16. Sesal

402 46 2
                                    

Qahtan dan Qifti memperhatikan Qais yang sedang mengajak Talitha bermain di luar. Mereka bahagia melihat keceriaan dari gadis kecil itu.

"Qais memang mudah dekat dengan anak kecil ya a," ucap Qifti.

"Ya, Syafiq dan Sumayyah juga dekat dengan Qais haha," Ucap Qahtan menyebutkan nama ponakannya, buah hati dari adiknya yang bernama Qassim.

"Kira-kira, Respon Qasim akan seperti apa ya mengetahui tentang Talitha?" lanjutnya,

"Qasim yang cerewet pasti akan omeli aa," jawab Qifti di akhiri tawa.

"Ah ya benar, dia yang lebih pantas menjadi seorang kakak karena ia sangat bijaksana," Ucap Qahtan.

"Aa, kalau ada yang ingin di ceritakan silakan cerita saja," ucap Qifti melihat ekspresi Qahtan,

"Jujur, setelah mendengar pernyataan Grisha, Aku seketika meragukan Talitha," tutur Qahtan.

"Dia tetap akan menjadi anak kita kendati siapapun dia sebenarnya," jawab Qifti.

"Ya, dia tetap anak kita,"

***

Setelah Talitha tidur siang Qais mendekati Qifti yang sedang sibuk di dapur.

"Teh, menurut teteh ane udah siap menikah atau belum sih?" Tanya Qais,

"Eh? Kamu mau nikah? Nerusin jejak Qasim nih? Atau jejak Abi?" Gurau Qifti.

"Tapi, ane kan pengen fokus kejar cita-cita gitu tapi, di sisi lain takut keduluan orang,"

"Udah ada calonnya? Apakah pasti dia bakal di rebut orang?"

"Ada teh, saingan ane tuh lebih perfect bahkan udah siap finansial juga dianya,"

"Ini lagi ngomongin Ulfa ya? Dan saingan kamu itu Arash kan?" Ucap Qifti terkekeh,

"Eng...enggak teh. Enggak kok,"

"Tuh kan Ulfa, kamu gak bisa bohong sama teteh,"

"Teteh sok tau,"

"Teteh memang tau kok, aura cinta segitiga diantara kalian kerasa banget soalnya. Ya memang sih saingan kamu berat banget. Walaupun Arash itu akhlak dan agamanya bagus gajauh beda sama kamu tapi, finansial dia lebih mendukung, masih SMA udah punya bisnis sendiri,"

Rayyanka Arash Abraham, putra tunggal dari saudara tiri Aifa, Rangga. Usianya lebih muda dua tahun dari Qais namun, karena kecerdasannya ia mendapatkan akselerasi untuk naik kelas lebih cepat. Saat ini keluarga Rangga bermukim di Turki, negara asal istri Rangga.

"Kok teteh yakin banget ane curhatin Ulfa,"

"Ya siapa lagi kan? Atau sama Azzura? Atau jangan-jangan sama Farah nih?"

Ulfa adalah putri pertama dari sahabat Azzam yaitu Arkan dan Nara. Dan Azzura adalah nama anak kedua mereka. Sedangkan Farah adalah saudara dua pupu Qahtan, putri dari sepupu ayahnya yang bernama Luqman (Kamil).

"Ane kan cowo teh, yang harus bertindak makanya ane nanya ane harus apa gitu?" Tanya Qais.

"Harus sabar, banyakin puasa gih," jawab Qifti sambil tertawa.

"Teh!"

"Qais, menikah itu bukan soal siapa cepat tapi siapa tepat. Maka itu puasalah dahulu, kendalikan rasa cinta pada manusia itu jangan sampai jadi berlebihan. Apalagi kamu laki-laki, kelak saat akad terucap itu bukan perjanjian biasa tapi, adalah perjanjian kamu di hadapan Allah. Seketika kamu bertanggung jawab atasnya, kamu tahu kan apa salah satu keistimewaan yang didapat seorang istri? Dia berhak atas Qiwamah." Ucap Qifti,

Qiwamah adalah kelebihan penjagaan, pemeliharaan dan perlindungan dari suami.

"Juga Qais, menikah itu ibarat sebuah perahu yang berlayar di lautan. Ombaknya tak selalu tenang pasti akan ada badai menerpa. Karena itu sebelum menikah alangkah lebih baik kita memiliki bekal yang cukup agar bisa mengatasinya saat ujian datang. Dan jangan lupakan bahwa pernikahan itu bukan hanya untuk ganti status tapi sebuah sarana ibadah terpanjang untuk meraih ridho Allah," lanjutnya.

"Jadi ane jangan terlalu takut tidak dapat jodoh-kan maksudnya?"

"Ya, sesuatu yang memang diciptakan untuk menjadi milik kamu pasti akan menjadi milikmu. Don't worry,"

"Terimakasih ya teh, emang sih ketentuan takdir itu tidak bisa di tebak. Oke mulai sekarang daripada galau mikirin itu lebih baik ane ngejar cinta Allah ya kan teh?"

"Iya dek Abdurrahman Qais Khairul Azzam"

"Teteh suka banget nyebut nama lengkap,"

"Biar para pembaca kisah kita tau aja,"

"Aelah teh emang kita tokoh novel?"

"Mungkin."

***

Malam itu Qahtan hanya terduduk di pinggir tempat tidur, membelakangi Qifti yang sudah terlelap. Ia sudah berusaha memaksa hatinya tapi, ia tidak tahu mengapa rasa cintanya pada Grisha seolah tak dapat di hilangkan. Terbesit rasa rindu akan sosok wanita yang pernah menjadi pasangannya untuk waktu yang cukup lama. Ia membuka ponselnya, ia masih menyimpan foto kebersamaan keluarga kecilnya di masa dulu. Sebuah bahagia yang sejatinya fana, bahagia yang di raih dengan jalur yang salah.

Qahtan menangis sejadi-jadinya ia berteriak di dalam hatinya, mengumpat pada dirinya sendiri yang telah berbuat kebodohan. Bagaimana bisa ia terjebak dalam kemaksiatan yang besar sementara ia dibesarkan dengan lingkup agama dengan adab dan akhlak yang baik? Ia bahkan berfikir apakah sebenarnya ia layak di maafkan? Ia merasa sangat malu kepada Allah.

Qahtan tak kuasa menahan dirinya, ia merasa begitu berdosa. Ia bangkit dari tempat duduknya dan menatap Qifti yang sudah terlelap cukup lama, setelah itu ia keluar dari rumahnya mengikuti langkah kakinya mengarah hingga membawanya singgah ke sebuah masjid. Meskipun ia tahu Allah maha pemaaf, ia merasa dirinya sudah terlalu kotor.  Tapi, ia merasa terdorong untuk masuk ke dalam masjid, Qahtan shalat sepanjang malam, memanjangkan durasi sujudnya dengan penuh harapan Allah memaafkan kesalahannya dan menerima taubatnya.

Imam Dua Makmum (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang