18| Dubai dan Rasa yang Mulai Ada

6.6K 410 35
                                    

"Tanpa ia sadari, ada setitik rasa yang mulai tumbuh dihatinya"
~Wedding on Paper~

.

.

DELAPAN jam penerbangan terlewati sudah. Zahra bisa melihat Dubai Airport dan tulisan Al Maktoum International dengan jelas dari jendela pesawat. Hal ini membuat Zahra otomatis tersenyum lebar. Akhirnya dia bisa mengunjungi Kota Dubai yang telah lama ia mimpikan. Kota yang disebut sebagai Kota para sultan dan merupakan primadona wisata di Timur Tengah yang menyuguhkan segala macam keindahan serta kemewahan kelas dunia.

On behalf of Emirates and the entire crew, I'd like to thank you for joining us on this trip. We are looking forward to seeing you on board again in the near future. Have a nice day!

Terdengar suara pramugari begitu pesawat final landing.

"Hati-hati," ujar Oemar seraya menuntun Zahra saat menuruni tangga pesawat.

"Terimakasih, Tuan."

Begitu memasuki bandara, ia disambut dengan kalimat bertuliskan Welcome to Dubai di pintu masuk. Tak lupa serta suara-suara kebisingan bandara dibarengi suara announcement dalam bahasa Arab.

Zahra masih merasa mimpi bisa menginjakkan kakinya di Dubai. Ia begitu kagum saat pertama kali menginjakkan kaki di ibukota Uni Emirat Arab ini. Bahkan ia bisa melihat sebuah pohon kurma emas di dalam Airport itu.

"Tuan, apa itu asli?" tunjuk Zahra pada pohon kurma itu.

"Mm." Oemar hanya mengaangguk pelan.

"Wow. Masyaallah" gumammnya. dalam hatinya berkata, "kalau diambil kira-kira 500 gram bisa lah ya, buat modal persiapan wisuda nanti, hihi" ujar gadis itu dalam hati dan membuatnya terkekeh sendiri. Zahra benar-benar dibuat tak berkedip melihat setiap kemewahan di airport Dubai itu. Jujur, mungkin bisa dikatakan ia benar-benar kampungan saat ini. Ini bahkan baru Airportnya saja, belum lagi tempat-tempat lain di kota ini yang akan membuatnya berkali-kali berdecak kagum.

Begitu mereka keluar bandara, sudah ada sebuah mobil mewah yang menunggu mereka.

"'Iirda' alsayidat walsaada," (silakan Tuan dan Nyonya) ujar sopir itu mempersilahkan Oemar dan Zahra masuk.

Begitu mobil jalan, Zahra bertanya. "Apa kita akan ke rumahmu, Tuan?"

"Iya," jawab Oemar singkat tanpa menoleh ke arahnya.

"Berapa lama perjalanan menuju kesana, Tuan?"

"Sekitar 30 menit."

Mulutnya kemudian membentuk huruf 'o'. "Cukup jauh juga yah."

Oemar kemudian menoleh ke arahnya.

"Apa kau kelelahan?"

"Mm, lumayan," jawab Zahra. Ia tidak bisa berbohong, delapan jam lebih di pesawat membuatnya cukup kelelahan saat ini. Apalagi kondisinya sekarang tengah berbadan dua.

"Kalau begitu sementara kita akan menginap di hotel saja."

"Tidak usah Tuan, aku masih kuat kok. Kita lang-"

Pria itu tak menghiraukannya.
"Ali, astahabuna 'iilaa 'aqrab funduq alan" (Antar kita ke hotel terdekat sekarang).

"Naam." Sopir itu kemudian langsung membelokkan mobilnya menuju hotel termahal tak jauh dari airport itu.

Wedding on Paper ✓TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang