Pagi-pagi dirumah eyang sudah banyak kegaduhan, pasalnya karena yang biasanya tinggal disana hanyalah eyang, revan dan juga para pembantu rumah berikut asisten pribadi milik eyang, bumi sudah sangat jarang datang kesana semenjak kedua orang tuanya pergi bekerja di luar negeri yang mau tak mau harus menjaga rumah dan adiknya.
Suara kegaduhan itu berasal dari kamar milik lea. Ia sedang mencari baju sekolah yang sebelumnya memang menjadi baju cadangannya. Semua lemari ia buka satu persatu dan juga ia keluarkan seisi lemarinya.
Dengan kondisi berantakan lea terus mendumelkan amarah yang ada di kepalanya.
"Ih kemana sih! Baju sekolah gueeeee!"oceh lea pada dirinya sendiri di dalam kamar miliknya.
Tak berlangsung lama ia kesal hingga menendang lemari dan tak sadar sudah menjatuhkan seisi barang yang berada di atas lemari.
Brukkkkkk!!!
Suara reruntuhan barang jatuh begitu kencang terdengar. Hingga revan dan bumi yang sudah menunggu sang adik di ruang makan pun ikut mendengar.
"Suara apaan itu?"tanya revan.
"Gak tau! Kita kan daritadi disini aja, van"jawab bumi santai seraya mengunyah roti di tangannya.
"Sumpah bum, suaranya kenceng banget! Gua rasa itu ulah adek lo deh. Coba kita liat dulu deh!"balas revan langsung beranjak dari meja makan.
Bumi yang masih mengunyah roti, ia berbesar hati untuk menaruh sisa rotinya kembali ke atas piringnya. Ia dengan mengikuti revan menghampiri kamar sang adik.
Saat revan sudah di depan pintu kamar lea, ia mencoba untuk membuka knock pintu. Tak terbuka sama sekali tapi pintu itu bukan karena terkunci.
"Loh kok gak bisa di buka si? Padahal ini gak ke kunci loh! Kenapa yaaa?"tanya revan bingung.
"Lo jangan bikin gue jadi khawatir dong, van! Masa iya si gak bisa di buka, coba awas gue aja yang coba!"pinta bumi memegang knock pintu.
Bumi juga mencobanya beberapa kali seperti revan sebelumnya, namun pintu tak terdorong masuk ke dalam kamar.
"Mampus! Gak bisa kan beneran? Jangan ngeyel lo makanya"seru revan.
"Udah ketok aja coba!"timpal bumi.
Revan mengetuk pintu kamar lea dengan brutal. Sehingga lea yang masih berada di dalam kamar pun merasa risih mendengar ketukan pintu yang terus menerus mengganggu ingatannya saat ini.
Lea dengan marah dan malas membuka pintu kamarnya. Melihat kedua abangnya berada di luar kamarnya dengan wajah khawatir tak membuat lea akan menurunkan amarahnya.
"Kenapa si kalian?"omel lea.
"Loh, kok lo baik-baik aja si?? bukannya tadi ada bunyi barang jatuh kenceng yaaa?"tanya revan bingung.
"HEH!! Lo ngedoain gue kanapa emang? ngedoain gue kena runtuhan barang jatuh gitu?!"kesal lea.
"Eh gak gitu. Abis tadi tuh suaranya kenceng banget le! Yaaa, gue mikirnya lo kena suara kenceng itu! Kan yang masih di dalem kamar cuma lo doang"balas revan.
"Gak! Gue gak kena reruntuhan barang jatuh itu, yaaa untungnya aja si gak kena. Kenapa emang?"tanya lea.
"Gapapa, syukurlah dek kalo kamu gak kena! Yaudah yuk berangkat ke sekolah"ajak bumi.
"Sekolah?"balas tanya lea.
"Sebentar bum, ini gue yang salah liat apa gimana yaa??"ucap revan.
"Kenapa?"
"Adek lo belum pake seragam sekolah!"jawab revan membuat bumi ikut kaget.
"Eh iya!! Kok bisa? Kenapa belum pake seragam sih dek? Udah jam segini loh (melihat arah jam tangan yang berada di pergelangan tangannya) udah sana pake seragamnya, abang tungguin di ruang makan!"seru bumi.
Lea yang kesal menahan tangan keduanya, revan dan juga bumi dibuat bingung dengan tingkah sang adiknya saat ini. Lea tak berpikir lama ia menendang pintu kamarnya agar terbuka lebih lebar dan terlihat tumpukan baju dari seisi lemari berserakan di lantai kamarnya.
"Astaga!!!"terkejut revan.
"Gosh! Kenapa bisa kaya gitu si?? Berantakan banget ih!"omel bumi.
"Seragam sekolah aku gak ada dirumah eyang ternyata! Gimana dong?."
Bumi dan revan saling tatap lalu menepuk jidatnya masing-masing secara bersamaan.
"Gimana ih?! Jangan diem aja!"omel lea.
Bumi membuang nafasnya kasar. Ia mengambil dompet yang berada di kantong celananya, membukanya dan mengeluarkan beberapa kartu lalu menempelkan pada belakang ponsel. Untung saja sekarang ini ponsel sudah di desain lebih canggih sehingga dapat membantu dalam pengecekan saldo kartu atm.
Bumi mencoba mengecekkan isi saldo kartu atmnya. Semua kartu yang ia punya masih memiliki saldo yang cukup memuaskan mata. Ia memasukkan kembali kartu ke dalam dompet, begitu juga dengan dompetnya yang ia masukkan ke dalam kantong celananya.
"Udah sana rapih-rapih! Abis itu kita berangkat, nanti beli seragam baru lagi aja yaa!"ucap bumi lalu pergi meninggalkan lea dan revan.
"Abang mau kemanaaaaa?"teriak lea.
"Abang nunggu di mobil!!"jawab bumi dengan teriak.
Tak lama lea saling tatap dengan revan yang masih setia di depan kamar miliknya.
"Kenapa lo masih disini? Gak mau ikut bang bumi?"tanya lea.
"Ikut lah! Udah sana lo, jangan lama nanti telat!"tegas revan.
"Ok"
Lea masuk kembali ke dalam kamar, ia tak merapihkan apapun yang terjadi pada kamarnya. Ia hanya mengambil tas yang sudah berisikan barang-barang sekolah dan tak lupa menggunakan sepatu sekolah, lea berlari ke meja makan untuk memakan roti dan meminum susu secara brutal, barulah menyusul bumi dan revan yang sudah berada di dalam mobil.
"Lama lo!"oceh revan.
"Ah bawel lo! Udah buruan jalan"pinta lea karena revan yang menyetir mobil hari ini.
"Ah lo! Kalo bukan adek gue juga, udah gue tampol lo"balas revan seraya menyetir mobil keluar dari halaman rumah eyang.
"Udah jangan pada ngoceh lagi! Berisik"omel bumi dengan nada kesal.
****
Bumi dan revan menuruni mobil, baru saja ingin masuk kedalam sekolah. Mereka baru sadar jika hanya berdua saja turun dari mobil, bagaimana dengan lea?.
"Lea mana?"tanya bumi pada revan. Revan mengangkat kedua bahunya, lalu melihat kembali kedalam mobil.
Tepat, revan menemukan lea masih berada di dalam mobil. Dengan amat sangat gregetan revan mengetuk kaca mobil belakang. Kaca diturunkan oleh lea.
"Kenapa?"tanya lea.
"Lo gak mau masuk, hah?"tanya balik revan.
"Seragam gue gimana? Malu lah!"jawab lea.
Bumi menghampiri sang adik. "Turun aja dulu! Nanti kita ke ruangan koperasi sekolah dek, ayo"pinta bumi.
"Aku malu lah bang!"sahut lea.
"Keluar, abang bilang keluar!"timpal bumi.
"Jangan batu! Diomelin abang lo kan tuh! HAHAHAHA"ejek revan.
"Yaudah iya turun"
"Diem lo revan!"ketus lea.Bumi menggapai kepala sang adik, ia menjitak lembut. "Jangan begitu sama revan! Panggilnya abang, heh!"oceh bumi.
"Iyaaaa iyaaa, maaf"
•••
Siapa disini yang takut sama abangnya?
•
Penasaran? Tungguin aja dipart selanjutnya🙌🏻
•
Haii gaiis!! Aku up lagi nih, jangan lupa dibaca yaaa!!!❤️🔥
•
Love u buat kalian yang udah baca!!❤️🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams Come True
Teen FictionFOLLOW SETELAH KALIAN MEMBACA KARYA SAYA‼️🫶🏻, terimakasi. Dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini. Semua yakin dan tahu bahwa mimpi hanyalah sebuah bunga tidur. Aku ragu pada mimpiku yang terjadi seolah begitu nyata. Dengan orang yang sama...