10| Mulai Terbiasa

5.2K 358 16
                                    

"Apa aku mulai terbiasa dengan kehadirannya?"

-Wedding on Paper-


ZAHRA baru saja selesai mandi dan hendak bersantai sambil mengansur tugas akhirnya. Ia kemudian melihat lemari tempat barang-barang Oemar terbuka.
Melihat itu, ia kemudian melangkah kesana, begitu ingin menutupnya ia melihat di dalamnya sedikit kurang rapi. Ia kemudian menata kembali barang-barang pria itu, mulai dari setelan kemeja dan jas mahalnya hingga deretan koleksi jam branded-nya yang tak mampu Zahra taksir berapa total harganya.

Setelah menyelesaikannya, Zahra tak sengaja menoleh ke atas kasur. Ia melihat ada handuk basah tergeletak begitu saja disana.
"Apa ini Tuan Oemar yang menaruhnya?" gumamnya.
Aishh. Memang dasar laki-laki kebiasaan. Pikirnya.

Zahra pun merapikan semua yang ada di kamar itu, meskipun ini tugas ART, tapi Zahra yang memang typical gadis yang rajin, tangannya sudah terasa gatal untuk merapikan itu semua. Dan Sepertinya menata dan membersihkan kamar itu akan menjadi rutinitas setiap pagi.

------

Pagi-pagi sekali Oemar sudah siap menuju kantor, begitu hendak mandi ia tidak menemukan handuknya di tempat biasa.

"Zahra, apa kau melihat handukku?" tanyanya pada Zahra yang tengah berkutat dengan laptopnya di sofa.

"Oh, handuk anda kemarin saya cuci. Gunakan yang bersih saja." Zahra kemudian mengambil handuk yang sudah ia rapikan di almari.

"Ini Tuan," ucapnya menyerahkan handuk itu. Oemar langsung mengambilnya dan langsung menuju kamar mandi.

"Gak bilang makasih gitu? Dasar tongkat dingin!" batin Zahra.

---

Setelah rapi dengan pakaian lengkap, Oemar kemudian beranjak hendak memakai jam tangannya. Namun begitu membuka lemarinya, ia tidak menemukan kotak koleksi arlojinya di tempat biasa.

"Apa ini gadis itu juga yang memindahkannya?" batinnya.

"Zahra," panggil Oemar.

Zahra yang tengah sibuk bersiap-siap ke kampus itu pun menoleh. "Iya, Tuan?"

"Apa kau yang memindahkan kotak arlojiku?"

"Oh, iya Tuan. Ada di lemari barang-barang Anda."

"Tidak ada. Saya sudah mencarinya!"

"Hufftt!" Zahra mengembuskan nafas.

Ia kemudian menuju lemari barang-barang pria itu.

Tak sampai beberapa detik ia menemukan kotak itu. "Ini," ucapnya menyerahkan benda itu.

Tetap dengan mode datar, pria itu mengambilnya lalu memilih salah satu yang cocok dengan outfitnya.

Tidak terasa sudah hampir satu bulan. Oemar sudah mulai terbiasa dengan kehadiran gadis itu. Setiap kali ia tidak menemukan sesuatu, ia pasti akan bertanya pada Zahra.
---

Zahra sangat merindukan ibunya. Kebetulan sekarang weekend.Dia ingin sekali mengunjungi ibunya, setidaknya ia ingin dua hari menginap bersama ibunya. "Bagaimana cara minta izin ke Tuan Oemar ya? Kira-kira apa ia memberi ku izin?" Batinnya takut-takut. Mengingat di surat kontrak itu ia tidak boleh pergi tanpa seizin pria itu.

Zahra akhirnya hanya mondar-mandir di depan ruang kerja Oemar, kebetulan Sekarang hari Sabtu, jadi pria itu hanya bekerja di rumah.

Tak lama Bi Tinah membawa nampan berisi secangkir kopi dan biskuit.

"Nyonya tidak masuk ke dalam?" tanya Bi Tinah melihat Zahra sedari tadi hanya berdiri di depan pintu ruang kerja Oemar.

Zahra hanya menggeleng pelan.

Wedding on Paper ✓TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang