20| Rumit

6.5K 413 72
                                    

.

"Seketika ia merasa lagu ini seperti menyindirnya yang terjebak dalam hubungan rumit bersama Oemar"

-Wedding on Paper-

'

'

'

SETELAH selesai sholat subuh Oemar dan Zahra bersiap-siap untuk check out dari hotel. Pagi ini mereka akan menuju rumah keluarga Oemar.

"Kita bisa berangkat sekarang?" tanya Oemar begitu melihat Zahra sudah rapi.

"Sudah, Tuan." Zahra menjawab seraya mengangguk, dan mereka pun beranjak meninggalkan kamar itu.

Begitu mereka sudah berada tepat di pintu lift, tiba-tiba saja Oemar bertanya. "Apakah nanti kandunganmu tidak akan apa-apa?" tanyanya seraya pandangan menunjuk lift itu. Ia menjadi khawatir, takut-takut pergerakan lift itu akan mempengaruhi anaknya di kandungan, mengingat sekarang mereka akan turun dari lantai tujuh.

Mendengar itu Zahra hanya tersenyum tipis, ia cukup paham bahwa pria itu sangat mengkhawatirkan anaknya. "Insyaallah tidak apa-apa,Tuan."

Pria itu mengangguk. "Insyaallah" gumamnya, barulah mereka kemudian memasuki lift itu.

Saat sudah berada di dalam ia langsung meraih pinggang Zahra untuk rapat ke arahnya. Tangannya memeluk erat Zahra dari samping.

Hal itu sontak membuat Zahra terkaget.

"Ma..af Tuan, Ini te-"

"Diamlah! Biarlah seperti ini. Aku tidak ingin getaran lift ini membuat anakku kenapa-kenapa."

"Tapi-"

"Aku paling tidak suka dibantah!" ujarnya dingin membuat Zahra seketika bergidik dan akhirnya memilih diam saja hingga mereka sampai di lantai bawah.

Begitu keluar dari pintu hotel, ternyata mereka sudah ditunggu oleh sopir kemarin. Sopir dengan pakaian rapi itu pun langsung mempersilakan mereka masuk ke mobil mewah tersebut.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Oemar, Zahra tak bisa mengalihkan pandangannya dari kaca jendela itu. Ia begitu menikmati pemandangan selama perjalanan. Terlihat bangunan-bangunan mewah pencakar langit berjejer disepanjang jalan diselingi dengan pohon-pohon palm yang tak kalah memberikan kesan estetik. Ia juga melihat pohon-pohon kurma saat melewati kebun-kebun kurma, serta ia juga dapat melihat jalan kanan-kiri dengan padang pasir tandus. Melihat itu Zahra jadi teringat padang pasir di salah satu scene film ayat-ayat cinta, membuatnya seketika di dalam hati bernyanyi.

"Desir pasir di pandang tandus...

Segersang pemikiran hati

Terkisah ku di antara cinta yang rumit "

Seketika ia merasa lagu ini seperti menyindirnya yang terjebak dalam hubungan rumit bersama Oemar.

Melihat Zahra yang sibuk sendiri entah kenapa membuat Oemar serasa diabaikan, padahal mereka berdua biasanya juga tak banyak bicara.

"Ehem!" Pria itu pura-pura berdehem.

Zahra kemudiaan langsung menoleh.

"Tampaknya kau begitu menikmatinya," ucapnya seraya menatap ke depan tanpa menoleh ke Zahra. Kalau dipikir-pikir, sedikit songong memang. Tapi Zahra tampaknya sudah terbiasa dengan sikap dingin dan datar pria itu.

"Anda benar, Tuan. Ini adalah pertamakalinya aku menginjakkan kaki di tanah Arab. Dan aku sangat senang," jawabnya jujur dengan senyum mengembang.

Oemar bukan tak melihat Zahra, dari sudut matanya ia dapat melihat pancaran wajah bahagia dari perempuan itu, membuat Oemar tanpa sadar ikut tersenyum tipis, sangat tipis bahkan Zahra tidak menyadarinya.

Wedding on Paper ✓TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang