Kata licik adalah kata tepat untuk mendeskripsikan Charles. Charly terkadang aku memanggilnya. Sekalipun begitu, aku tetap lebih licik daripadanya. Aku masih ingat saat kami berusia 13 tahun. Charles ingin mengerjai ku dengan menumpahkan abu ke atas kepalaku. Ia menggantung bungkus abu tersebut di atas pintu. Rencananya tidak berhasil, abu tersebut malah jatuh di atas kepalanya karena aku mendorongnya masuk secara tiba-tiba.
Habis ia tidak hati-hati. Aku bisa mencium bau gosong abu itu dari balik pintu dan sehari sebelumnya aku tanpa sengaja melihat Charles membakar sesuatu di dekat rumahnya. Aku tertawa terbahak-bahak. Charles berteriak seperti perempuan! Aku masih ingat kejadian itu seperti baru terjadi kemarin.
Charles jelas tidak senang. Ia bersumpah akan membalasku suatu saat. Ia tak pernah berhasil sampai sekarang.
ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ
"Benarkah yang anda ceritakan itu Mr. Barren?" Tanya (Y/N) dengan tenang dan halus. Sangat halus sampai-sampai Barren merinding mendengarnya. Air wajah (Y/N) terlihat biasa saja saat dilihat orang lain, namun Barren tahu lebih baik dari itu, ia sudah lama hidup. Tidak ada yang tahu apa yang wanita didepannya itu rasakan saat ini.
"Saya tidak berbohong nona Petterson," Barren berdehem, bahkan pria tua yang sudah menjalani banyak hal seperti dia tidak bisa meremehkan wanita yang sepertiga usianya.
(Y/N) tidak membalas, tampak dari wajahnya jika ia sedang larut dalam pikiran. Barren menunggu dengan antisipasi, jari jemarinya yang basah saling dikaitkan.
Si hawa hanya menghela nafasnya. Ia menatap Barren dan tersenyum sopan. "Begitu rupanya, aku mengapresiasi ceritamu, sungguh." Barren balas senyum dengan sungkan. "Terimakasih atas waktunya Mr. Fence, aku pergi."
Barren mengangguk, ia memanggil pelayan dan mengantarkan (Y/N) hingga ke pintu depan.
"Anda akan pulang lewat jalur mana nona Petterson? Jika boleh tahu." Tanya Barren.
"Aku tinggal di penginapan dekat sini, hanya ada satu jalur." Jawabmu, sedikit bingung dengan pertanyaan Barren. "Apa maksudmu jalur pulang ke London?" Tanya (Y/N)
Barren menaikkan alisnya, menepuk kedua tangannya. "Ah ya, itu maksudnya."
"Lewat Russia."
"Adakah yang bisa saya bantu? Tiket atau bagasi mungkin?"
"Tidak, tidak perlu, terimakasih."
"Baiklah, semoga selamat di perjalanan anda."
"Ya, anda juga semoga sehat selalu."
Barren dan (Y/N) saling mengangguk. Salam perpisahan mereka ucapkan. Salah satu pelayan berbisik ke Barren, "Tuan, siapakah nona itu? Ia amat cantik."
"Kau tahu Arthur Petterson?" Barren menyalakan cerutu dari sakunya.
"Adik dari Duke Hamilton yang itu? Siapa yang tidak tahu, oh astaga! Apakah itu putrinya?"
"Tepat sekali," Barren menghembuskan asap cerutu, "Ayah dan anak sama saja, sama-sama singa." Gerutunya.
ꜱᴡᴇᴇᴛʜᴇᴀʀᴛ
"Pak, ada surat untukmu. Surat anonim lagi," Bawahan pria Mycroft menghela nafasnya. Ia meletakkan surat itu di atas meja dan permisi untuk keluar, yang hanya dibalas anggukan oleh Mycroft.
Senyum menghiasi bibir Mycroft, hatinya berseri-seri tapi pikirannya bertanya-tanya, ada apa gerangan? Biasanya (Y/N) akan mengiriminya surat sebulan sekali. Jadi kenapa ia dikirimi dua surat dalam bulan ini?
Lubuk hati Mycroft sebagian berharap alasannya karena si wanita rindu padanya. Tapi saat matanya membaca tulisan yang tertera, jantungnya serasa jatuh. Mulut Mycroft menganga.
Mycroft, apa yang terjadi di London? Tulis padaku semuanya.
-(Y/N)
Singkat dan jelas. Mycroft langsung tahu apa maksudnya. Tapi darimana (Y/N) tahu?!
Tidak, itu tidak penting sekarang. Ia mengambil kertas baru untuk menulis balasan. Tidak sampai satu baris dijalin, gerak pena Mycroft berhenti, empunya tidak yakin ia harus mulai dari mana.
Namun sesuai apa yang (Y/N) pinta; Tulis semuanya dan semuanya yang akan (Y/N) dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓𝐇𝐄𝐀𝐑𝐓 || 𝕄𝕋ℙ 𝕏 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕖𝕣
Fanfiction[𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨, 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘶𝘮𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨.] --------------------------------- ⠿ 𝐌𝐎𝐑𝐈𝐀𝐑𝐓𝐘 𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐀𝐓𝐑𝐈𝐎𝐓 ⠿ ▄▄▄▄▄▄▄▄▄ ❝ Milverton ...