Di dalam sambungan telepon, Nana lah yang memulai topik pembicaraan.
"Han?"
"I-iya Na, kenapa?"
"Gue boleh minta tolong kan?"
'Tunggu-tunggu! Kan akhir-akhir ini gue nggak deket sama Nana, terus kenapa dia minta tolong sama gue? Jangan jangan emang dia yang ngirim paket diary itu, atau dia naksir gue. Sumpah demi apa sih pikiran gue melayang kemana-mana' batin Hana.
"Han? Nggak mau bantuin gue ya? Kok bengong sih. Lo denger suara gue kan?"
"Eh iya Na, gue denger kok. Lo butuh apa?"
"Jadi, gue disuruh Bu Nia ikut Olimpiade Sejarah. Berhubung lo pandai sejarah, tolong jelasin semua materinya ya"
"Gitu ya Na, oke bisa kok"
'Tuh kan bukan apa-apa. Pikiran gue Ya Allah' batin Hana.
"Okelah, besok ketemu ya, di kafe deket rumah lo aja"
"Oke Na, see u!"
'Tuut-tuut' telponnya terputus seketika.
"Parah sih, ku pikir.. Eh tunggu deh. Kalau bukan Nana yang kirim, terus siapa? Aaargh bikin stres aja!"
'Drrt-drrt' Hana sama sekali nggak sadar kalau ponselnya bergetar. Ia malah memilih untuk tidur dan melupakan kejadian hari ini.
Jam mulai menandakan pukul 16.00 membuat mama Hana berteriak membangunkan Hana. Hana yang nyawanya baru terkumpul setengah sontak kaget setelah membuka Hp, karena ada banyak pesan masuk dari Bu Nia.
"Asem, gue ketiduran!" katanya
"Hah? Gue? G-gue disuruh ikut olimpiade. Sama Nana? Duh parah banget T_T" dan ternyata pesan dari Bu Nia adalah Hana dengan Nana harus bekerja sama untuk memenangkan olimpiade sejarah mewakili sekolahnya.
***
Mentari pagi mulai menunjukkan keseriusannya dalam menyinari Bumi. Ayam tetangga pun mulai ghibah dengan ayam pak RT.
'Hhh, jam berapa ini?' batin Hana sembari membuka matanya dengan pelan.
"Hah? Jam 9? Kemaren janjian sama Nana jam berapa ya, duh telat nih pasti gue! ish gara-gara tadi habis Salat Subuh malah ketiduran astaga!"
Hana tergesa-gesa mengambil handuk untuk mandi dan memasukkan buku sejarahnya ke dalam tas yang akan ia bawa.
"Oke, semua udah siap, yok kita gas ke kafe. Udah jam setengah sepuluh lagi haduhh"
Ia bergegas keluar rumah, ternyata keadaan sedang tidak berpihak kepadanya. Motor yang biasa ia bawa, saat ini sedang dicuci.
"Ah, jalan kaki aja deh. Toh nggak jauh" ia terpaksa berlari menuju kafe, sesampainya di sana ia langsung duduk di samping Nana.
"Jam berapa ini Han? Kok lo baru dateng!"
"Duh maafin gue Na, tadi gue bangunnya telat. Maaf deh, lain kali ga akan gue ulangin lagi!"
"Yaudah cepetan ajarin gue!"
"Iya, sabar bisa ga sih. Nafas gue masih belum teratur. Tadi gue lari, motor lagi dicuci!"
"Hmm, nih minum dulu!" ucapnya sambil menyodorkan minuman.
'Hah? Nana nawarin gue minum? Ga mimpi kan gue?' batinnya.
"Heh, minum! Malah bengong"
"Eh iya kok diminum" tuturnya sambil mengeluarkan buku sejarah dari dalam kandangnya.
"Oiya Na, gue juga ditunjuk Bu Nia buat ikut olimpiade sejarah juga"
"Bagus dong, jadi gue nggak perlu paham-paham amat. Kita satu tim kan?"
"Kayaknya sih gitu Na"
"Yaudah, gue mulai ya. Kita belajar dasarnya dulu. Jadi, konsep sejarah itu melibatkan manusia, ruang, dan waktu.."
Setengah jam berlalu, Nana mulai bosan karena ia membenci pelajaran sejarah.
"Udah ah! Capek gue, ngantuk lagi. Gini nih kalau belajar sejarah. Bikin ngantuk, mana nggak paham-paham lagi!" keluh Nana.
"Hahaha, lo nya aja sih yang kaya gitu, gue mah enggak!" bantah Hana.
"Kok bisa ya, gue disuruh ikut olimpiade ini. Padahal jelas banget kalau jurusan gue MIPA. Nilai sejarah gue juga dibawah KKM"
"Emm, karena otak lo encer kali, jadi kalau dijelasin gampang pahamnya" puji Hana.
"Heh, ngaco ya lo Han. Ckck"
"Oke oke, kita sampai sini aja bahas sejarahnya. Besok atau lusa gue bakal jelasin lagi. Kita pulang yok" sahut Hana.
"Yaudah tunggu, biar gue yang bayar!" tutur Nana.
"Hah? O-oke makasih"
"Han, yok gue anterin pulang deh. Sebagai rasa terimakasih gue ke lo!"
"N-nggak usah Na, gue jalan kaki aja kan-"
"Udah, ayo naik!"
"I-iya, makasih Na!"
Motor Be*t khas Nana kini bisa disentuh bahkan dinaiki oleh Hana. Ini merupakan suatu kejadian yang menurutnya sangat mustahil. Tapi sekarang semua terjadi begitu saja bagaikan air terjun yang mengalir deras.
Suasana canggung mulai menyelimuti mereka. Untung jarak kafe dengan rumah Hana nggak terlalu jauh, jadi ia bisa keluar dari kejadian menegangkan ini.
"Gue masuk dulu ya. Lo nggak mau mampir sekalian?"
"Nggak Han, makasih"
"Oke, see u!"
Motor Nana mulai hilang ditelan pertigaan rumah Hana. Ia semakin bingung, padahal sudah tidak ada jarak dengan Nana, tapi entah kenapa hatinya tidak merasakan apa-apa. Seolah ia sudah tak punya rasa kepada Nana. Sangat bertolak belakang ketika ia mendapat pesan dari Rio, jantungnya selalu berdegup kencang.
"Kok bisa gitu ya, padahal tadi udah deket banget sama Nana, tapi kok gue nggak bahagia, kok malah canggung gitu. Kesannya kek gue nggak pernah ada rasa sama dia!" ucap Hana sambil duduk merenung di sudut kamarnya.
-
-
-Jadi, gimana kelanjutan kisah Hana? kira-kira ia benar punya rasa dengan Rio atau masih stay sama Nana?
Part ini agak panjang, sdh baca sampai sini sabilah tekan bintang hehe. Thanks all..
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me?
Teen Fiction'...Kok bisa ya gue naksir sama cowok yang cueknya masyaallah' "....Terus maksudnya apa coba? Dia suka sama gue gitu?..." "...Hahaha makanya kalau benci itu jangan benci-benci amat! Naksir kan lo sekarang? Hahaha ckck!" "Aku mau jujur!" "Kak, lo...