Last Day

485 71 5
                                    

.
.
.

Treasure In My Life
By : MonMonicaF

.
.
.
Happy Reading 🌟

Kehitaman pekat membentang luas di cakrawala bahkan gumpalan kapas putih kini berubah menjadi keabuan. Sang bulan yang seharusnya terlihat kini telah tertutupi oleh gumpalan awan. Bahkan bintang-bintang tidak terlihat malam ini. Kegelapan malam ini ditemani oleh rintikan hujan yang cukup deras. Bau dari tanah mulai menguar akibat hujan, dinginnya semilir angin menusuk permukaan kulit.

Lelaki bersurai merah yang tidak lain adalah seorang Nanase Riku sedang duduk di atas sofa dengan memeluk kedua lututnya sendiri. Ia menggigit ujung bibir bawahnya. 'Tidak boleh seperti ini...' ujarnya dalam diam.

Kepalanya kini disandarkan pada kedua lututnya membuat wajahnya menjadi tertutupi. 'Aku harus mengatakannya... Tapi-'

"Ini menyesakkan," gumamnya yang tanpa sadar mulai menitikkan air dari pucuk matanya.

Setetes demi setetes air perlahan bergantian keluar dari kedua matanya yang terpejam. 'Aku tidak boleh seperti ini... Jangan egois Nanase Riku'

Kini tubuhnya gemetar, dia berusaha untuk menahan isaknya. 'Jangan menundanya. Ini keputusanku sendiri kan. Tapi..'

"Ditinggalkan maupun meninggalkan rasanya sama-sama menyakitkan," katanya dengan suara yang bergetar.

"Semua akan tetap terulang jika aku tidak segera mengakhiri ini" Riku-

Hujan kali ini seperti menemaninya untuk menangis. Ditinggalkan memang begitu menyakitkan tetapi meninggalkan sendiri juga terasa sangat menyakitkan.

Sebuah langkah kaki mulai mendekat tanpa disadari. Sang kakak menghampiri adiknya yang sedang termenung dalam isaknya. Sedikit membungkuk, Tenn menyelimuti tubuh adiknya dengan selimut, sebagai penghangat agar hawa dingin tidak mengusiknya.

Menyadari sesuatu yang menyelimuti tubuhnya, Riku dengan refleks mengangkat kepalanya yang bersandar di lututnya sendiri. Iris crimsonnya menangkap sosok kemmbarannya yang sedikit menekuk lutut agar bisa menyamakan tinggi dengan Riku yang duduk di sofa.

Bulir-bulir air mata terus berjatuhan begitu saja sehingga membasahi kedua pipinya. "Tenn-nii..."

Menghela nafas kecil, tatapan matanya melembut disertai dengan senyum berkesan tulus yang terukir di wajah cantiknya. Dia memegang satu tangan adiknya dan menggenggam telapak tangan yang terasa dingin itu. "Semua akan baik-baik saja. Aku janji"

Kedua tangan Tenn kini beralih menuju ke pipi sang adik, memangkuk wajah Riku dengan kedua telapak tangannya sembari mengusap bekas air mata yang membasahi pipi adiknya. "Jangan khawatir karena aku akan baik-baik saja. Lakukan apa yang menurutmu benar dan jangan ragu"

Ꭲɾꫀᥲ᥉ᥙɾꫀ Ꮖᥒ ℳᥡ Ꮮเƒꫀ - [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang