GADIS dengan hijab navy itu terus berlari menyusuri lorong rumah sakit mencari ruangan dimana ibunya di rawat. "Ya Tuhan... cobaan apalagi ini.." ia terus membatin. Tak cukupkah Tuhan memberinya masalah satu-satu?
Baru saja dua hari yang lalu ia dikejutkan dengan pihak bank yang akan menyita rumahnya, sekarang ia harus mendapatkan kabar bahwa Ibunya mengalami kecelakaan tabrak lari. Ia benar-benar takut, ia begitu mencemaskan Ibunya. Ia tidak mempedulikan setiap orang yang berpaspasan atau yang tersenggol olehnya, yang hanya ada dalam pikirannya hanya satu, bagaimana keadaan Ibunya?!
Karena berlari tergesa-gesa, begitu ia hendak berbelok ke lorong sebelah kiri
"Bumm!!"
Tubuhnya menabrak seseorang. Hampir saja ia terjatuh kebelakang jika saja orang bertubuh tegap yang ditabraknya itu tidak cepat menangkapnya.
Seperkian detik manik hitamnya berserobok dengan manik coklat terang itu.
"Ma..maaf Pak, saya ti..dak sengaja" ucap Zahra terbata-bata begitu mengurai pelukan mereka.
Pria itu hanya diam dan masih menatap Zahra. Aura pria di depannya ini begitu dingin dan membuatnya mendelik.
"Saya permisi" Zahra langsung memilih pergi, ia harus segera melihat bagaimana keadaan Ibunya.
Begitu sampai Zahra langsung masuk ke dalam ruangan ibunya.
"Ibu.." lirihnya begitu melihat wanita paruh baya yang tengah terbaring tak berdaya di brankar ruangan serba putih itu.
Hatinya begitu terenyuh melihat ibunya yang terbaring lemah disana. Tak lama dokter masuk untuk memeriksa keadaan ibunya.
Begitu dokter itu selesai, ia langsung menghampiri dokter itu.
"Dok, bagaimana keaadaan Ibu saya?" tanyanya penuh harap.
"Mohon maaf saya harus mengatakan ini." Dokter itu tampak menimbang sebelum kembali berucap.
"Ibu anda harus segera dioperasi. Pasien mengalami luka yang serius dikepalanya. Jika tidak, hal buruk kemungkinan besar akan terjadi" jelas dokter itu.
"Anda harus segera mengurus administrasinya agar pasien bisa segera dilakukan tindakan operasi. Kalau begitu saya permisi" ucap dokter itu kemudian berlalu.
"Operasi?" gumammnya. "Bukankah..?"
"Aishh Zahra! Apa yang kamu pikirkan lagi! keselamatan Ibumu..."
Segera ia bergegas menuju bagian administrasi. Dan betapa terkejutnya Zahra begitu mengetahui biaya operasi, pengobatan dan seluruh biaya rumah sakit yang jika ditotalkan jumlahnya semuanya enam puluh lima juta rupiah! Zahra langsung tersandar di balik pintu ruangan administrasi itu . "Ya Tuhan.. bagaimana aku harus mendapatkan uang sebanyak itu?" lirihnya. Belum lagi rumahnya yang kini tengah terancam disita bank, ditambah lagi uang kuliah semester 8 yang harus ia bayarkan dalam minggu ini, jika tidak akan gagal ia lulus tahun ni. Tak mungkin ia harus berhenti, ia sudah diujung jalan tak mungkin ia berhenti begitu saja. Kakinya serasa seakan tak mampu lagi memijak bumi, air matanya luruh, seketika tubuhnya ikut luruh ke lantai. Ia benar-benar tak tahu harus melakukan apa lagi sekarang. Ia buntu.
Hingga tiba-tiba sebuah suara bariton mengagetkannya.
"Permisi saya ingin lewat. Anda menghalangi jalan" ujarnya datar.
Sontak membuat Zahra terkaget dan refleks menjatuhkan kertas di tangannya.
Deg
"Pria tadi ?" batinnya.
Pria itu terlihat tak peduli. Ia tampak sekilas membaca kertas yang yang terjatuh dari tangan gadis itu sebelum kemudian langsung masuk ke ruangan administrasi.
________
Bersambung...
Kira-kira sampai disini ceritanya udah bikin penasaran nggak?
Vote dan Komen di kolom komentar ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding on Paper ✓Tamat
Romance"Ini bukan lamaran. Ini sejenis kesepakatan. Kita akan menjalani pernikahan kontrak selama waktu yang ditentukan" ___________ Berada di jalan buntu, tak pernah terbayangkan oleh seorang gadis yatim bernama Zahra Kirana. Dikejar deadline pembayaran u...