Sepulangnya dari sekolah bumi lantas mengurung dirinya di dalam kamar sendirian. Entah apa yang dirasakan oleh bumi hari ini sehingga ia tak mau di ganggu oleh siapapun.
Lea keluar dari kamarnya menuju ruang makan, kini waktu sudah pukul 20.15 malam hari. Revan sudah lebih dulu keluar dari kamarnya sedang bersiap di meja makan seraya menunggu keduanya keluar dari kamar masing-masing.
"Abang gue mana?"tanya lea pada revan yang tengah menyemili makanan ringan.
"Gatau tuh, gue kira lo keluar barengan sama bumi!"jawab revan.
"Lah gemana si lo! Harusnya lo bang yang manggil bang bumi buat makan malam, udah sana panggilin!"gusar lea dengan merampas makanan ringan milik revan.
"Busettt! Maen lo rampas aje makanan gue"timpal revan.
"Bawel lo! Sayang adek kan?"tanya lea dibalas anggukkan oleh revan didepannya. "Udah sana buruan panggil abang gue! Gue laper nih"lanjut lea.
"Sayang si sayang, tapi rada kurang ajar lo ya! Liat aja eyang pulang gue aduin lo!"oceh revan melangkah menuju kamar bumi.
Tok Tok Tokkk!!!
Terdengar jelas suara ketukan pintu di pendengaran milik bumi. "Yaaa, lea makan duluan aja gih!"pinta bumi tanpa membuka pintu kamarnya dan melihat siapa yang mengetuk pintunya.
Tok Tok Tokkk!!!
Suara ketukan itu kembali terdengar tanpa bumi mendapati sautan dari si pengetuk pintu kamarnya.
"Siapa si? Bandel amat dah malem gini, dah di kata duluan aja deh"seru bumi.
TOKKKK TOKKK TOKKK!!!!
Semakin kencang suara ketukan pintu itu terdengar jelas dipendengaran bumi. Hal tersebut membuat bumi merasa terganggu dan menjadi kesal.
Bumi bangkit dari duduknya yang masih memandangi sebuah bingkai foto dihadapannya. "Yaaa, tunggu!"sahut bumi keluar membukakan pintu.
Bumi yang membuka pintu tanpa satupun menemukan orang lain berada di luar pintunya kini membuatnya menjadi terheran.
"Lah?! Gak ada orang, woi siapa yang ngetuk pintu kamar gue malem-malem gini??"teriak bumi.
Tak mendapati sahutan apapun membuatnya semakin terbingung. Hingga di waktu bumi ingin menutup pintu kamarnya kembali ia merasakan kalau pintunya berat seolah tertahan.
Bumi menengokkan diri kearah luar pintu kembali, namun tetap saja tidak menemukan siapapun yang berada di sekitar kamarnya.
Dengan mencoba menutup pintunya kembali bumi malah terhantam keras kedalam kamarnya dan pintu tertutup dengan sendirinya.
"Astaga! Tulang punggung gue rontok deh kalo gini, sakit bangett!"oceh bumi berada di dalam kamarnya jatuh mengenai pinggir lemari.
Memukul lemari yang menghantamnya barusan. "Ah lo juga si! Ngapain coba ada disini, sejak kapan lo pindah disini dah! Sakit banget punggung gue!"rengeknya masih terus mengelus punggungnya dan sesekali memukul pinggir lemari miliknya.
Revan dan lea yang mendengar suara kencang tersebutpun segera mencari sumber suara yang dihasilkan dari kamar bumi. Tanpa basa-nasi revan mendorong pintu kamar bumi dengan keras, mendapati bumi tengah terduduk meringis kesakitan membuat revan dan lea menjadi kebingungan dengan apa yang terjadi.
"Bang? Kenapa, tadi suara keras itu dari mana?"tanya lea bingung kala melihat kondisi bumi saat ini.
"Iya bro, lo kenapa deh? Suara apaan tadi? Lo jatoh dari atas lemari?"timpal revan yang juga ikut terbingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams Come True
Teen FictionFOLLOW SETELAH KALIAN MEMBACA KARYA SAYA‼️🫶🏻, terimakasi. Dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini. Semua yakin dan tahu bahwa mimpi hanyalah sebuah bunga tidur. Aku ragu pada mimpiku yang terjadi seolah begitu nyata. Dengan orang yang sama...