REC-35

5.5K 702 181
                                    

Bali, Indonesia.

"Thank you for all of your hard work, Gen! Wasn't it a pretty smooth first day?" James—Restaurant Manager The Olive Garden—menepuk bahu Geni beberapa kali begitu pria yang hari ini resmi bekerja sebagai Head Waiter di salah satu restaurant yang masuk ke dalam list 50 restaurant terbaik di dunia itu pamit pulang.

Geni tertawa sembari mengedikkan kedua bahunya, membalas pertanyaan Manager barunya itu.

"I'm impressed with how hard you worked today. So I'm hoping it will be just as good tomorrow and in the future."

Geni mengangguk, mengucap terima kasih pada James lalu segera beranjak keluar dari restaurant. Ia menyapa beberapa staf restaurant yang terlihat masih berkumpul ketika melewati pintu belakang.

"Pulang, Pak?" Geni mengangguk, menjawab pertanyaan Deril—salah satu waiter The Olive Garden. "Kumpul sini dulu, lah, Pak. Bagi-bagi cerita hari pertama kerja di sini."

Jika dibandingkan dengan staf lain yang sudah lebih dulu bekerja di The Olive Garden sejak 2 minggu lalu, Geni memang bisa dikatakan baru di sini. Mike—teman yang menawarkan pekerjaan ini kepadanya—sudi membantu Geni untuk menyampaikan pada 'para atasan' untuk memberikan sedikit waktu untuknya sebelum resmi pindah ke Bali dengan alasan ada beberapa hal mendesak yang perlu diurus.

"Next time, ya!" ucapnya yang langsung disahuti ramai oleh beberapa staf di sana. "Let me treat you to some beer and food later."

Ucapan Geni jelas disambut sorakan meriah dari beberapa staf laki-laki, sementara sisa staf perempuan hanya mampu mengulas senyum segan ke arah Geni.

"Siap, Pak!" timpal Deril seraya membuat gestur mempersilahkan Geni untuk kembali melanjutkan langkahnya.

Geni hanya mampu menggelengkan kepala sekaligus menahan senyum geli ketika melihat tingkah Deril dan teman-temannya yang mengingatkan Geni tentang beberapa staf Primland Surabaya seperti Adi, Fariz, Syifa, dan lainnya.

Berbicara tentang mereka, satu minggu sebelum kepindahannya ke Bali—Aldean, Adi, Fariz, dan perwakilan staf Primland Surabaya datang ke Jakarta untuk menemuinya.

Selain berpamitan karena tahu bahwa Geni akan pindah ke Bali, kedatangan mereka untuk menemuinya juga untuk melampiaskan kekesalan atas keputusan sepihak pemecatan Geni yang dinilai tidak masuk akal.



Jakarta, Indonesia

"Kalau dari awal mereka memang menilai 'citra' perusahaan lebih baik, ya, buat apa ambilresiko dengan menerima Pak Geni, kan?" Begitu ucap Fariz ber-api-api saat mereka berkumpul di salah satu cafe di daerah Kuningan. "Mereka itu mentang-mentang punya 'kuasa' jadi seenaknya begitu!"

Kalau Geni yang 10 tahun lalu dikonfrontasi begitu pasti akan ikut panas, tapi Geni yang saat ini duduk dengan tenang—mencoba menyikapi permasalahannya dengan baik-baik hanya bisa tertawa geli.

"Dari awal, aku justru udah punya firasat buruk, sih." Adi yang sejak tadi diam, tiba-tiba saja menyahut membuat Geni, Fariz, dan Aldean menatapnya penasaran. "Soal Ibu Aline," tambahnya yang dihadiahi desahan pelan Fariz dan Aldean.

Di tempat duduknya, Geni menipiskan bibir seraya menggelengkan kepala. "Firasat ngawur itu! Lagian, kenapa pembahasan kita jadi ke mana-mana, sih?"

Aldean—yang menangkap gelagat 'tidak nyaman' dari Geni—ikut menganggukan kepala. "Terus, kerjaanmu di The Olive Garden itu gimana, Gen?"

Pertanyaan dari Aldean berhasil mengubah topik pembicaraan mereka. Adi dan Fariz yang awalnya merasa keberatan dengan topik pembicaraan baru mereka, pada akhirnya juga ikut menimpali seru obrolan mengenai pekerjaan baru Geni setelah pindah ke Bali.

RECONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang