Part-14

19 4 3
                                    

Happy reading all~

“Oke oke, kita sampai sini aja bahas sejarahnya. Besok atau lusa gue bakal jelasin lagi. Kita pulang yok!” sahut Hana

“Ya, gue juga ada urusan. Gue cabut duluan!” ucap Nana sambil berdiri meninggalkan Hana sendirian di kafe itu.

Mereka mungkin tak menyadari, sedari tadi ada seseorang yang mengamati mereka berdua dengan tatapan sinisnya.

Sebelum Hana duduk di samping Nana, sebenarnya ia telah memesan hot chocolate. Otak Hana tidak akan terkoneksi kalau misal ia belajar tanpa ditemani oleh hot chocolate. Ia pergi ke kasir untuk membayar hot chocolate sebelum pergi meninggalkan kafe itu, tetapi..

"Mba, hot chocolate yang tadi atas nama Hana, berapa ya mba?" Tanyanya dengan sopan

"Loh, tadi sudah di bayar sama mas nya kak.."

"Oh begitu ya mba, terimakasih.."

Sepanjang perjalanan, Hana terus saja memikirkan Nana. Nana ternyata baik, tapi mengapa Nana tidak mengantarkan ia pulang.

'Hm mungkin dia benar-benar sibuk, tidak apa lah, setidaknya sudah ada sedikit kemajuan haha' batinnya dengan wajah gembira.

Namun naas, sewaktu ia menyeberang, ada pengendara motor dari sisi kanan yang melaju dengan kecepatan tinggi dan.. ‘brukk’ suara itu terdengar keras.

Ya, Hana. Entah.. sepertinya ini sudah direncanakan dengan baik. Motor itu menabraknya tepat pada bagian perut, sehingga menyebabkan Hana jatuh di tempat dan kepalanya yang juga terbentur keras oleh aspal jalanan.

Orang sekitar yang melihat kejadian itu langsung membuat kerumunan. Kebetulan sekali, Rio dengan motornya berada tak jauh dari lokasi kejadian. Rio melihat hal itu, ia langsung mengenali sang korban yang tak lain adalah Hana. Ia menelepon mobil ambulance dan langsung mencari ponsel Hana untuk menghubungi kedua orang tua Hana. Ambulance yang datang dengan sirene nya segera membawa Hana pergi ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan dengan segera.

Di lokasi kejadian, polisi mulai memberi garis polisi untuk mencari tahu apakah ini kejahatan berencana atau hanya kecelakaan yang tidak disengaja. Yang pasti, pelaku berhasil melarikan diri.

***

Sementara di rumah sakit, Hana dilarikan di ruang ICU. Rio hanya bisa tertunduk dengan tangannya yang mengadah kepada Allah untuk mendoakan keselamatan Hana.

“Dimana anak saya?” Suara yang berasal dari mulut ibu Hana berhasil mengagetkan Rio, dan Rio hanya menjawab seadanya saja. Ia jujur, dengan wajah polos ia menceritakan segalanya.

“Saya tidak tahu persis gimana kejadiannya, tante. Tapi tadi saya kebetulan berada di dekat lokasi kejadian, begitu saya melihat Hana terkapar, saya langsung menelepon ambulance dan membawanya ke rumah sakit ini.” Jelas Rio dengan air matanya.

Lima menit berlalu, dokter yang berada di ruangan ICU keluar dengan membawa segudang informasi.

“Keluarga pasien atas nama Hana!” ucapnya.

“Kami orang tuanya, dok” jawab ayah Hana merangkul pundak istrinya.

“Baik. Pasien Hana kehilangan banyak sekali darah. Tapi untung saja, stok darah di rumah sakit kami masih mencukupi. Untuk saat ini, Hana masih belum sadarkan diri. Keadaannya cukup kritis. Ia akan koma untuk beberapa saat. Kalian jangan khawatir, cukup doakan saja. Kalian bisa menemaninya dan memberinya semangat setelah ia dipindah ke kamar khusus.” Jelas dokter itu.

“Terimakasih, dok” ucap kedua orang tua Hana,

“Silahkan kalian bisa urus administrasinya. Saya tinggal dulu ya pak, bu.” Sambung dokter itu sambil melangkahkan kakinya meninggalkan ayah dan ibu Hana.

Ayah Hana dengan cepat menuju ruang administrasi untuk melunasi biaya pengobatan anaknya. Sementara ibu Hana duduk di kursi depan ruang ICU dengan Rio yang berada di sampingnya.

“Tante, Hana pasti sembuh. Tante tenang aja, ya!”

“..” tidak ada jawaban dari kata-kata yang dilontarkan Rio.

“Tante, Rio pamit pulang dulu. Besok Rio kembali ke sini lagi. Tante juga jaga kesehatan, ya. Hana pasti sembuh. Hana kan orangnya kuat!” dengan hati yang berusaha tegar, Rio mengucapkan kata-kata dengan harapan bisa menenangkan ibu Hana. Padahal, hatinya saja sedang rapuh karena keadaan Hana. Tak lupa ia mencium tangan ibunya Hana sebelum pergi meninggalkan rumah sakit itu.

***

Sesuai ucapan yang Rio lontarkan semalam kepada ibu Hana, sebelum pergi ke sekolah, ia selalu menjenguk Hana. Begitu juga dengan setelah pulang sekolah, ia selalu membawa buket bunga untuk Hana. Genap 14 hari, Hana masih belum saja menunjukkan tanda-tanda sadarkan diri. Tapi, Tuhan maha baik. Suatu hari, setelah dokter memeriksa keadaan Hana, ia mengatakan jika Hana sudah sadar dari komanya.

(Flashback off)

***

Dengan tempo yang begitu pelan, ibu Hana menceritakan segalanya. Hana mendengar itu semua, ia masih tidak percaya apa yang telah dikatakan oleh ibunya.

‘Bagaimana bisa? Bukankah tadi aku lagi sama Nana dan aku tiba-tiba pingsan.? Lalu, Nana membawaku ke rumah sakit. Dan dia.. diusir oleh papa’ hati Hana mengatakan seperti itu, tapi mulutnya berkata lain “Jadi, aku tertabrak ya? Lalu, Rio yang membawaku ke rumah sakit ini? Dan dia lah yang setiap hari membawakan buket bunga untukku?” semua pertanyaan itu terjawab dengan anggukan pelan dari ibu Hana.

“Terus mama uda baikan sama papa?”

“Anak kami sedang melawan maut, bagaimana kami bisa bertengkar, nak. Kami sudah baikan. Kamu fokus saja ke kesehatan kamu. Jangan khawatirkan mama sama papa, ya?” ucap lelaki paruh baya itu dengan sesekali mengusap lembut rambut anaknya.

‘Ya Tuhan, aku bersyukur mama dan papa tidak bertengkar. Aku bersyukur atas kesehatanku. Tapi, mengapa Nana..’ batin Hana dengan matanya yang mulai mengeluarkan air.

“Nak, tidur saja, ya? Kamu harus sehat. Semangat sayang..” tutur ibu Hana disambung oleh Hana yang mulai memejamkan mata.

***

Tiga hari berlalu, keadaan Hana mulai pulih. Ia bisa pulang ke rumah sekarang. Ia tak boleh lupa, ia masih memiliki kewajiban untuk pergi ke sekolah. Menuntut ilmu setinggi-tingginya untuk mengangkat derajat orang tuanya.

Ia dibawa oleh taksi bersama orang tuanya menuju rumah megahnya itu. Hana tidak bisa berhenti tersenyum, sekarang keluarganya telah lengkap dan orang tuanya begitu menyayanginya.

“Ma, besok aku sekolah ya!” ucapnya setelah beberapa hari menetap di rumah besar itu.

“Iya sayang. Kamu bisa sekolah besok. Tapi ingat, kamu harus diantar papa dan kamu gak boleh kecapaian!”

“Ay ay kapten!!” sorak Hana dengan tangannya yang memeragakan orang sedang hormat.



-
-
-
-
Dimana Nana?
Kejutan akan muncul di part selanjutnya, stay tune yaa!
-
Maaf kalau cerita ini kurang seru :(
-
Sudah baca sampai sini gamau tekan tombol bintang?
-
Thanks, and see u next part all <3

With Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang