21. Jadi itu Cinta?

70 6 0
                                    

"Wadhuha...,"
"Wallaili idzaa syaja.."
"Bukan syaja sayang, Idzaa sajaa,"
"Sajaa,"

Qahtan yang baru pulang menunda mengetuk pintu karena mendengar Qifti sedang mengajarkan Talitha menghafal Surah. Ia mendengar dari depan pintu dengan senyum samar.  Tersadar bahwa wanita yang saat ini bersamanya bukanlah manusia. Hatinya mulai tergugah, manusia mana yang masih bisa menjadi ibu yang baik setelah mengalami semua hal menyakitkan? Harusnya aku tidak pernah melibatkan mu, seharusnya aku tolak saja pernikahan itu. Maafkan aku Qifti,  Batinnya.

Tok...tok..
"Assalamualaikum," ucap Qahtan. Seketika pintu rumah terbuka, ia mendapati putrinya Disana dengan senyuman yang merekah. "Wa'alaykumussalam.... Papa!!!" Ucap Talitha sambil memeluk Qahtan. Ia melihat ke arah Qifti sekilas, "Kamu gak papa?" Tanya Qahtan dan Qifti hanya mengangguk pelan.

Malam itu ia memperhatikan Qifti yang sibuk menyiapkan makan malam untuknya. Aku minta maaf Qifti, aku adalah pendosa hebat. Bagaimana mungkin aku layak memiliki istri sepertimu? Batin Qahtan. Ia merenung sejenak, mungkin keluarga nya benar-benar keluarga baik-baik yang paham agama bahkan ilmu keagamaan sangat ia kuasai dan Al-Qur'an? Dahulu Ia bahkan mampu mutqin dengan mudah namun sekarang? Ilmu itu hanya sebatas ilmu dan hafalannya tidak mampu bertahan karena dosanya.

Tiba-tiba Qahtan memeluk Qifti dengan erat, air matanya tumpah. Dahulu ia selalu ingin melakukan itu, ia selalu ingin memeluk wanita yang pernah menjadi adiknya ini. Qifti terkejut dengan perilaku Qahtan, "Apa aku layak untukmu?" Ucap Qahtan.

"A, apapun yang pernah aa lakukan di masa lalu itu hanyalah masa lalu. AA masih punya masa depan dan bahkan Allah melihat kita dari akhir hidup kita, kan?" Ucap Qifti lembut.

"Umma, Papa tata ngantuk," celetuk Talitha,

Qifti meninabobokan Talitha, kemudian saat putri mereka sudah tertidur terlihat Qahtan belum menyentuh makanan nya. "Ayo makan bareng," tutur Qahtan. Qifti pun menemani suaminya makan malam.

***

"Lo kenapa melamun gitu? Jangan melamun Mulu ntar malpraktek," ucap Saeful,

"Lo pernah naksir Qifti, kan?" Tanya Qahtan,

Saeful terkejut dengan respon tak terduga itu,

"Maaf ya pul, harusnya gue biarin Lo haha," Ucap Qahtan

"Ga bisa lah, dia aja naksir nya sama Lo," jawab Saeful.

"Apa yang bikin Lo jatuh cinta?" Tanya Qahtan,

"Eh pisang, mata Lo rabun atau gimana! Jelas dia terlalu bidadari untuk jadi manusia!" Ucap Saeful,

Qahtan terdiam.

"Beneran gangguan kayaknya mata Lo, sini gue operasi!" Ucap Saeful

"Ajari gue mencintai Qifti," tutur Qahtan tiba-tiba yang membuat Saeful terdiam seribu bahasa.

"Tan, Lo tu selama ini udah bucin ke dia cuma Lo nya aja yang ga sadar," ucap Saeful langsung pergi.

Qahtan seketika tersadar, kedua orangtuanya menjodohkan mereka bukan tampa sebab tapi, karena mereka memang sudah jatuh cinta sebelumnya. Qahtan teringat ia tidak pernah berani menyentuh Qifti karena tahu mereka tidak berhubungan darah tapi ia selalu berusaha melindungi gadis itu. Jadi rasa sayang yang rasakan itu adalah perasaan jatuh cinta jelas ia tahu Qifti bukanlah anak kandung kedua orangtuanya.

Dosanya pasti besar sekali sampai sulit membedakan kebenaran dan kebathilan. Qahtan benar-benar ingin bertaubat, dia harus keluar dari jerat kemungkaran ini! Dia seketika melihat bayangan masa kecilnya, dia harus kembali menjadi Qahtan yang bertekad membuat Qifti bahagia bukan Qahtan yang terus menyakiti nya.

----

Assalamualaikum
Apa kabar?
Terimakasih ya masih stay... Love u all!!!

Imam Dua Makmum (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang