7| Tongkat Dingin

5.4K 355 19
                                    

"Pria itu bukanlah manusia, melainkan tak ubahnya sebuah tongkat dingin yang datar tak berperasaan"

-Wedding on Paper-

SEKARANG menunjukkan pukul 16.03 WIB dan Oemar sudah berada di rumah. Ia memang sengaja pulang lebih awal karena mamanya tadi tiba-tiba saja menelfonnya menyuruh untuk segera pulang.

"Akhirnya kamu pulang juga" sambut mamanya begitu ia datang. Ia pun kemudian menyalami mamanya.

"Ada apa Ma, mama menyuruh Oemar pulang?"

"Ada yang ingin mama bicarakan sama kamu dan Zahra"

"Bi Tinah panggilkan Zahra kesini"

"Biar Oemar saja Ma yang paggil Zahra ke atas"

"Baiklah. Tidak jadi Bi"

"Baik nyonya" jawab Bi Tinah kemudian kembali ke dapur. Dan Oemar pun menuju kamarnya ke lantai atas.

Ceklekk

Pintu terbuka, mengalihkan pandangan Zahra yang tengah asik dengan laptopnya.

"Kenapa di sudah pulang jam segini?" tanya Zahra dalam hati.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Oemar dingin seperti menaruh curiga.

"Ti..tidak. Aku hanya tengah mempelajari proposalku sebelum penelitian nanti" jawab Zahra cepat.

"Mama ingin bicara pada kamu dan saya. Segera turun temui mama" perintahnya datar.

"Baik. Saya akan siap-siap dulu. Anda duluan saja" ucap Zahra hati-hati.

"Tidak. Kita akan turun bersama"putus pria itu.

"Baiklah" jawab Zahra pelan lalu menutup laptop dan membereskan buku-bukunya.

Oemar masih berdiri disana, matanya terus memperhatikan gerak Zahra yang tengah berkemas. Zahra yang merasa di lihat begitu mendadak menjadi sedikit salah tingkah. "Ishh kenapa dia menatapku seperti itu" batin Zahra.

"Saya sudah selesai" ucap Zahra kemudian begitu selesai berkemas.

"Apa kau selalu lamban seperti itu?" ujarnya datar seraya kedua tangannya di lipat di dada.

"Saya tidak suka orang yang lambat! Ayo cepat turun!"

"Saya juga tidak berharap anda suka saya" batin Zahra.

"Satu lagi!" ucap pria itu sebelum melangkah keluar.

"Saya peringatkan. Kita tidak tahu hal penting apa yang akan dibicarakan atau ditanyakan Mama. Jadi hati-hati dengan ucapanmu nanti. Kau harus pandai-pandai menjawabnya. Mengerti?"

"Iya" jawab Zahra mengangguk paham. Dan mereka pun kemudian berjalan beriringan seolah mereka tengah bahagia.

"Nah, ini dia pengantin baru kita" ujar mamanya menyambut kedatangan keduanya sumringah. Mereka kini tengah berada di ruang keluarga.

"Ayo duduk disini. Ada yang ingin mama bicarakan dengan kalian" ucap mamanya dan dituruti oleh keduanya.

"Mama gak mau basa-basi. Mama ada surprise untuk kalian! Tiket Honeymoon ke Bali!" ujar mamanya sumringah begitu mengeluarkan sebuah tiket Honeymoon berwarna merah itu.

"Hah?" batin Zahra. Buru-buru ia menormalkan raut wajahnya.

"Oemar, mama tidak mau tahu, besok adalah weekend. Jadi tidak ada alasan kerja untuk kamu tidak pergi!" ucap Mamanya.

Oemar kemudian tersenyum.

"Mama sebenarnya tidak usah repot-repot seperti ini, kita sebenarnya memang sudah ada merencanakan untuk honeymoon kan sayang?" ucap Oemar menoleh kearah Zahra seraya kemudian menggenggam tangan gadis itu.

Wedding on Paper ✓TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang