"Alih-alih untuk menjalankan peran masing-masing sebagai suami-istri"
-Wedding on Paper-
ZAHRA sudah menghapus semua make up dan semua riasannya. Kini ia telah berganti baju dengan sebuah piyama panjang dan tak lupa hijab instan yang menutupi rambutnya. Tentu saja Zahra tak akan mau membuka hijab di depan suami 'semu'nya itu.
Ia kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar, kamar ini sangat luas dan minimalis, tak lupa aura kamar ini juga terkesan dingin, persis seperti pemiliknya, pikir Zahra. Ia kemudian menoleh ke arah pintu, tak ada tanda-tanda kehadiran pria itu lagi. Kemana ia pergi? Pikir Zahra.
"Ah. Bukannya bagus dia tidak datang? Aku bisa tidur dengan tenang" gumamnya. Lagi pula ia sudah sangat mengantuk saat ini, tubuhnya sudah begitu lelah melayani tamu-tamu tadi.
Ia kemudian mengambil satu bantal daru ranjang itu, ia memilih untuk tidur di sofa saja. Tak mungkinkan ia tidur satu tempat tidur dengan pria itu. Pikirnya.
Begitu hendak berbaring.
"Mm, ada yang kurang. Ya, selimut"gumamnya. Ia tentu tidak ingin kedinginan nanti. Tapi, ia tidak mungkin mengambil selimut yang di ranjang itu. Bisa-bisa pria itu ngamuk lagi. Pikirnya.
Zahra pun kemudian menuju walk in closet, berharap di almari sana ada selimut. Kamar ini memang tak hanya luas, tapi juga di lengkapi sebuah kamar mandi dan walk in closet di dalamnya .
Setelah mencari-cari di seluruh almari itu, benar saja, Zahra menemukan sebuah selimut putih disana, ia pun kemudian langsung mengambilnya. Setelah mendapatkannya Zahra pun langsung memilih tidur.
"Hoamm" Ia menguap. Ia tidak ingin berlama-lama, tubuhnya sudah sangat remuk sekarang.
Di lain tempat.
Sepergiannya menemui Zahra di kamar tadi, Oemar memilih berdiam di ruang kerjanya. Si pria gila kerja itu masih saja sibuk dengan pekerjaannya, sekarang ia tengah sibuk memeriksa berkas-berkas perusahaan hingga larut malam. Begitu selesai dengan pekerjaannya ia hendak kembali ke kamarnya, namun ia urungkan mengingat sekarang sudah ada gadis itu di sana, hingga ia pun akhirnya memilih tidur di ruang kerjanya.
--------
Pagi sudah menyingsing. Oemar kembali ke kamarnya untuk siap-siap berangkat kerja pagi ini. Begitu memasuki kamarnya, ia melihat gadis itu masih tertidur lelap di atas sofa. Ia hanya bersikap tak acuh kemudian langsung masuk ke kamar mandi.
Oemar baru saja keluar dari walk in closet. Kini ia sudah rapi dengan dengan stelan jas mahalnya bersiap pergi ke kantor. Sebelum ia pergi, ia tak sengaja melihat kertas yang di taruhnya semalam di atas nakas masih berada disana, seperti tak tersentuh sedikit pun. "Apa gadis itu belum juga membacanya?" batinnya.
Oemar menjadi sedikit tersulut emosi, ia paling tidak suka jika perkataannya tidak diindahkan. Ia kemudian menoleh ke arah gadis yang masih tertidur di sofa itu. Bersamaan dengan itu Zahra terbangun, ia pun refleks melihat kearah Oemar berdiri. Tanpa sengaja pandangan keduanya berserobok.
Deg!
Cepat-cepat Zahra menoleh ke arah lain. Begitu ia melihat kearah jendela, terlihat di sana sudah terang. "Apa? !aku terlambat bangun! Sholat subuh?!" gumammnya.
Seketika dia langsung ingat, ia sedang masa haid sekarang. Begitu menyadari ia tak sendiri di kamar ini, Zahra langsung bangkit.
Oemar kemudian meraih kertas itu lalu berjalan kearah Zahra.
"Apa kau belum juga membacanya?" tanyanya dengan nada dingin membuat Zahra seketika mendelik.
"Aish! bagaimana aku bisa melupakannya semalam?" batin Zahra.
"Ma..af aku benar-benar lupa semalam" cicit Zahra kemudian menunduk.
"Saya ingatkan. Waktu kamu hanya dua hari untuk menghafalkan ini! Paham?!" ucap Oemar tegas Oemar seraya melempar kertas itu ke hadapannya.
"I..iya paham" jawabnya pelan. Dan pria itupun langsung pergi.
Darrr!
Zahra terkaget begitu pintu itu ditutup cukup keras.
"Ya Tuhan... apakah selama sepuluh bulan aku harus makan hati seperti ini..." keluh dalam hati.
Ia pun kemudian mengambil kertas yang dilempar pria itu tadi ke hadapannya. Ia pun memilih duduk di tepi ranjang dan membaca setiap poin-poin di kertas itu.
"Apa-apaan ini? kenapa banyak sekali..."keluhnya.
Setelah membaca itu Zahra langsung membersihkan sofa tempat tidurnya tadi dan langsung bersih-bersih dan bersiap turun ke bawah. Ia merasa tidak enak sekali pada Mama Oemar karena terlambat bangun.
Kini Zahra sudah rapi, terlihat disana Oemar dan mamanya tengah melaksanakan sarapan di meja makan. Ia merasa begitu tidak enak, ia sudah sangat terlambat, mereka sudah memulai sarapan dan mungkin saja hampir selesai. Zahra takut-takut, membuatnya masih hanya berdiri di dekat sana.
Begitu menyadari kehadiran sesseorang, Mama Oemar langsung menoleh.
"Zahra? Kenapa masih berdiri disana? Ayo duduk sayang" ujar Mamanya.
"Oemar, ayo bantu kursi untuk Zahra." Oemar pun menurutinya dan menggeserkan kursi untuk Zahra.
"Maaf Ma, aku terlambat" cicit Zahra sambil tertunduk.
"Tidak apa-apa. Mama mengerti. Ayo segera makan" ujar Mamanya seraya tersenyum melihat ke arah Zahra dan Oemar bergantian.
Begitu selesai makan, Zahra mengantarkan Oemar ke depan. Alih-alih untuk menjalankan peran masing-masing sebagai suami-istri.
"Jika ada yang tidak mengerti mengenai point point itu silakan tanyakan saat saya pulang nanti" bisik Oemar, dan Zahra mengangguk paham. Sebelum Oemar memasuki mobil, Zahra kemudian menyalami pria itu dan di balas dengan Oemar mengecup keningnya. Mereka terpaksa harus melakukannya, karena Mama Oemar tengah memerhatikan mereka dari jauh.
--------
Kira-kira sampai sini bikin penasaran nggak??? jawab di komen dong😁
.
.
Follow WP sn_aisyaaah ya, biar cerita ini cepat update, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding on Paper ✓Tamat
Romance"Ini bukan lamaran. Ini sejenis kesepakatan. Kita akan menjalani pernikahan kontrak selama waktu yang ditentukan" ___________ Berada di jalan buntu, tak pernah terbayangkan oleh seorang gadis yatim bernama Zahra Kirana. Dikejar deadline pembayaran u...