1| Sebuah Pilihan

7.7K 442 23
                                    

"Ini bukan lamaran. Ini sejenis kesepakatan. Kita akan menjalani pernikahan kontrak selama waktu yang ditentukan"

-Wedding on Paper-

SEMUA pasang mata menoleh ke arah pria berjas hitam yang baru saja keluar dari ruangan dokter itu. Siapa yang tidak kenal Oemar Ghassan, seorang pengusaha kaya pemilik Ghassan Group salah satu perusahaan terbesar di Dubai dan Indonesia. Tidak hanya bergerak di usaha property, ia juga memiliki perusahaan pertambangan yang jika dihitung keuntungan ditaksir mencapai milyaran perbulannya . Mapan dan rupawan, itulah yang sering didengung-dengungkan orang-orang di luar sana, memiliki tubuh tinggi dan tegap dengan wajah arab yang dimilikinya membuat setiap perempuan tidak akan menolak pesonanya. Namun ada fakta dari pria itu, ia memiliki sifat dingin dan tegas sehingga tak akan ada yang berani melawan perintahnya, termasuk rekan bisnisnya.

Begitu memasuki ruangan, ia langsung menghampiri mamanya, mamanya adalah seorang berdarah Indonesia, sedangkan Babanya seorang berkebangsaan Uni Emirat Arab yang sudah wafat sejak lima tahun yang lalu sehingga Ghassan Group dipegang olehnya sebagai pewaris satu-satunya.

"Ma, bagaimana keadaan mama?" tanyanya khawatir. Dibalik sikap tegas dan dinginnya, ia merupakan orang memperlakukan orangtuanya dengan baik. Ia sangat menyayangi wanita paruh baya itu.

"Seperti biasanya Oemar, penyakit mama bisa saja tiba-tiba kambuh"

"Mama jangan khawatir, dokter akan memberikan penanganan terbaik untuk mama"

"Sudah banyak berbagai pengobatan dilakukan untuk mama, Oemar. Keadaan mama masih saja hanya akan seperti itu"

"Mama jangan bicara seperti itu"

"Oemar?" ucap mamanya begitu menggenggam tangan putra tunggalnya itu. Wanita itu terlihat ingin mengatakan sesuatu yang penting.

"Mama tidak butuh semua pengobatan-pengobatan itu. Yang mama inginkan sekarang adalah kamu menikah. Itu akan membuat mama merasa lebih baik. Kamu bisa kan, Oemar?"

"Kamu tahu mama sudah sangat lama menantikan saat itu. Sekarang umur kamu sudah 32 tahun nak, kamu sudah memiliki segalanya, apa lagi yang kamu tunggu?"

"Ma..."

"Kamu bisa kan, nak?" ucap mamanya sendu penuh harap, membuat Oemar tak mampu lagi membantah.

Oemar sebenarnya sungguh tak ingin menikah, ia tidak ingin terikat dalam sebuah perikahan yang menurutnya hanya akan menghambatnya saja karena perempuan yang hanya akan membuang-buang waktunya. Ia tidak ingin terberdaya dengan yang makhluk yang namanya perempuan, selain karena sebuah trauma juga sebenarnya. Namun, memang benar kan perempuan dapat menjadi fitnah terbesar bagi laki-laki?

Pernyataan dokter tadi kemudian terngiang-ngiang di kepalanya.

"Maaf Tuan Ghassan saya harus mengatakan ini, penyakit kangker yang diderita mama anda sudah mencapai stadium tiga, ditambah lagi komplikasi penyakit asma yang diderita pasien membuat penyakitnya akan lebih sukar diobati. Umur memang ada di tangan Tuhan, namun secara medis kami mendiagnosa pasien hanya akan mampu bertahan hanya hingga 10 bulan lagi. Sehingga selalu buat pasien merasa bahagia, karena apabila pasien stress akan dapat lebih memperpendek usianya"

Cukup lama Oemar terdiam sebelum kemudian kembali membuka suara.

"Baiklah Ma, jika mama ingin demikian, Oemar akan menikah" putusnya. Tampak raut wajah wanita paruh baya itu berubah seketika. "Mama sangat senang mendengarnya, nak" ucapnya dengan binary dimatanya.

"Apakah kamu sudah memiliki calonnya? Kapan kamu akan mengenalkannya pada mama?"

Oemar kemudian tampak berfikir, "secepatnya, Ma." Lagi-lagi hanya kata syukur dan senang yang dapat terucap dari wanita paruh baya itu.

Wedding on Paper ✓TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang