16. PILIHAN BERAT

604 116 0
                                    

Dalam individual, kegilaan itu jarang. Tapi dalam grup, bangsa dan zaman, itu adalah sebuah keharusan. Bangsawan kriminal adalah bagian dari kegilaan itu.

Mereka orang-orang yang ingin mengubah keadaan dengan cara radikal. Jika berhasil, orang itu akan disebut sebagai revolusioner, seperti Napoleon. Jika gagal, orang itu akan disebut orang gila.

Namun, kestabilan di negeri Inggris Raya ini merupakan hasil dari pertumpahan darah yang tidak terhitung jumlahnya. Bangsawan kriminal ingin mendobrak hal tersebut dan menciptakan situasi dimana bangsawan dapat bekerjasama dengan rakyat biasa, agar jalan menuju kesatuan terbentuk.

Baguslah jika berhasil, jika gagal? Bagaimana setelah berhasil?

Jika tebakanku tepat, maka mereka pasti akan menemuiku cepat atau lambat. Aku penasaran apakah mereka berhasil meyakinkanku atau tidak. Karena kalau tidak, mereka akan kuburu, aku tidak butuh hukum atau bukti untuk melakukannya.

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

"Ha." (Y/N) melipat lengannya, kekesalan tampak dengan jelas di wajahnya. Ruskin diam tidak berkutik, obat yang mengalir di sel-sel darah dan sarafnya masih bekerja dengan baik. Hanya butuh dosis yang tepat untuk membuat Ruskin membuka mulutnya.

Informasi dikorek habis-habisan darinya. Catatan kejahatan, korupsi, suap, termasuk rencana penyanderaan keluarga sturridge dan pembunuhan keluarga Whiteley.

"Apa rencanamu?" Mycroft menatap si wanita datar. Yang ditanya tidak menjawab, roda-roda di kepala si hawa berputar dengan kecepatan tinggi. Ia sedang berpikir.

"Apapun rencanamu akan ku ikuti, asalkan Milverton turun dari posisinya." Jelas Mycroft.

(Y/N) tidak bergeming, jarinya diketuk diatas meja dengan ritme tetap. Matanya terpejam, entah apa yang dipikirkannya. Apa yang diputuskannya disini akan menentukan nasib Milverton dan komplotannya.

Ruangan tersebut hening. Sebelum akhirnya dipecahkan oleh hela nafas dari si wanita.

"Mycroft, apa kau bisa mencarikan pengganti dari komplotan Milverton?"

"Bisa saja, posisi mereka banyak diincar. Apa yang ingin kau lakukan?"

"Pembersihan besar-besaran," jawahnya pelan tapi serius. "Pengganti Milverton sudah kusiapkan, sisanya tinggal disingkirkan." Mata (Y/N) beralih ke Ruskin yang setengah sadar, "Orang ini yang akan jadi kuncinya."

"Bagaimana dengan keluarga Whiteley?"

"Biarkan mereka mati." Desis (Y/N), matanya nihil dari sinar, setiap kata yang keluar seperti racun yang siap membunuh. "Sisakan Sturridge dan keluarganya, Adam Whiteley juga. Mereka tidak boleh mati." Ujarnya terakhir.

Mata Mycroft menyipit, simpati dengan nasib keluarga Whiteley dan pilihan berat (Y/N). "Kalian dengar itu, laksanakan." Titahnya.

"Siap pak!" Jawab mereka dengan sigap sebelum keluar dari ruangan tersebut.

Mycroft meletakkan tangannya diatas pundak (Y/N), menghibur sang hawa. Telapak tangan halus menggenggam tangan kasar erat.

"Untuk yang terbaik." Bisik lemah wanita tersebut.

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

Sam Whiteley sedang menghirup udara segar saat sepasang pria dan wanita melintas di pandangannya. Si pria merangkul wanita yang kepalanya tertunduk itu. Walau tidak mengetahui si pria, Sam merasa seperti ia pernah melihat si wanita sebelumnya.

Siapa ya? Oh tunggu-

"(Y/N), kak (Y/N)!" Teriak Sam sambil memutar kursi rodanya secepat yang ia bisa.

Pasangan tersebut menoleh, keterkejutan menghiasi wajah mereka. Tapi ada sesuatu yang tersirat di balik keterkejutan mereka.

Nafas (Y/N) tercekat, "Sam..."

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

"Kapan kau kembali kak?" Tanya Sam sambil melahap kue tar didepannya. Mereka sedang berada di cafe dekat taman, di ruangan tertutup yang sengaja dipesan.

"Beberapa hari yang lalu Sam, apa kabar kalian? Kamu dan kakakmu maksudku."

"Kak Adam dan aku baik-baik saja, yah kecuali berita-berita bohong yang disebarkan Milverton." Ia tertawa kecil.

"Begitu, baguslah." Di bawah meja. Tangan (Y/N) terkepal dengan kuat sampai memutih. Anak ini adalah anak yang bisa ia selamatkan tapi ia memilih untuk membiarkannya mati. Mycroft yang sedari tadi diam menyadari tangan (Y/N) bergetar.

(Y/N) Petterson memilih untuk menutup matanya dari tragedi rumah Whiteley.

"Kak (Y/N), ini." Sam menyerahkan sebuah cincin dari sakunya. "Mungkin tidak sebagus yang kakak miliki tapi tolong terimalah. Sebagai tanda terimakasih."

"... Terimakasih Sam."

Sam tersenyum lebar sampai-sampai matanya menyipit. Ia menatap (Y/N) dengan mata penuh hormat dan kagum.

Saat itu (Y/N) berharap semoga Tuhan mengampuninya.



𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓𝐇𝐄𝐀𝐑𝐓 || 𝕄𝕋ℙ 𝕏 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕖𝕣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang