Tiga tahun kemudian..
Ting... Ting ..
Suara dentingan sendok yang beradu dengan dinding gelas memecah keheningan suasana pagi di dapur Qifti. Ia sedang menyeduh kopi untuk suaminya,
"Umma dedek Zayyan bangun," celoteh Talitha sambil menarik baju Qifti,
"Tapi Dedeknya udah sama papa, kan?" Jawab Qifti,
Talitha mengangguk, kemudian menyerahkan jilbab pada Qifti untuk di pakaikan kepadanya. Segera Qifti memasangkan jilbab pada putri sambungnya itu.
"MasyaAllah kakak Tata cantik sekali," tutur Qifti.
"Iya dong, kan anaknya papah. Udah cantik Solehah lagi kayak umma," ucap Qahtan sambil menggendong putra kecilnya yang masih berusia enam bulan. Buah cinta pernikahan ia dan Qifti.
Setelah perceraiannya dengan Grisha, Qahtan benar-benar menepati janjinya. Seiring berjalannya waktu cintanya pada Qifti bertumbuh dan saat ini ia sangat menyayangi istrinya itu. Memang benar, rasa cinta yang tumbuh sesudah pernikahan itu lebih indah dan menakjubkan. Kebahagiaan mereka semakin lengkap dengan kehadiran putra pertama mereka yang di beri nama Ghifari Zayyan Bakhtiar Al Qahtani, alias Zayyan.
"MasyaAllah Papa, Papa mandiin si dedek?" Celetuk Qifti,
"Iya, sekalian tadi. Umma kan sibuk di dapur jadi gak salah kan kalau papa bantuin?" Jawab Qahtan.
"Papa is the best!" Pekik Talitha, suaranya menggema hingga ke seluruh sudut rumah.
"Ya iyalah," ungkap Qahtan sambil membelai kepala putrinya.
***
"Bro!" Ucap Saeful sambil menepuk pundak Qahtan.
"Belum balik lu?" Jawab Qahtan yang sedang mengemas barangnya.
"Makan siang di rumah lagi nih? Uhm... Bucin kan lu sama Qifti sekarang," goda Saeful.
Qahtan tersenyum samar,
"Makan siang bareng lah kali-kali, anak-anak pada kangen sama lu," ucap Saeful,
"Buruan nikah ful, biar jam makan siang ga ngerepotin kita-kita terus," ucap Qahtan,
"Nanti gue nikah pada kangen klen sama gue yang sekarang," ucap Saeful,
"Haha...Makan di rumah gue aja, mau?" Tawar Qahtan,
"Eh gak usah, yaudahlah gue duluan, titip salam sama orang rumah," jawab Saeful.
"Mampir ke biro jodoh ful!" Ucap Qahtan,
"Makasih informasinya!" Ucap Saeful.
Qahtan segera menuju ke tempat mobilnya terparkir. Untuknya saat ini yang harus ia prioritaskan adalah kebahagiaan keluarganya. Setelah sebelumnya ia bermain-main dengan pernikahan, ia berusaha memperbaikinya. Karena siapapun tau jika akad nikah adalah akad yang terberat, memiliki jangka waktu yang begitu panjang. Meski demikian menikah adalah impian setiap manusia terutama umat Islam, karena dengan menikah segala aktivitas antar lawan jenis yang tadinya haram seketika bernilai pahala. Terlebih saat memiliki keturunan yang Soleh bisa menjadi amal jariyah
Saat dalam perjalanan pulang, Qahtan singgah di tempat pengisian bahan bakar. Saat hendak membeli es krim untuk putrinya di mini market yang ada di pom bensin, ia bertemu mantan istrinya, Grisha.
"Hey doctor how are you?" Tutur Grisha,
Qahtan hanya melihat kearahnya, lelaki mana lagi yang bersamanya? Jelas itu bukan Ludwig.
Apakah dia akan terus berganti pasangan? Kenapa sebenarnya wanita ini? Tidak pernah bisa menetap di satu hati?
"Kamu tidak merindukan Tata?" Tanya Qahtan, saat laki-laki yang bersama Grisha menuju ke bagian lain mini market,
"Aku bahkan tidak punya waktu untuk mengingat siapa dia, by the way kamu makin okay aja ya? Kamu tidak rindu kenangan kita?" Ucap Grisha,
"Kenangan itu ada untuk di kenang, dan tentang dirimu tak ada yang pantas untuk di kenang, permisi!" Ucap Qahtan langsung meninggalkan Grisha.
Qahtan tak habis fikir mengapa Grisha tidak pernah bisa cukup dengan satu pria? Kecantikan yang seharusnya menjadi salah satu kelebihan miliknya beralih menjadi kekurangan, menjadi sesuatu yang melalaikan dan merugikan.
Qahtan beristighfar berulang kali karena seketika membayangkan masa lalunya yang sangat hina.
Tok...tok...
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu mobilnya, segera Qahtan membuka kaca mobilnya,
"Qahtan, kan?" Ucap wanita itu,
"Um... Nayla?" Jawab Qahtan yang tidak asing dengan wajah wanita itu,
"Kok lo ada di sini?" Lanjutnya.
Danayla Hyacinth alias Nayla adalah sahabat kecil Qahtan selain Saeful. Hubungan mereka seerat persahabatan Saeful dan Qahtan hanya saja Nayla harus berpisah dari kedua sahabatnya karena orangtuanya pindah ke luar kota.
"Papa gue baru aja buka cabang restorannya di kota ini, tadi pas gue dari ATM ga sengaja lihat Lo keluar dari mini market. Keliatannya buru-buru banget jadi ga ke kejar, makanya gue susul," jelas Nayla.
"Lo apa kabar nay?" Tanya Qahtan,
"Still alive hbu?"
"I'm okay,"
"Saeful apa kabar? Dia di mana sekarang?"
"Dia di kota ini juga,"
"Ternyata omongan gue bener kan? Dia gak bisa jauh-jauh dari Lo,"
"Iya sampai saat ini orang mikir gue sama dia kembar,"
"Btw Lo udah nikah katanya ya? Kenalin gue dong sama istri Lo, kepo banget gue!"
"Lo kenal kok, kalau mau mampir ikut gue aja, rumah gue gak jauh dari sini,"
"Okey gue ikutin dari belakang ya?"
Setelah sampai di rumah, Qifti terkejut melihat suaminya pulang membawa seorang wanita. Pikirannya seketika kacau, rasa takut dalam dirinya muncul.
Perempuan mana lagi ini? Batinnya. Seketika ia bertanya-tanya pada dirinya sebenarnya apa yang dilakukan Qahtan saat merantau?
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Dua Makmum (HIATUS)
Novela Juvenil⚠️ DON'T COPAST! ⚠️ Bagaimana perasaan mu ketika kamu di minta menikah dengan orang yang selama ini kamu cintai dalam diam? Hingga kamu tidak berfikir lebih jauh dan langsung menerima tawaran itu? Kamu berfikir kisahmu akan indah seperti dongeng dan...