Katanya 5 tahun pertama dalam pernikahan akan penuh dengan ujian. Pernikahan Qifti dan Qahtan sudah memasuki tahun ketiga setelah setahun penuh rasa sakit, tahun kedua mereka penuh romansa yang semakin mempererat hubungan antara mereka berdua.
Talitha, gadis kecil itu meskipun ibunya bukanlah orang tua yang baik ia tidak kurang merasakan kasih sayang orangtua. Qifti, sang ibu sambung benar-benar menyayangi dirinya.
Siapa sangka Qahtan benar-benar berubah, ia menerima dengan lapang dada akan takdirnya. Ia sudah mewanti-wanti dirinya agar tak lagi terjebak dengan cinta yang salah. Jangan lagi terjebak dengan cinta yang melawan syariat demi kepuasan dunia yang hanya sesaat. Qifti dan Talitha adalah hal terindah yang ia punya saat ini, membahagiakan mereka adalah tujuan hidupnya saat ini.
Memang, melupakan seseorang yang pernah hadir dengan banyak kenangan indah adalah pekerjaan yang paling sulit. Meskipun diakhir meninggalkan kepedihan tapi, bayangnya terus saja menghantui. Menghapus kenangan adalah sesuatu yang mustahil karena itu kenangan seharusnya di ikhlaskan bukan dilupakan. Ikhlas, karena masa lalu merupakan bagian dari takdir. Bagaimanapun yang telah berlalu tentu saja sudah menjadi masa lalu, meskipun itu baru saja terjadi satu detik yang lalu. Karena itulah mengenang sosok masa lalu hanyalah membuang waktu.
Saeful, sohib Qahtan yang tadinya adalah pengagum rahasia Qifti juga sudah mengikhlaskan cintanya. Meskipun cinta dalam diam juga ada resikonya, ya! Cinta dalam diam juga ada patahnya. Namun, bagaimanapun itu adalah resiko bagi laki-laki, halalkan atau tinggalkan. Ia kalah cepat menyatakan perasaannya ia kalah cepat menyegerakan niatnya itu berarti Qifti bukanlah jodohnya karena jika mereka berjodoh mungkin Qifti tidak akan menikah dengan Qahtan.
...
Hari ini hari libur dirinya, Qahtan mengajak istri dan putrinya untuk jalan-jalan. Ia mengajak mereka ke taman hiburan, hatinya sangat bahagia melihat tawa yang terpancar dari ekspresi istri dan putrinya. Inilah rumah tangga yang benar, ini rumah tangga yang tepat pikirnya. Qifti adalah sosok Madrasul Ula yang tepat untuk anak-anaknya.
Katanya keluarga yang hidup tentram dan damai berawal dari pernikahan yang dilakukan semata-mata karena ibadah kepada Allah bukan karena hanya untuk mencari kebahagiaan. Qahtan begitu yakin, kedamaian hatinya saat ini berkat kesabaran dan do'a Qifti. Orangtuanya tidak salah telah memilih Qifti untuk dirinya.
"Papa, Tata mau ice cream," celetuk Talitha ditengah lamunan Qahtan.
"Yaudah kita istirahat dulu ya sambil makan ice cream. Ayo umma," Ucap Qahtan sambil menggandeng tangan istri dan putrinya.
Qifti bahagia, inilah pernikahan yang ia harapkan. Ia sangat bersyukur Qahtan sudah berhasil melawan hawa nafsunya. Qahtan memang sosok suami yang baik, hatinya tak salah sudah jatuh cinta dengan Qahtan sejak dahulu.
"Tata senang sekali, punya umma dan papa. Umma tetap jadi umma tata ya. Umma jangan tinggalin tata oke? Mama udah bohong sama tata jadi, umma jangan," ucap Talitha.
Qahtan dan Qifti terkejut mendengar pernyataan Talitha.
"Papa sama umma akan tetap bersama tata kok," Ucap Qahtan sambil duduk dihadapan putrinya.
"Iya sayang, papa benar. Tapi, mama ga benar-benar pergi kok. Kan Tata tau mama kerjaannya banyak jadi sibuk sekali," tutur Qifti lembut.
"Benarkah? Mama ga ada libur?" Tanya Talitha.
"Kerjaan mama kan jauh jadi libur nya lama," jelas Qifti.
Qahtan tersenyum melihat respon Qifti. Qifti tidak ingin Talitha membenci ibu kandungnya. Di sisi lain Qahtan kembali menyesal akan apa yang terjadi pada masa lalunya. Gadis kecil ini mungkin tak akan menjadi korban jika ia lebih menjaga diri.
---
Assalamualaikum,
Alhamdulilah author sempat nulis wkwk
Terimakasih sudah membaca, Barakallahufiikum❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Dua Makmum (HIATUS)
Teen Fiction⚠️ DON'T COPAST! ⚠️ Bagaimana perasaan mu ketika kamu di minta menikah dengan orang yang selama ini kamu cintai dalam diam? Hingga kamu tidak berfikir lebih jauh dan langsung menerima tawaran itu? Kamu berfikir kisahmu akan indah seperti dongeng dan...