Setelah semua terkuak kebenarannya yang selama ini menjadi sebuah keluh kesah aza, membuat ia terasa lebih tenang dari beberapa tahun lalu. Kepribadiannya yang dahulu mulai muncul kembali dengan seiring jalannya waktu.
Eza yang baru saja ingin membuka knock pintunya hampir dibuat kesal + jantungan karena ulah aza.
"Baaaa!!"teriak aza di depan wajah eza dibalik pintu.
Eza mengelus dadanya lembut seraya menahan gumpalan emosi di dalam lubuk hatinya.
"Mau kemana lo?"tanya aza dengan ngeselin.
Eza yang mendapati pertanyaan seperti itu tak mau ia buat pusing, eza memilih keluar dari kamarnya dan berjalan mengabaikan pertanyaan adiknya.
Aza mengikuti dibelakangnya dengan mengambil tasnya yang disangkutkan di knock pintu kamar eza.
Eza tau kalau ia tengah dibuntuti. Namun, ia tetap berjalan santai saja.
Aza mempercepat langkahnya sebelum eza menaiki motornya.
"Za!"panggil aza dibelakangnya.
Eza tetap berjalan tak menoleh sedikitpun.
"Eza!"panggilnya lagi.
Eza tetap diam tak bergeming. Dengan memutar-mutarkan kunci motornya di jari tangannya.
Aza yang kesal, berdiri tepat didepan wajah eza kembali dengan melebarkan tangannya.
Eza yang melihatnya hanya memperhatikan tingkah konyol sang adiknya itu dengan wajah datar.
"Ikut!"ucapnya.
Eza yang mendengar agak sedikit merubah tatapannya menjadi sinis. Pasalnya, ia tak suka diikuti jika ingin pergi kemanapun.
Aza menarik lengan baju eza dengan cepat sebelum eza melangkah jauh kembali. "Plis, ikut boleh ya"mohonnya.
Eza yang gemash karena sedaritadi menahan emosi akhirnya mengeluarkan setengah emosinya.
"Ikut kemana si?! Orang gua mau kumpul sama temen-temen gua!"tolak eza.
Aza terus mencoba merayu eza.
"Yauda gua ikut juga! Lagian temen lo yang mana si yang ga kenal gua?! Gua tuh famous dimanapun itu, pasti temen lo kenal juga lah sama gua!"Dengan percaya diri aza mwngucapkannya namun eza tak memperdulikannya kembali.
"Terus kalo lo famous gua harus bilang apa?"tanya eza.
"Yaa bilang wow gitu setidaknya kek!"jawab aza.
"Tapi gua tetep gamau lo ikut! Mending lo tidur sekarang masuk kamar tuh!"sinis eza.
Eza mulai melangkah kembali mendekati motornya. Saat eza sudah menaiki motornya, aza juga ikut menaiki motor eza tanpa sepengetahuannya.
"Eh! Ngapain lo naik juga si?!"ketus eza.
"Yaaa gua mau ikut! Harus ikut!!"seru aza.
Eza menarik nafasnya kasar.
"Ribet lo anak anj*"ucapnya terpotong saat nath keluar dari garasi rumah.
"Ngatain aza apaan lo tadi?! Ga bersyukur kadang lo mah!"omel nath.
"Bersyukur apa? Punya dia?"tanya eza dengan malas.
Nath mengangguk dengan menyalakan motornya.
"Idih! Mending buat lo aja nih anak dah, capek gua ngadepin adik sekaligus kembaran modelan gini dari kecil!"nyinyir eza.
Aza dengan kesalnya segera memukul kepala eza yang sudah memakai helm itu dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams Come True
Teen FictionFOLLOW SETELAH KALIAN MEMBACA KARYA SAYA‼️🫶🏻, terimakasi. Dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini. Semua yakin dan tahu bahwa mimpi hanyalah sebuah bunga tidur. Aku ragu pada mimpiku yang terjadi seolah begitu nyata. Dengan orang yang sama...