Happy reading all~
“Ck. Siapa yang mukulin gue kemaren! Perut gue masih nyeri. Gue harus cari identitasnya. Gak terima gue!” ucap remaja itu memandangi wajahnya sendiri di depan cermin. Ia langsung menggendong tas kecilnya untuk dibawa ke sekolah.
Tepat pukul 07.00 bel masuk berbunyi, seluruh siswa telah duduk di kursinya masing-masing. Begitu juga dengan Nana, hari ini ia berangkat lebih pagi. Ia memutuskan untuk tidur dulu di dalam kelasnya, setelah kejadian semalam, ia merasa sangat kelelahan.
(Flashback on)
‘Apa? Dia kan.. kenapa dia bawa tas besar? Apa isi tas itu? Buat apa?’ batinnya sambil memperhatikan seseorang yang mencurigakan dengan dua preman dihadapannya.
“Ini bayaran ekstra untuk kalian. Kalian sukses lenyapin jejak tabrakan waktu itu. Kalian bagi dua aja!” lirih seseorang itu, namun masih bisa terdengar dalam jarak 30 meter, sedangkan jaraknya dengan Nana hanya 20 meter. Nana bersembunyi di balik pohon dengan pakaian serba hitam.
Ia tak sengaja bertemu dengan orang itu saat hendak pergi ke toko alat tulis untuk membeli beberapa perlengkapan sekolah.
Beberapa detik setelah orang itu memberikan sejumlah uang, preman di hadapannya menepuk pundak orang itu dan pergi dari sana. Kebetulan sekali, ada seseorang yang meninggalkan topeng muka di bawah pohon yang menjadi tempat Nana berdiri. Dengan cekatan, Nana memakai topeng itu dan memukul keras perut orang itu.
“Oh jadi lo yang bikin dia celaka kemarin? Iya? Gue kira lo orang baik. Gue kasih kesempatan lo buat deket sama dia. Tapi lo malah sia-siain orang sebaik dia. Sebenernya lo punya otak gak sih? Ck.” Celetoh lelaki bertopeng dengan jari-jemarinya yang menarik kerah lawan bicaranya kala itu.
“Maksud lo apa? Lepasin!” jawabnya kepada lelaki bertopeng itu.
“Ck. Masih tanya lo? Lo gak sadar?” Sahutnya. Lelaki bertopeng itu memukul perut lawan bicaranya, di setiap pukulannya ia berkata, “Ini buat lo yang bikin dia nangis dan ini buat lo yang bikin dia masuk rumah sakit!”
“Berani lagi lo sakitin dia, lo bakal abis di tangan gue!” teriaknya sebelum pergi meninggalkan seseorang yang babak belur oleh ulahnya.
Sesampainya di rumah, Nana hanya termenung. Baru pertama kali ini ia memukul seseorang hanya demi wanita yang ia sayangi.
“Gue.. gue mukul orang. Gapapa tindakan ini udah benar. Gue nggak salah. Memang dia yang salah. Hana.. gimana keadaan dia sekarang!”
“Halo sus. Hana...” tutur Nana disaat telponnya tersambung dengan ponsel sang suster.
“Hana sudah tidur, apakah ponsel ini saya taruh di dekatnya lagi?”
“Nggak perlu sus, saya cuman mau bicara sebentar sama dia. Tolong dekatkan ponsel ini sebentar sus!”
“Hana, gimana keadaan lo? Udah mendingan, kan? Ternyata lo nggak bahagia ya sama Rio? Lo terluka, Han. Maafin gue, gue nggak lupa sama janji-janji gue, Han. Tiga orang yang menjadi musuh lo, bakal gue temuin sebentar lagi. Gue udah tahu salah satu dari mereka. Lo tenang aja ya, Han. Cepet sembuh, cantik!”
“Suster, udah. Makasih sus!” ucapnya mengakhiri sambungan telepon.
Nana tidak bisa tidur semalaman, ia masih tidak menyangka jika orang itu adalah dalangnya. ‘Kenapa harus lo yang jadi dalangnya? Hari lo semakin dekat, kawan. Nikmati aja ya! Besok gue bakal ke kantor polisi!’ batin Nana merebahkan dirinya di atas kasur, tapi pandangannya masih terjaga hingga mentari datang.
