

"Sr. Arthur pasti tidak membiarkanmu istirahat karena pekerjaanmu belum selesai bukan?"

"Seratus untukmu." Felix terkikik. "Kau memang pintar."

"Beliau memang benar, sebaiknya kau urus ular yang kau besarkan itu." Dengus Sherlock, "Beberapa hari yang lalu ia datang ke sini dan membuat keributan."

"Aku sudah dengar." Mata (Y/N) mengelam dengan sedih. Masih tidak percaya dengan apa Milverton sudah jadi. "Bantu aku Sherlock."

"Untuk apa?"

"Du bist ein unartiger Junge." Hela (Y/N).

(Kau memang bocah brengsek)

"Mudah saja, aku ingin agar bangsawan kriminal tidak ikut campur. Biar aku saja yang membereskan Milverton." (Y/N) menyipitkan matanya, "Bisa?"

John mengangkat suara, "(Y/N), kurasa itu tidak dapat dilakukan. Sherlock saja tidak tahu siapa bangsawan kriminal."

"Oh benarkah?" Jari-jari (Y/N) saling dikaitkan, perhatiannya teralih ke John. "Menurutku kebalikannya, Sherlock sudah tahu siapa namun ia tidak punya bukti." Ia menyisip teh yang dihidangkan.

"Eh?" John menatap bingung. Sherlock menggelengkan kepalanya.

"Tidak bisa ya? Sayang sekali." (Y/N) memijat keningnya. "Mau tidak mau  ya," bisiknya.

"Oh ya, John bukan? Kudengar kau pernah jadi dokter militer di Afghanistan. Apa kau tahu seseorang dengan nama Sebastian Moran?" Tanya Felix, (Y/N) menceritakan pertemuannya dengan dua orang mati suri itu tadi saat mereka sedang makan sore.

John mengangkat bahunya, "Yang kutahu hanyalah dia sudah mati bersama rekan-rekannya."

"Ah begitu."

Tidak ada yang berbicara lagi, keheningan menyelimuti mereka. Kedua tamu itu pamit undur diri dan pergi tidak lama kemudian.

"Kamu tahu (Y/N) dari mana?" Tanya John.

"Aku tahu dia sejak kecil, ia sering menggangguku." Sherlock mengangkat belati Jepang pemberian (Y/N) dari atas sebuah meja. Ia tidak pernah gagal terpukau akan keindahan seni dari belati tersebut.

"Badai dari Utara, ia datang lagi."



















𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓𝐇𝐄𝐀𝐑𝐓 || 𝕄𝕋ℙ 𝕏 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕖𝕣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang