"Sah dimata agama dan negara, namun ada kontrak yang hanya diketahui oleh keduanya"
-Wedding on Paper-
KINI mereka sudah siap untuk makan malam. Zahra cukup dibuat takjub dengan semua hidangan di atas meja. Semuanya sudah tertata sedemekian rupa. Tak pernah di rumahnya ada makanan sebanyak dan semewah itu.
"Zahra, kenapa masih berdiri? Ayo duduk, nak" ucap Mama Oemar mempersilakannya.
"Ii..ya Ma" jawab Zahra.
Oemar kemudian menggeser kursi untuk di duduki Zahra, alih-alih berpura-pura untuk meyakinkan mamanya.
"Terimakasih" ujar Zahra kemudian duduk.
Mereka pun memulai makan malam dengan khidmat.
"Zahra, Oemar jangan lupa ya besok kita fitting baju di boutique yang telah mama pilihkan"
"Hah? Besok? Tapi pria itu tak pernah bilang sebelumnya" batin Zahra.
"Zahra , Oemar sudah bilangkan ke kamu?" tanya mamanya begitu melihat Zahra tampak sedikit bingung.
Oemar langsung meloleh ke arah Zahra dengan tatapan tajam.
"Oh, udah ma, tapi sepertinya Zahra lupa. Maaf Ma" jawab Zahra langsung begitu melihat tatapan tajam pria itu.
"Iya, nggak apa. Itu adalah butik pengantin terbaik dikota ini yang mama pilih. Karena mama ingin yang paling terbaik untuk acara penikahan kalian nanti" ucap mamanya antusias.
"Iya, Ma" ucap Zahra berusaha ikut tersenyum.
Setelah makan malam itu, Oemar mengantarkan Zahra pulang.
Saat Zahra hendak membuka pintu mobil bagian belakang.
"Siapa suruh kamu disana?! Duduk di di depan!" perintah pria itu.
"Ta..pi Pak, kita kan bukan mah.."
"Cepat Zahra saya tidak punya banyak waktu!" ucap Oemar yang sudah membukakan pintu depan untuknya. Akhirnya dengan terpaksa Zahra pun mengikutinya.
Saat kaca jendela mobil hendak di tutup
"Pak, kaca jendelanya tidak usah ditutup!" cegat Zahra cepat.
"Kenapa?" tanya Oemar cuek.
"Saya ingin udara segar, iya udara segar" kilah Zahra.
"Cihh! Alasan! Saya juga tidak akan apa-apakan kamu" sarkasnya membuat Zahra menelan salivanya. Oemar tetaplah Oemar yang tidak akan patuh pada perintah siapapun, ia tetap menutup jendelanya.
Suasana mendadak mencekam dan canggung. Zahra hanya menggenggam erat kedua tangannya.
Sekilas Oemar menoleh ke tangan gadis itu kemudian bertanya "Apa mama yang memberikanmu cincin itu?" tanyanya.
Deg
"I..iya" cicit Zahra.
"Kalau anda tidak suka, saya akan membukanya dan hanya akan memakainya saat bersama Mama" ucap Zahra cepat-cepat hendak membuka cincin itu.
"Tidak usah. Itu juga tidak buruk untukmu" ujar Oemar kemudian tanpa menoleh kea rah Zahra.
Zahra tercengang, ia piker pria itu akan marah dengan ini. Sedang pria itu tampak acuh setelah mengatakan itu. Dan suasana kembali menjadi canggung.
Zahra kemudian teringat besok harus fitting baju, padahal besok ibunya akan keluar dari rumah sakit, sehingga ia harus mengurus semuanya.
"Pak Oemar?" panggil Zahra takut-takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding on Paper ✓Tamat
Romance"Ini bukan lamaran. Ini sejenis kesepakatan. Kita akan menjalani pernikahan kontrak selama waktu yang ditentukan" ___________ Berada di jalan buntu, tak pernah terbayangkan oleh seorang gadis yatim bernama Zahra Kirana. Dikejar deadline pembayaran u...