(Flashback off)
***
Sekarang, jam menunjukkan pukul satu siang. Nana bergegas keluar kelas dan menuju kantor polisi dengan menaiki motornya.
“Pak, saya ingin melaporkan suatu kejahatan.” Ucapnya setelah sampai di kantor polisi.
“Baik, ceritakan detailnya, lalu isi formulir ini!” jawab lelaki berseragam itu.
“Kejadian bulan lalu, ada tabrakan di jalan dekat dengan Cafe Sunrise. Kejadian itu menyebabkan teman saya masuk rumah sakit dan koma selama berminggu-minggu. Apakah bapak ingat kejadian itu?”
“Tunggu sebentar.. Cafe Sunrise. Ya, saya mengingatnya. Kasus itu adalah tabrak lari, sampai sekarang kami masih belum menemukan pelaku dibalik tabrak lari itu.”
“Saya rasa, ini orangnya pak.” Jawab Nana santai dengan menunjukkan video yang sempat ia rekam kemarin.
“Baik, silahkan kirim video tersebut ke nomor ini dan tunggu info selanjutnya, kami akan segera memastikan hal ini. Sebelum itu, anda perlu mengisi formulir pengajuan laporan ini.” Jelas lelaki berseragam itu sembari menodorkan selembar kertas kepada Nana.
“Ini sudah saya isi, pak. Terimakasih!” tutur Nana setelah selesai mengisi formulir itu.
“Baik, terimakasih atas kerjasamanya.”
“Saya tunggu info selanjutnya ya, pak!” sahut Nana lalu meninggalkan kantor polisi itu.
***
Nana keluar dari kantor polisi dengan perasaan lega. 'Lo tenang aja, Han. Selagi masih ada gue, lo bakal aman!' Batinnya.
Hari ini, ia berencana untuk pergi mencari tahu siapa dua wanita yang meneror Hana sewaktu terbaring di rumah sakit, tapi sebelum itu ia harus membeli beberapa barang untuk dijadikan hadiah setelah semuanya terbongkar, dan ia akan jujur mengenai segalanya kepada orang yang sangat ia sayangi.
'Keknya ini cocok kalau dipake sama Hana, pasti dia cute banget' batinnya sembari mulutnya tersenyum melihat sebuah topi berwarna biru.
***
"Ma, aku kapan pulang?" Tanya Hana kepada mamanya yang sedang menyuapi Hana bubur buatan rumah sakit
"Kata dokter, sore ini kamu bisa pulang. Makanya makan yang banyak biar cepet sehat!"
"Emm, iya. Ma, pulangnya besok aja ya. Masih mau disini bentar hehe. Kan kalau pulangnya sore nanti cepet malemnya, jadi sampai di rumah langsung tidur nggak bisa nonton-nonton Tv dulu hehe!"
"Iya sayang. Makan dulu yaa!"
'Aku harus pastiin. Semalem waktu tidur, aku denger jelas suara Nana. Pokoknya aku harus pastiin, itu Nana apa nggak. Aku udah muak sih sebenernya ngelihat kamar ini, tapi Nana. Gapapa semalem lagi, demi Nana!' Batin Hana dengan senyuman nakalnya.
-
-
-
-
-
Siapa yang dipukuli oleh Nana?
Apakah dia adalah pelaku dibalik semua kejadian yang menimpa Hana?
Sesuka itu ya Hana sama Nana wkwk
-
Nana ternyata peduli:)
-
Maaf baru update, belakangan ini sibuk bangett wkwk.
Tenang aja, kali ini bakal double update kok haha!
-
Uda baca sampai sini, sabilah tekan tombol bintang wkwk.
Thanks all~
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me?
Teen Fiction'...Kok bisa ya gue naksir sama cowok yang cueknya masyaallah' "....Terus maksudnya apa coba? Dia suka sama gue gitu?..." "...Hahaha makanya kalau benci itu jangan benci-benci amat! Naksir kan lo sekarang? Hahaha ckck!" "Aku mau jujur!" "Kak, lo...