REC-24

6.2K 730 259
                                    

Jakarta, Indonesia.


Please accept my apologies for keeping you waiting for so long." Tanpa mengalihkan pandangan sekalipun, Nolan sudah tahu siapa orang yang kini duduk di sebelahnya. "I've got a lot to do before I meet you here." Ditambah dengan sindiran barusan, Nolan hanya mampu menipiskan bibir seraya menganggukan kepala pelan.

“It's okay." Enggan bertemu tatap, Nolan lebih memilih menatap tautan kedua tangannya sendiri. "Thank you for taking the time out of your busy schedule to meet with me," balasnya, melirik sedikit ke arah Ben yang menanggapi lewat helaan napas berat.

“How's everything?" Ben tiba-tiba saja melempar pertanyaanmemulai obrolan lebih cepat dari yang Nolan duga. "I've heard you'll be in Jakarta for an extended period of time," lanjutnya, sebelum sempat mendengar jawaban dari Nolan.

Nolan mendengkus pelan, ia meluruskan tatapannya. "Kenapa? That appears to be bad news for you and your family, doesn't it?"

Ben mengedikkan bahunya, "well, pardon my French, then." Kakak kandung Aline itu sempat tertawa sebentar. "Karena gue nggak ada kontak mereka, tolong salamin ke Algis sama Narendra. Thanks a lot karena mereka udah mau bantu ngeberesin berita kemarin."

Jelas, Nolan tahu maksud dari ucapan Ben barusan. Entah, dia harus merasa miris karena hanya kepada Algis dan Narendra-lah, Ben berterimakasih, atau respons pria itu yang terlihat biasa-biasa saja di pertemuan mereka setelah beberapa tahun tidak pernah bertemu.

"I will tell them later." Nolan menanggapi setelahnya. "Since it was leaked by the media a few days ago, news sharing has indeed decreased. I and the others are still looking for a solution," sambungnya memberikan informasi yang telah dikumpulkannya sebelum bertemu Ben hari ini.

Di sebelahnya, Ben mengangguk-anggukan kepalanya. "Some information has been restricted, and several media outlets have also taken down the news about the three of you." Ben mengembuskan napas kasar, ia merendahkan sedikit tubuhnya sambil mencabuti beberapa rumput kecil di bawah kakinya. "Gue berharap lo nggak salah langkah aja, sih," imbuhnya.

Kening Nolan mengernyit dalam, "what do you mean?"

"Berita lo sama Aline aja udah bisa bikin kita kerepotan. Eh, ini ditambah sama Wisanggeni." Raut Nolan mendadak berubah. "Terus, out of nowhere ada berita lo lagi deket sama temen kerja lo di Frow." Ben menyeringai begitu melihat bagaimana reaksi Nolan yang berubah kaku di sampingnya.

Saat berita 'mereka' kembali tersebar, Ben sebenarnya tidak menaruh rasa takut yang berlebihan—tidak seperti saat berita Aline dan Nolan pertama kali meramaikan media—selain karena dia dan timnya sudah belajar dari pengalaman sebelumnya, Ben juga percaya kalau pihak lain—yang bersangkutan dengan rumor yang ramai—tidak akan tinggal diam.

Bukan hanya memiliki tim media social specialist yang professional, Ben juga tahu kalau Nolan memiliki back up berupa teman-teman yang sangat bisa membantunya dalam menangani rumor-rumor ramai di media. Setelah kasus korupsi salah satu mantan pejabat, Ben tidak tahu kalau pengalihan berita rumor kali ini mengumpankan satu orang wanita biasa—staff di salah satu biro arsitektur baru di Jakarta yang kebetulan merupakan teman sekantor Nolan.

Tidak sulit bukan untuk mengetahui apa yang tengah direncanakan Nolan?

"Tenang. Lan, as someone who has done a lot of risky things, I won't comment on your method." Seperti paham kegusaran Nolan yang duduk di sebelahnya, Ben menyahut santai.

"Aline... gimana?" tanya Nolan ragu, masih tanpa melihat ke arah Ben.

"Gimana apanya? Kenapa nggak tanya langsung ke orangnya aja?" Ben melemparkan pertanyaan lain yang berhasil membuat Nolan langsung bungkam di kursinya. "Yang lo liat gimana? Lo masih kenal Aline, kan?" Dengkusan Ben terdengar jelas, ia tertawa pelan menanggapi keterdiaman Nolan. "Menurut lo dia gimana sekarang?"

RECONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang