Tirai jendela dibuka oleh si hawa, menyambut matahari pagi yang menyinari seluruh ruangan. Termasuk sesosok pria yang tengah tertidur dengan nyenyak diatas kasur putih.
Mycroft mengerang, berbalik ke arah berlawanan dari datangnya sinar. "Tutup." Ujarnya serak.
(Y/N) tertawa, suaranya yang merdu menjadi awal dari hari seorang Mycroft. "Aku benci mengatakan ini padamu tapi pekerjaan kita masih banyak." Dahi Mycroft mengerut sebelum akhirnya ia membuka mata.
Mycroft menghela nafas, tangannya bergerak membuka selimut yang menutupinya, menampilkan tubuh kekar prajurit yang memiliki beberapa bekas luka.
(Y/N) menatapnya sambil tersenyum kecil. "Nice." Komennya.
Mycroft tersenyum miring, tidak mengucapkan sepatah katapun. Tanpa
berkata apa-apa lagi, ia segera mengambil handuk untuk menutupi bagian bawahnya."Airnya sudah disiapkan pelayan, bajumu sudah kupilih."
"Terimakasih."
(Y/N) mengangguk sebelum meninggalkan kamar Mycroft.
Saat sarapan, tidak ada yang membuka percakapan. Keheningan itu terasa nyaman dalam lubuk hati mereka. Alunan musik gramofon dan suara peralatan makan saling beradu dalam kesunyian tersebut.
Sudah sehari berlalu sejak persidangan Milverton dilaksanakan. Hasil sidangnya cukup kontroversial, mungkin karena dewan yang sudah menyerah untuk menangani Milverton atau sistem hukum yang terlalu kotor. Milverton berakhir dibuang ke Australia, benua para kriminal yang tidak boleh menginjakkan kakinya ke Inggris.
"Kau mau mengunjunginya?" Tanya Mycroft, mengelap bibirnya dengan sapu tangan yang ia ambil dari meja. Makanan di piringnya sudah tidak tersisa.
Tanpa disebutkan pun (Y/N) sudah tahu siapa yang dimaksud Mycroft, "Ya." Balasnya singkat.
"..."
"...Masih ada yang harus diselesaikan diantara kami. Setidaknya kami harus saling berpamitan." (Y/N) berujar dengan suara rendah, ekspresinya masam.
"Kau sudah berusaha, setidaknya dia tidak mati."
Pisau tajam ditangan (Y/N) memotong daging tenderloin di piringnya, giginya dirapatkan tapi si wanita memaksakan senyum, "Ya, itu yang terbaik bukan?" Itu bukan pertanyaan untuk Mycroft, hanya kalimat retoris yang bahkan (Y/N) sendiri tidak tahu jawabannya.
ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ
Mulut (Y/N) terasa kering ketika matanya menatap mata emas Milverton. Pertemuan mereka tidak seperti biasanya, tidak ada obrolan hangat ataupun secangkir teh yang menemani. Reuni ini terasa hambar sekaligus pahit, seperti kopi berkualitas buruk tanpa diberi gula.
Besi-besi pagar menghalangi mereka dengan lampu redup mencahayai ruangan gelap itu. Mereka berdua hanya menatap satu sama lain, saling mencoba membaca raut wajah satu sama lain.
Setelah beberapa saat berlalu, Milverton akhirnya membuka mulut, meskipun ada keraguan di gerak-geriknya.
"Rupanya kau masih peduli."
"Aku selalu peduli, setidaknya padamu begitu."
Ujung bibir Milverton terangkat, "Aku mengecewakanmu bukan?"
Terdiam sejenak, (Y/N) menganggukkan kepalanya, "Hanya satu pertanyaanku padamu Milverton: kenapa?"
Milverton, seolah-olah ia sudah tahu pertanyaan yang akan datang, hanya diam tidak bergeming. (Y/N) hanya bisa tersenyum getir, mendadak merasa lucu sendiri.
"Apa kau masih Milverton yang aku tahu?"
"...Entahlah," jawabnya parau. "Tapi aku bisa berpura-pura untukmu."
Melewati besi-besi jeruji, (Y/N) menjulurkan tangannya. Milverton mengambil tangan lembut itu bimbang. (Y/N) menggenggam tangannya erat sebelum menarik Milverton dan memeluknya dari balik jeruji besi. Jika saja besi-besi ini tidak ada, mungkin Milverton juga akan memeluknya erat.
"Proses pengadilanmu tidak adil Milverton." Bisik (Y/N), mata Milverton melebar, otak pintarnya mengolah informasi dengan cepat.
Sekali lagi, (Y/N) menyelamatkannya dari nasib mendekam di penjara seumur hidup, atau lebih buruknya, hukuman mati.
Proses pengadilannya disabotase oleh (Y/N).
(Y/N) melepaskan pelukannya, sebuah ucapan perpisahan tanpa mengucapkannya. Netra mata (Y/N) menatap dalam-dalam mata Milverton seolah-olah mengucapkan semoga beruntung di benua sana sebelum ia berbalik dan berjalan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Sesaat sebelum ia benar-benar pergi, sebuah suara serak diiringi isak tangis dalam diam bersuara.
"Terimakasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓𝐇𝐄𝐀𝐑𝐓 || 𝕄𝕋ℙ 𝕏 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕖𝕣
Fanfiction[𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨, 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘶𝘮𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨.] --------------------------------- ⠿ 𝐌𝐎𝐑𝐈𝐀𝐑𝐓𝐘 𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐀𝐓𝐑𝐈𝐎𝐓 ⠿ ▄▄▄▄▄▄▄▄▄ ❝ Milverton ...