11| Malam Petaka

7K 394 33
                                    

"Ia harus kehilangan mahkota yang telah ia jaga selama 22 tahun ini"

~Wedding on Paper~


SETELAH dua hari menginap di rumah ibunya, kini Zahra harus pamit untuk pergi lagi.

"Bu, Zahra pergi dulu ya."

"Apa kamu tidak bisa satu hari lagi disani, nak?" tanya ibunya berharap putrinya lebih lama lagi disana.

"Maaf Bu, tidak bisa. Besok aku harus masuk bekerja," bohongnya. Ia terpaksa berbohong pada ibunya jika dia bekerja sampingan dan harus kos di dekat sana.

"Baiklah kalau begitu ibu hanya bisa mendo'akan yang terbaik untukmu," ucapnya ibunya sedikit sendu. Wanita paruh baya itu kemudian memeluk erat putrinya.

"Terimakasih, Bu. Zahra sayang Ibu."

"Zahra akan melakukan apapun itu demi ibu. Maaf aku Zahra harus bohong sama ibu," ucapnya dalam hati.

"Ibu juga sangat sayang kamu sayang. Hanya kamu satu-satunya ibu miliki sekarang."

Mereka pun saling berpelukan menyalurkan rasa cinta masing-masing sebelum akhirnya Zahra mengurai pelukan itu. Ia harus pergi sekarang juga. Ia bertekad, begitu kontrak ini selesai, ia akan membangun masa depaannya bersama ibunya.

***

Setibanya di mansion Oemar, ia langsung menuju kamar. Semenjak di perjalanan tadi surat kontrak itu terus mengganggu di pikirannya. Ia sangat terkejut saat pria itu mengatakan 3 kali lipat. Ia harus benar-benar membaca surat itu. Ia begitu cerobah tidak begitu membaca surat kontrak saat itu. Ia harus menemukan surat itu, pikirnya. Ia harus membacanya agar tidak lagi melakukan kebodohan-kebodohan yang akan merugikan dirinya.

Ia sudah menjadi di semua lemari dan laci, tapi ia tidak menemukan apapun tanda-tanda keberadaan surat itu. Ia tak menyerah, ia terus mencoba mencarinya di semua sudut ruangan itu.

"Apa yang kau cari??" ucap suara bariton tiba-tiba.

Zahra terkejut. Sontak ia langsung menoleh ke belakang.

Tubuhnya langsung bertubrukan dengan dada seseorang. Wajahnya sudah tepat berada di dada laki-laki itu. Zahra kemudian merasa mengenali aroma parfum ini. Ia langsung mendongak. "Tuan Oemar?" lirihnya.

Pria itu terlihat cuek. "Apa yang kau cari?"

"Apa kau ingin mencuri dirumahku? hmm"

"Ti..dak, Tuan! Tidak!"

"Lalu?" tanya pria itu dingin.

"A..ku.. Aku hanya mencari kertas kontrak itu," cicitnya.

"Untuk apa kau mencarinya?"

"Sebenarnya aku belum benar-benar membacanya saat itu. Apa aku boleh melihat surat itu sekarang?" cicitnya.

"Ikut aku!" Oemar kemudiaan menarik tangan gadis itu. Membuat Zahra mau tak mau mengikuti langkah lebar Oemar.

Pria itu membawa Zahra ke ruangan kerjanya. Ia kemudian mengambil sebuah map di laci kerjanya.

"Ini salinan kontraknya. Sedangkan yang aslinya ada padaku. Kau harus pahami semuanya agar tidak melanggar lagi!"

Begitu menerima kertas itu, dengan cepat Zahra langsung membacanya. Jantungnya terasa berhenti begitu membaca point perpoint isi kontrak perjanjian itu.

1. Waktu pernikahan disepakati adalah 10 bulan. Setelah itu pihak pertama dan kedua sepakat untuk berpisah atau bercerai.

2. Selama pernikahan pihak pertama menjamin semua kebutuhan pihak kedua.

3. Pihak kedua harus bersikap baik dan berpura-pura menjalani pernikahan harmonis di depan orangtua pihak pertama.

4. Pihak kedua harus menjaga nama baik keluarga pihak pertama.

5. Pihak kedua harus menjaga rahasia perjanjian pernikahan ini.

6. Apabila pihak kedua melanggar ataupun kabur, pihak kedua harus mengganti semua uang yang telah diberikan pihak pertama sebanyak 3 kali lipat.

"Sshhitt!!!"

"Apa-apaan ini! Bagaimana aku bisa menandatangani semua ini!"

"Matilah kamu Zahra! Kamu menggali lubang maut mu sendiri!!!" Zahra terus merutuki dirinya di dalam hati.

"Tapi gak papa. Ini semua demi Ibu. Setelah semua ini berakhir aku akan bangun mimpiku bersama ibu dan pergi jauh-jauh dari pria harimau ini,"pikirnya.

Oemar masih setia berdiri di depan Zahra seraya melipat kedua tangannya di dada. "Bagaimana? Kau sudah membacanya?"

"Sudah," angguk Zahra.

"Bagaimana keadaan ibumu?" Meskipun terlihat acuh, namun Oemar juga ikut simpati karena ia juga memiliki mama yang tengah menderita sakit.

"Alhamdulillah semenjak operasi keadaannya sudah membaik," jawab Zahra.

Tiba-tiba saja handphone Oemar berdering. Pria itu langsung pergi.

"Tuan tunggu! Tuan mau kemana?"

"Aku harus kembali ke kantor. Aku kesini hanya ingin memastikan sendiri apakah kau kembali atau kabur." Dengan langkah cepat pria itu pun langsung pergi.

-----

Sudah tengah malam, Zahra melirik ke arah tempat tidur. Kosong. Oemar belum juga pulang. Zahra berusaha untuk tidak peduli, namun entah kenapa matanya juga tidak bisa diajak bersahabaat untuk tidur. Jadilah dia hanya berputar ke kiri, ke kanan dan balik lagi. Karena tak juga kunjung bisa tidur, ia memilih untuk duduk di balkon kamar itu melihat pemandangan damai tengah malam.

Tidak lama, terdengar suara pintu kamar dibuka. Mendengar itu, Zahra langsung menuju ke dalam.

"Tuan Oemar?" gumamnya. Pria itu terlihat berjalan sedikit sempoyongan dengan rambut sedikit berantakan, kancing atas kemejanya sudah terbuka dan jas yang sudah dilampirkan ke bahu.

"Kau belum tidur?" tanya pria itu yang masih setengah sadar begitu masuk.

Zahra mengangguk pelan. Tiba-tiba saja pria itu berjalan mendekat ke arahnya dengan tatapan yang sulit Zahra artikan. Tak biasanyanya pria itu bertingkah seperti ini, membuat Zahra bergidik ngeri. Ia sontak langsung berjalan mundur, begitu pria itu sudah dekat, Zahra mencium bau alkohol yang cukup kuat. "Apa diaa mabuk?" batinnya. "Ya Tuhan. Tolong aku," batin Zahra terus berharap.

"Gawat!"

Begitu pria itu sudah hampir begitu dekat. Zahra langsung membalikkan badan hendak lari keluar.

Happ!

Pria itu berhasil meraih pinggangnya.

"Jangan coba kabur dariku," bisiknya di telinga Zahra membuat bulu kuduknya meremang.

Pria itu semakin mengeratkan pelukannya. "Kumohon lepaskan aku!" mata Zahra sudah berkaca-kaca. Ia takut.

Tak banyak bicara, pria itu kemudian menganggkatnya ala bridal style ke ranjang. Zahra memberontak dengan terus meronta dan memohon-mohon. "Kumohon jangan lakukan ini! Lepaskan aku!"

"Lepaskan aku!"

"Lepaskan aku!"

Pria itu seakan tak mendengarkannya. Zahra terus meronta-ronta berusaha membebaskan diri, namun tenaga pria itu begitu besar membuatnya tak mampu melawannya. Hingga malam itu, terjadilah hal yang tidak pernah ia inginkan. Ia harus kehilangan mahkota yang telah ia jaga selama 22 tahun ini.

Bersambung...

Gimana? Mau next Chapter gak???

.
.

Take me on Instagram @stories_aisyah if You share something from this story 🤍

Wedding on Paper ✓TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang