Happy reading all~
“Kayaknya udah banyak nih hadiah buat Hana. Gue pulang sekarang aja lah, udah kangen sama dia, gue pengen telepon dia lagi, meski gak bakal denger suara dia, tapi gapapa haha!” ucap Nana sembari melihat paperbag yang penuh dengan barang lucu untuk orang yang ia sayangi, Hana.
Sesampainya di rumah, ia membuka handphone dan mencari nomor telepon sang suster, setelah tersambung, ia langsung meminta suster untuk meletakkan handphone nya di dekat Hana.
“Hana, gimana kabarnya? Baik-baik aja, kan? Emm Hana harus cepet sembuh yaa! Hanaa, gue udah ketemu pelakunya. Lo tenang aja, gw bakal abisin dia, Han. Kapan lo bisa sekolah lagi? Gue kangen sama lo! Gue kangen sama senyuman di wajah lo, Han. Lo nggak bahagia ya? Gue tau kok, sabar ya Han. Suatu saat nanti, gue bakal bikin lo bahagia sama gue! Dadah, cepet sembuh cantik!” ucapnya setelah telepon disandingkan oleh suster di samping telinga Hana.
‘Nana..’ batin Hana.
Malam berlalu dengan penuh misteri, Hana merasa aneh dengan kejadian semalam, bagaimana mungkin Nana peduli dengannya? Padahal di sekolah aja ia membenci Hana.
“Gue butuh buku diary. Diary ini, apakah dari Nana? Ah nggak mungkin! Perasaan gue kenapa nggak tenang gini sih. Semalem.. itu bener suara Nana, tapi kenapa? Ah mungkin gue cuman ngigo aja, gak mungkin lah!” Tutur Hana memandangi buku diary yang di dalamnya sudah penuh oleh tulisan tangan Hana.
“Nak, siap-siap ya. Kamu pulang sekarang!” tiba-tiba saja Mamanya Hana masuk, untung saja tadi mamanya tidak mendengar ocehan Hana.
***
Sementara di sekolah, Nana hanya bisa merenung. Sampai saat ini, ia masih belum mendengar kabar terbaru dari polisi itu. Awalnya ia merasa ragu, tapi hati kecilnya mengatakan bahwa semuanya akan berjalan sesuai dengan harapannya.
“Lo harus mulai ngitung hari, broo!” ucapnya di depan cermin kamar mandi sekolah. Kalimat tersebut ia ucapkan guna menenangkan pikiran dan hatinya.
“Apa? Hana pulang sekarang? Syukur deh. Terimakasih infonya, pak!” ucap seseorang itu di dalam sambungan teleponnya. Siapa lagi kalau bukan Rio?
‘Ck. Orang itu. Tapi, Hana pulang hari ini? Syukurlah berarti dia sudah baik-baik aja. Sekarang, gue bisa lanjut ungkap identitas dua wanita itu!’ batin Nana memandang Rio dari dalam kamar mandi.
Rio melewati pintu kamar mandi disusul oleh Nana yang ingin kembali ke kelasnya. Ia melewati kelas Hana, tempat duduknya masih kosong. Langkah kakinya terhenti setelah melihat seorang wanita yang seumuran dengannya, sepertinya ia merasakan sesuatu.
“Kayaknya gue pernah liat dia deh, tunggu-tunggu dia kan.. foto yang dikirim suster. Iya, dia salah satu dari orang itu. Dia ngapain masuk ke kelas Hana? Apakah dia sekelas dengan Hana? Jadi.. orang itu.. iya gue yakin banget itu orangnya!”
***
Saat mentari tepat berada di atas kepala, seluruh siswa SMA Mega menghela nafasnya. Hari ini pulang lebih pagi, sepertinya akan ada rapat. Hal itu memberikan peluang kepada Rio untuk mampir ke sebuah toko. Ia membeli beberapa barang untuk dibawa ke rumah Hana petang nanti.
Sedari tadi, Nana dilanda kebingungan. Ia sudah menemukan pelaku yang menabrak Hana, ia juga sudah menemukan salah satu wanita yang meneror Hana. Tapi, masih ada satu lagi, ia masih belum menemukan wanita kedua yang meneror Hana di rumah sakit, yang pasti salah satu diantara mereka. Polisi juga masih belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai kasus Hana. Nana memilih untuk kembali menyelidiki dua wanita itu. Ia harus menemukannya, ia harus membongkar kedoknya.
"Gak bakal gue biarin lo lepas!" Ucap Nana mengikuti wanita di depannya. Wanita itu berhenti di depan sebuah kafe.
"Nunggu lama, ya?"
"Nggak kok!"
"Gue masih belum bisa bunuh dia! Lo sendiri gimana?"
"Gue juga belum berhasil. Seperti ada yang melindunginya."
Dan ternyata apa? Mereka adalah kedua wanita itu. Sialnya, kedua wanita itu memiliki hubungan dengan orang jahat di balik kasus tabrak lari Hana.
"Ck. Mereka!! Kalian gak akan lepas. Gue bakal usut tuntas perilaku murahan kalian!" Lirih Nana dengan nada yang kasar.
Selang beberapa menit, kedua wanita itu keluar dari kafe. Sedangkan Nana kembali berada di kantor polisi untuk menanyakan perkembangan kasus Hana. Di sana, Nana mendapat penjelasan jika polisi sudah menemukan fakta dan pelaku akan digrebek malam ini. Di saat seperti ini lah Nana merasakan kedamaian dalam hatinya.
***
“Permisi om, tante!”
“Oh, Rio? Silahkan masuk, nak!”
“Terimakasih om..”
“Siapa, Pa? Oh, ngapain?”
“Ngga, gimana keadaan kamu, Han?”
“Punya mata, kan? Bisa lihat dong! Gue baik-baik aja. Pa, aku mau naik dulu!” ucapnya sambil melangkahkan kaki menuju tangga yang akan menjadi jalan ke dalam kamarnya itu. Hana tak menghiraukan ucapan Rio, maupun papa nya waktu itu. Ia malas sekali melihat wajah Rio.
“Ck. Ngapain lagi dia kesini! Males banget!” tutur Hana setelah merebahkan dirinya di pulau kapuk kesayangannya.
Sementara di bawah sana, ada Rio dengan orang tua Hana. Rio berbicara sangat manis seakan tidak terjadi problem dengan Hana.
“Nak Rio, maafin Hana. Mungkin dia sedang lelah..”
“Iya om, saya paham kok.”
“Eh ada Rio, gimana kabarnya sayang?”
“Baik-baik aja tante. Oiya tan, ini saya ada hadiah kecil untuk Hana.”
“Wah repot-repot. Nanti tante kasih ke Hana ya!”
“Terimakasih tante. Oiya, saya permisi dulu ya tante, om, udah sore” tutur Rio dengan mencium tangan orang tua Hana.
“Hati-hati Nak” ucap kedua orang tua Hana.
‘Gue berhasil’ batinnya.
-
-
-
-
-
Siapa identitas asli kedua wanita itu?
Siapa pelaku dibalik semua ini?
Nana the best.
-
Double update yaaa.
-
Sabilah tekan tombol bintang hehe
-
Thanks all ~
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me?
Jugendliteratur'...Kok bisa ya gue naksir sama cowok yang cueknya masyaallah' "....Terus maksudnya apa coba? Dia suka sama gue gitu?..." "...Hahaha makanya kalau benci itu jangan benci-benci amat! Naksir kan lo sekarang? Hahaha ckck!" "Aku mau jujur!" "Kak, lo...