15. BATU NISAN

648 123 1
                                    

Namanya adalah Von Herder, adik kandung dari Felix Von Herder. Aku hanya tahu ia dari apa yang diceritakan Felix. Ia tidak punya nama, orangtuanya tidak sayang atau cukup peduli untuk menamainya, Herder juga tidak menamai dirinya sendiri dari apa yang Felix tahu.

Orangtua mereka bukanlah orangtua yang baik, kekerasan adalah hal yang lumrah dalam rumah tangga mereka, sangat berbanding terbalik dengan Elise yang lembut dan penyayang. Felix jarang sekali berada di rumah, selalu pergi untuk menghindari orangtuanya. Sedangkan Herder kabur dari rumah mereka di Jerman dan pergi entah kemana.

Lagi-lagi aku teringat akan ibu kandungku, terakhir kali aku menemuinya adalah saat ia sudah enam kaki dibawah tanah. Aku tidak hadir saat ia dikuburkan, enam bulan setelah kematiannya lah baru aku menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Ibu dikubur di tempat kuburan orang miskin, kumuh dan tidak terawat. Kuburannya hanya ditandai dengan gundukan tanah dan sebuah batu nisan usang yang ditulis dengan buruk.

Saat melihat batu-batu nisan yang sangat tua tulisannya tererosi, aku berpikir; bahkan batu tidak mampu menahan jalannya waktu, apa kesempatan pikiran kita yang pendek dan lemah dapat bertahan? Dan ketika batu-batu telah usang dan memori kita telah hilang, apa yang tersisa dari kita di dunia?

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

Rudi Sodikin sedang menikmati libur singkatnya saat ia dipukul pingsan dan diculik. Hal terakhir yang ia ingat adalah rasa sakit di tengkuk lehernya dan gambar buram sekelompok pria mengangkatnya.

Ruskin tidak tahu ia dibawa kemana, kepalanya ditutup dengan kain hitam, tubuhnya diikat diatas sebuah kursi, gerakannya terkunci. Samar-samar, percakapan seorang pria dan wanita memenuhi Indra pendengarnya.

"Apa benar ini orangnya?"

"Ini orangnya, Rudi Sodikin, tangan kanan Milverton."

Mereka ingin informasi tentang Milverton, asumsi Ruskin.

"Baik, baik." Wanita itu terdengar pasrah. "Buka kainnya."

Kain yang menutupi kepalanya dibuka, membiarkan cahaya masuk menusuk matanya, Ruskin meringis. Setelah beberapa saat barulah matanya dapat beradaptasi dengan ruangan tersebut, menampilkan wajah-wajah orang yang menyekapnya.

Mycroft Holmes..? Pikirnya saat menatap wajah pria tersebut dan wanita disebelahnya... (Y/N) Petterson!?

Ruskin menatap (Y/N) horor, wajahnya memucat seperti ia telah melihat hantu. Ikatan di mulutnya dilepas.

Badai Utara! Teriaknya dalam hati, seakan-akan julukan tersebut dapat membawa bencana saat diucapkan. Bangsawan muda yang dulunya pernah membuat seisi bangsawan London takut padanya, sikapnya yang tidak terkekang dan tidak ragu untuk melakukan kekerasan membuatnya cukup tidak terkendali.

"Ya, itu aku, si badai utara." Jawab (Y/N) tanpa menatapnya, kepalanya sedikit digelengkan, merasa geli dengan julukan tersebut. Tangannya sibuk dengan suntik dan botol cairan, menakar dosis dengan hati-hati.

"Kalian mau informasi tentang Milverton?"

"Tepat."

"Kau mau mengkhianati sahabatmu sendiri?!" Gertak Ruskin, matanya menatap tajam (Y/N). "Milverton bicara tentangmu nyaris tiap hari,  ia menghormatimu!"

Tidak ada kata yang keluar dari mulut si wanita. Mycroft menatap (Y/N), tersirat rasa khawatir dibalik wajah datarnya. Jari-jari lentik (Y/N) masih sibuk dengan suntik tersebut.

Mycroft menatap (Y/N) dengan ragu. (Y/N) tidak mengindahkannya dan berjalan menuju Ruskin.

"Aku harus bertanggung jawab Ruskin." Ujar (Y/N), suntik tersebut diarahkannya ke leher si pria. "Aku yang menaikkannya ke posisinya saat ini dan Milverton menyalah gunakan kekuatannya, ia harus bertanggung jawab sekalipun harus mendekam di penjara entah sampai kapan. Itu lebih baik dibanding dibunuh oleh bangsawan kriminal."

Ruskin ingin protes tapi ketika cairan tersebut sudah disuntik masuk ke sel-sel darahnya, kesadarannya menurun secara signifikan.

"Ini cairan apa, nona?" Tanya salah satu bawahan yang menyekap Ruskin, orang-orang ini masih merupakan bagian dari badan intelijen Inggris. Nadanya tedengar tidak yakin.

"Kenapa kau terdengar ragu begitu? Santailah, ini hanya permainan anak-anak."

"Ia benar, apa itu?" Ulang Mycroft.

(Y/N) mengendikkan bahunya, "Semacam obat pelemah kesadaran yang ku racik sendiri dari berbagai tanaman. Entah yang kudapat dari Hindia Belanda, India, atau Afghanistan. Cocok untuk menggali informasi."

Mereka semua menatap Ruskin yang setengah sadar itu. Mycroft berdehem, "Mari kita mulai."

ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ

"(Y/N) Petterson, badai dari Utara. Sudah berada di London." William melihat berkas di tangannya yang ditulis oleh Zach Patterson. Jika bukan karena koneksinya di kepolisian, tidak mungkin William dapat mengakses informasi ini.

Albert menghela nafasnya, rupanya kegelisahannya benar. "Ini akan jadi sedikit sulit William. Wanita itu cukup kuat, dia sebanding Mycroft. Kalau ingin terus beroperasi kita butuh pembiaran darinya."

"(Y/N)?" Timbrung James, "Aku pernah berbicara dengannya sekali saat di Amerika, kudengar dia putri bangsawan terkenal dari Skotlandia."

"Dia lebih dari sekedar putri bangsawan, Bond. Aku juga sering melihatnya sewaktu di Afghanistan," Moran meletakkan botol whiskinya. "Dia adalah badai Utara, sewaktu ia masih bermain di politik, entah berapa banyak bangsawan yang ia singkirkan dan naikkan, termasuk Milverton dan Whiteley."

"Ayahnya adalah bagian dari Dukedom of Hamilton dari Skotlandia, sekaligus sepupu dari ratu Viktoria

-Ia bukan orang yang bisa disentuh sembarangan." Tambah Albert.

William menatap keluar jendela, langit yang menyelimuti London masih berbingkai awan yang gelap, menandakan hujan akan datang, mungkin badai.

Kali ini apa yang akan badai itu acak?

𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓𝐇𝐄𝐀𝐑𝐓 || 𝕄𝕋ℙ 𝕏 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕖𝕣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang