14. HANYA KITA BERDUA

824 123 2
                                    

Di peradaban ini, manusia tidak lagi melawan dengan pedang atau busur. Mereka menjual bilah logam tersebut untuk sebuah pena dan kertas, menulis untuk melawan. Tidak terhitung berapa banyak pikiran hebat yang diabadikan dalam selembar kertas. Tidak ada pikiran hebat yang terbentuk tanpa sentuhan kegilaan. Bisakah aku menjadi segila itu?

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

"Ada pergerakan?" Mycroft mengerutkan keningnya. Bawahannya, Richard mengangguk. Barusan ia meneruskan informasi dari badan intelijen Inggris ke Mycroft. Tidak seperti biasanya yang mengandalkan laporan tertulis.

Mata Mycroft menggelap, segelap langit yang menyinari London. Awan-awan yang berwarna abu gelap itu persis menggambarkan hati seorang Mycroft, tapi tidak dengan pertimbangannya. Pertimbangannya masih secerah langit di siang hari.

"Milverton dilaporkan akan melakukan pergerakan mungkin dalam beberapa hari lagi, perhatiannya tertuju pada Whiteley."

"Lalu?"

"Ini belum pasti, perhatian Milverton sepertinya tertuju pada keluarga bawahan Whiteley. Itu saja yang dilaporkan, pak."

Jari Mycroft dibawa ke depan bibirnya, memikirkan segala rencana yang mungkin. Richard menatapnya dengan ekspresi datar, tanpa berkata apapun ia keluar dari ruangan, tidak ingin mengganggu Mycroft dan pikirannya.

"Daripada berpikir seperti itu bukankah kau lebih baik menyelidikinya sendiri, hm? Mycroft." Suara halus seorang wanita memecah keheningan ruangan tersebut. Mycroft terbelalak, tangannya mengambil pistol dengan cekatan, ujungnya ia arahkan ke sumber suara. Hanya untuk kembali terkejut dengan si empu.

"Hai." (Y/N) melambaikan tangannya, tertawa kecil dengan aksi Mycroft barusan. Ia sedang duduk di jendela kantor Mycroft, entah bagaimana ia membuka atau memanjat ke lantai atas gedung.

"(Y/N)." Kekesalan terdengar dari nada Mycroft, tidak senang atas sikap si wanita.

"Jangan marah begitu, Milverton tidak boleh tahu aku disini dan juga kita baru bertemu kan?" Senyum lembut tercetak di bibir si hawa, mengundang rasa rindu Adam yang bergelora.

Mycroft merapatkan bibirnya, pistol diletakan di atas meja. Ia menarik dan menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Perlahan-lahan, kakinya melangkah ke si wanita.

Rintik hujan jernih mulai turun di atas bumi London, membawa rasa melankolis seiring hawa sejuk menyelimutinya. Mycroft mengangkat tubuh (Y/N), tangan kiri di siku kaki dan tangan kanan di pinggang. Membawanya pergi dari hujan yang akan membasahi.

Ia mendudukkan (Y/N) di atas meja, tangan di letakkan diantara tubuh si wanita, memerangkapnya. Jarak antara mereka sedekat sekat antara jeruji penjara.

Mycroft menatap (Y/N) garang, yang ditatap menatap Mycroft resah. Tidak ada dari mereka yang berbicara, hanya keheningan di antara mereka. Mulut tertutup rapat, biarkan mata yang berbicara.

Tangan lentik (Y/N) menangkup pipi Mycroft, dahi mereka saling bersentuhan. Tidak yakin dengan apa yang mereka rasakan dan apa yang harus mereka katakan.

"Aku pulang." Bisik si wanita.

"Aku tahu." Balas si pria.

Hening.

"Tentang Milver-"

"Shush." Mycroft meletakkan telunjuknya diatas bibir (Y/N). Ia benar-benar tidak ingin berbicara tentang orang lain saat ini. Hanya mereka berdua dan perasaannya masing-masing.

"...Mycroft?" Tanya (Y/N) lembut, tangannya mengelus pipi pria dihadapannya. Mycroft meletakkan tangannya diatas tangan milik (Y/N), menggenggamnya erat. Mycroft tidak menjawab, matanya masih terpaku dengan milik si wanita.

"Apa kau marah aku pergi selama itu? Maaf, Aku tidak akan melakukannya lagi." Mycroft masih diam tidak menjawab. (Y/N) membuka mulutnya tidak yakin, "Aku.. aku merindukan kalian semua, aku rindu Mycroft." Bisiknya pelan tapi masih bisa didengar oleh si pria.

"...Aku juga," balasnya pelan. Senyum (Y/N) melebar, matanya mengilap seperti ribuan bintang di langit. Tangannya bergerak memeluk leher Mycroft dengan erat yang dibalas dengan tangan Mycroft melingkari pinggang (Y/N), balas memeluknya.

Suara hujan memenuhi seisi kota London. Dinginnya tidak mampu menjajah hangatnya momen yang mereka bagi di kantor sunyi itu. Bersamaan dengan kecupan hangat yang mereka berikan pada satu sama lain.

𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓𝐇𝐄𝐀𝐑𝐓 || 𝕄𝕋ℙ 𝕏 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕖𝕣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang