REC-32

5.5K 799 257
                                    

The piece of Aline's heart that is still missing (the Pandora Box first part—which happened a few years ago)



Some people interpret and explain love in various ways. For Aline, interpreting love is about mutual trust and understanding. Aline reasoned that if she had those two things, love would always be present—all around her. Perhaps Aline has been blinded by love for so long that she has forgotten the presence of distrust and inadequacy that exists in every human being.

Mungkin bisa dibilang, Aline terlalu naif saat mempercayai bahwa dengan 'cinta' saja semuanya cukup bagi keduanya—bahwa mereka hanya butuh satu sama lain.

Saat itu, Nolan terlihat percaya diri meyakinkan Aline bahwa pria itu menerima Aline apa adanya—bahwa Nolan tidak akan pergi ke mana-mana tanpa dirinya.

Mungkin, saat itu di mata Aline, Nolan terlihat begitu 'yakin', dan mampu membuat Aline membayangkan bahwa 'cinta' itu sejatinya ada untuknya.

'Dunia' yang sebelumnya tidak pernah Aline bayangkan untuk tinggali itu ternyata nyata, dan Nolan-lah satu-satunya pria yang membawa 'dunia' itu kepadanya.

Can you imagine how amazing Nolan is in Aline's eyes?

Sejak awal, Nolan adalah segalanya bagi Aline.

Tapi, apakah hal itu juga berlaku bagi Nolan?

Apakah Nolan juga menanggap Aline sebagai segalanya?

Pertanyaan itu terjawab di setiap harinya. Keraguan yang dipertanyakan Aline dalam diamnya itu mendapat jawaban yang sama hampir di tiap harinya saat ia menghabiskan waktu bersama Nolan.

Lewat senyumnya. Lewat tutur kalimatnya yang lembut. Lewat sapuan halus di rambutnya. Lewat ciuman-ciuman kecil yang pria itu berikan. Lewat setiap kalimat penenang dan penyemangat yang selalu Nolan lontarkan ketika ia sedang kalut.

Dan, lewat sebuah cincin dengan serentetan kalimat yang mampu meyakinkan Aline kalau memang ketidakmungkinan itu ternyata hadir lewat perwujudan sosok Nolan di kehidupannya.

Minutes turn into hours, and hours turn into days, and days turn into years.

Nyatanya, Aline dan Nolan hidup bahagia dibawah penilaian orang-orang tentang kebersamaan keduanya yang tak akan bertahan lama.

Aline sendiri tidak akan pernah berhenti bersyukur jika hal itu menyangkut soal sosok Nolan. Jika segala keberuntungan di hidupnya bisa ditukar, Aline akan memilih untuk memberikan semuanya pada Nolan—seseorang yang dengan sabar dan hati luas yang mau menerima dan rela disandari oleh segala kerumitan dan kekurangan yang melingkupi sosoknya sebagai Aline.

Aline rela memberikan segala keberuntungan di hidupnya.

Semuanya.

Tapi, bukan—

"Elijah mana?"

"Anak Papi udah besar, ya?"

—Elijah—anak Brigitta—kakak iparnya—atau Elijah-Elijah lain yang tidak akan pernah bisa Aline hadirkan di kehidupan Nolan.

"Please, Lin, believe me! I mean it when I say that living alone with you is enough... Aku enggak butuh orang lain, aku cuma butuh kamu..."

Template semacam ini yang selalu dikatakan Nolan saat Aline mulai meragukan hubungan keduanya. Dan, untuk kesekian kalinya Aline dibuat buta—percaya kalau memang mereka berdua hanya butuh satu sama lain.

Nolan tidak akan ke mana-mana, pria itu akan selalu bertahan di sisinya. Itu yang Aline percaya.

But why does Aline's heart have to hurt when she sees how happy Nolan is when he's with Elijah?

RECONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang