Part-16

13 3 0
                                    

Happy reading all
-

Seharian penuh, Hana dihantam habis-habisan oleh caci-maki dari setiap orang yang ia temui di sekolah. Setelah bel pulang berbunyi, ia menunggu ayahnya untuk menjemputnya.

‘Capek’ batinnya.

“Dorr!” teriak seorang laki-laki dari belakang sambil tangannya menyentuh pundak Hana.

“Nana?” ucap Hana spontan, karena di dalam tidur panjangnya, Nana yang selalu muncul dan mengejutkan Hana.

“Hm, Nana lagi ya? Bisa buka mata lebar-lebar gak? Aku Rio bukan Nana. Nana gak peduli sama kamu. Aku di sini, jangan cari Nana!” ucap Rio menekankan setiap kata-katanya.

Hana hanya terdiam mendengar ocehan dari Rio. Kata-kata terakhirnya sangat menyakiti hati Hana. Rio yang peka akan gadis di sampingnya itu langsung memeluk erat tanpa aba-aba. Hana hanya mencoba untuk melepaskan pelukan erat dari Rio, Rio yang sadar akan hal itu, dengan cepat langsung angkat bicara.

“Maaf, aku bentak kamu..”

“Nggak, lepasin aku. Aku mau pulang!”

“Tapi, papa kamu belum dateng, Hana!”

“Biarin, aku bisa jalan kaki!”

Saat kesempatan untuk kabur ia dapatkan, Hana langsung berlari menjauh dari Rio. Ia berjalan kaki menuju rumah besarnya, dan apa? Rio sama sekali tidak mengejar gadis itu.

‘Pa, ma.. dingin..’ batin Hana dengan tangan yang terlipat menyatu menjadi satu. Pening menyerang kepalanya lagi, dan.. ia kembali pingsan di dekat halte bus.

“Loh, itu Hana? Kenapa dia.. Hana bangunn! Hana ayo ke rumah sakit!” teriak seseorang yang berniat menolong Hana. Ia memesan taksi, beberapa menit, taksi itu datang, tak pikir panjang ia langsung memapah Hana ke dalam taksi itu.

“Hana, kenapa lagi.. kenapa pulang sendirian? Sebentar lagi, tunggu ya.. kamu jangan sakit-sakitan gini dong. Janji harus sehat yaa!” tutur seseorang itu. Ia membawa Hana pergi ke rumah sakit, sesampainya di sana, ia mengirim pesan kepada orang tua Hana untuk menjemput putri kecilnya itu. Ia tak ingin bertemu dengan orang tua Hana, ia memilih untuk segera pulang setelah mengirim pesan.

“Dok, anak saya..”

“Tenang ibu, bapak. Pasien Hana hanya kelelahan. Sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi!”

“Syukurlah. Yang membawanya ke sini siapa ya Dok?”

“Saya kurang tahu. Mungkin pihak administrasi mengetahuinya.. saya permisi dulu.”

“Baik, Dok. Terimakasih”

“Hana, kamu gak mau dengerin kata-kata mama semalam. Lihat! Kamu terbaring lagi nak. Kamu kenapa bandel banget. Mama khawatir sama kamu!” ucapnya dengan memandangi wajah anaknya yang masih terbaring lemas di atas kasur berwarna biru langit itu.

“Ma!”

“Pa, dia terbaring lagi. Pa, lihatlah dia sakit lagi”

"Yang membawanya ke sini siapa, Ma?"

"Kata dokter, disuruh tanya sama pihak administrasi Pa"

Papa Hana kembali setelah beberapa menit pergi menemui pihak administrasi, "Siapa yang membawanya kemari, Pa?" Tanya ibu Hana

"Seorang laki-laki. Seumuran Hana!"

"Rio?"

"Bukan, bukan dia."

***

“Hana, lo cepet sembuh, yaa. Gue kangen sama lo, Han!” ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di tembok besar dalam kamarnya.

With Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang