"Nak, tetaplah taat. Secinta apapun kamu pada seseorang kamu harus tetap mendahulukan Allah," Ucap Aifa.
"Maafkan Qahtan, Ummi...Abi..." Ucap Qahtan,
"Abi paham, kamu pasti menemukan orang-orang di luaran sana yang menyarankan kamu untuk tidak terlalu fanatik pada agama mu. Hal itu yang membuat kamu goyah, kan?" imbuh Azzam.
"Abi tau?" Jawab Qahtan,
"Tentu saja, orang-orang seperti itu hanyalah cerita lama tidak ada cerita baru di dunia ini. Mereka tidak pernah tau bedanya fanatik dengan menjalankan syariat, sebagian besar dari mereka bahkan buta pada agamanya sendiri. Apa perlu Abi ingatkan lagi jika Syariat Islam di buat bukan untuk mengekang tapi untuk menjaga?" Ucap Azzam,
"Apa dengan melanggar syariat hidupmu baik-baik saja Qahtan?" Tanya Azzam,
Qahtan terdiam,
"Jujur, kamu masih menjaga shalat kan?" Tanya Aifa,
Qahtan menggeleng,
"Bertaubatlah, nak. Minta ampunan kepada Allah. Kamu tau kan jika shalat dapat menghindari perbuatan keji dan mungkar? Lantas mengapa kamu tinggalkan? Biarlah kehilangan sesuatu karena Allah asal jangan kehilangan Allah karena sesuatu," Ucap Aifa,
Seketika Qahtan tersadar, rasa cinta pada Grisha dalam dirinya bukanlah anugrah melainkan hukuman untuknya. Hukuman karena ia telah memilih menjauh dari Rabb-nya. Rasa cinta yang sangat menyiksa dirinya, yang menumbuhkan kebutaan pada hatinya dan kebodohan.
Ia bahkan tidak menyangka akan melakukan hal yang menghinakan dirinya. Ia telah merendahkan dirinya sendiri juga menghancurkan kehidupan anaknya. Ia khawatir akan sekecewa apa putrinya nanti jika tahu dirinya adalah anak hasil zina?
Ya, Seharusnya aku tetap harus mendahulukan Allah meskipun rasa cinta membuat diri ini tak karuan, batinnya.
Qahtan melihat istrinya, Qifti. Akan lebih baik jika ia belajar mencintai istrinya. Meskipun rasa canggung diantara mereka belum memudar, membiasakan kehidupan adik-kakak menjadi suami-istri faktanya bukanlah perkara mudah. Qahtan ingin memukul dirinya sendiri, bukankah Allah masih terlalu baik padanya meskipun ia telah menjauh? Allah menghadirkan wanita seperti Qifti pada dirinya yang penuh dosa?
Mulai hari ini haram untukku menyakiti Qifti, batinnya.
***
Sudah seminggu Grisha tak kunjung pulang ke rumah, Qahtan sudah berfikir panjang bahwa dia akan melepaskan seseorang yang tak seharusnya mendapatkan cinta dari dirinya.
"Qifti hari ini kita pindah ke rumah lain, ya" tutur Qahtan,
"Pindah?" Qifti terkejut mendengar pernyataan Qahtan,
"Aku sudah putuskan untuk menyelesaikan apa yang seharusnya aku selesaikan sedari dahulu. Aku akan memberikan dia rumah dan semua aset yang aku punya saat ini, karena aku merasa bahwa aku tetap bersalah karena sudah menodainya di awal yah meskipun semua itu tidak bisa mengembalikan kesuciannya. Aku juga sudah mempersiapkan diri jika suatu waktu ia akan menyebarkan perilaku burukku di masa lalu, aku akan menerima konsekuensinya karena itu memang salahku. Aku ingin menyelesaikan semuanya dan tentu saja aku berharap ampunan Allah atas dosa-dosa ku," ucap Qahtan lirih,
Qifti tersenyum, ternyata benar kan? Qahtan butuh pendamping yang bisa mendampingi nya. Dan tentu saja dia tahu, bahwa suaminya tak ingin dirinya terlibat dalam masalah antara ia dan Grisha karena itu ia segera mengantarkan Qifti ke tempat lainnya agar nama Qifti tetap baik.
"Baik A, akan aku kemaskan pakaian kita," jawab Qifti,
"Tapi, kita juga harus rela kehilangan Talitha jika dia menginginkannya," Ucap Qahtan,
Qifti terkejut mendengar pernyataan Qahtan yang baru saja ia dengar, meskipun pertemuan ia dan Talitha belum lama ia sudah sangat sayang pada gadis kecil itu.
"Apa Tata akan baik-baik saja?" Ucap Qifti lirih, ia merasakan perasaan patah dan hancur.
"Tentu aku sangat menyayangi Tata meskipun hubungan nasab kami sudah terputus, kita hanya bisa berharap Grisha membiarkan kita membesarkan putrinya," jawab Qahtan,
Qifti mengangguk pelan kemudian pergi ke kamarnya untuk mengemas barang-barangnya dan suaminya. Setelah berkemas Qahtan mengantarkan Qifti ke sebuah rumah, tidak besar namun juga tak kecil hanya rumah sederhana, berbeda jauh dengan rumah yang sebelumnya,
"Maaf ya, Uang yang tersisa di dompet aku saat ini cuma bisa untuk mengontrak rumah ini, aku tidak mungkin meninggalkan seseorang yang sudah aku hancurkan dengan keadaan hancur." Ucap Qahtan,
"Gak masalah Aa, kita bisa mulai dari awal lagi. InsyaAllah kedepannya Aa pasti bisa beli rumah lagi," hibur Qifti.
Sebelum pergi Qahtan memeluk Qifti erat,
"Maaf ya, seharusnya saat aku menjadi seorang idola aku tidak boleh mengecewakan pengagumku. Jangan idolakan aku lagi, aku gak layak di kagumi," ucap Qahtan,"Apa seorang idola memang harus di tuntut sempurna? Sementara kita semua tau bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT," jawab Qifti.
"Kamu sangat mengagumkan, ajari aku cara mencintaimu," bisik Qahtan kemudian ia buru-buru masuk ke dalam mobilnya dan pergi.
"Bagaimana caranya? Sementara aku hanya tau bagaimana cara mencintaimu," gumam Qifti.
___
Assalamualaikum
Wahai readers minal aidzin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin hihi maap author baru up hari ini karena kemaren kemaren sibuk lebaran🤭Telat banget yah wkwk gapapa kan ya wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Dua Makmum (HIATUS)
Fiksi Remaja⚠️ DON'T COPAST! ⚠️ Bagaimana perasaan mu ketika kamu di minta menikah dengan orang yang selama ini kamu cintai dalam diam? Hingga kamu tidak berfikir lebih jauh dan langsung menerima tawaran itu? Kamu berfikir kisahmu akan indah seperti dongeng dan...