8| Cemburu?

5.6K 363 9
                                    

"Meski ini hanya pernikahan diatas kertas, namun saat ini kau menyandang nama keluarga Ghassan"

~Wedding on Paper~

KINI Zahra sudah siap. Ia sudah rapi dengan dress panjang sederhana berwana peach dipadukan dengan hijab pashmina berwarna abu membuatnya terlihat anggun. Begitu ia keluar kamar, ia tertegun, ternyata Oemar sudah berdiri di depan pintunya.

"Apa dia sudah lama menungguku?" batin Zahra bertanya.

"Ayo kita turun," ucap suara berat itu kemudian. Zahra pun mengangguk dan mengikuti langkahnya.

Kini mereka sudah sampai di tempat makan malam yang telah disediakan. Zahra dibuat takjub dengan tempat ini, pemandangan laut dibawah sana ditambah kelap kelip lampu disekitar serta dekorasi estetik tempat itu dengan nuansa perpaduan Bali modern membuat Zahra terkagum melihatnya.

Tetapi Zahra kemudian merasa ada yang aneh. Hanya ada satu meja dan dua kursi disana dan tidak ada pengunung yang lain.

"Selamat malam Tuan dan Nyonya Ghassan," sapa seorang pelayan begitu mereka datang.

"Malam," balas Zahra ramah. Sedangkan pria itu hanya mengangguk tipis.

"Benarkan kataku, pria ini tak ubahnya seperti tongkat dingin" batin Zahra begitu melihat respon pria itu.

"Silakan duduk Tuan dan Nyonya," ucap pelayan itu mempersilakan.

"Terimakasih," jawab Zahra lagi.

Dan lagi-lagi Zahra dibuat takjub. Meja ini ditata dengan sedemikian rupa. Terlihat begitu mewah dengan lilin ditengahnya yang memberikan kesan romatis.

"Pak, kenapa tidak ada pengunjung lain selain kita?" bisik Zahra begitu duduk.

"Ini private dinner," jawab pria itu datar nyaris tanpa ekspresi.

"Apa ini rencana Mama?" bisik Zahra.

"Ya," jawab pria itu singkat.

"Kenapa anda tidak memberi tahu saya sebelumnya?" Zahra tak terima.

"Apa penting untuk saya memberitahu kamu?"

Jlebb

Kalimat pedas pria itu sukses membuat Zahra bergidik, tak mampu lagi berucap. Sontak suasana menjadi semakin canggung, hingga kemudian pelayan datang membawakan makanan.

"Silakan menikmati hidangannya Tuan, Nyonya." Zahra hanya mengangguk pelan, ia sempat terdiam melihatnya. Semua hidangan itu jelas terlihat sangat mahal, seketika rasa insecure-nya muncul. Bisa dikatakan ia belum pernah merasakan dinner semahal seperti ini.

"Apa kau hanya akan menatap makanan itu?" ucap suara berat di depannya.

"Hahh? ti..dak," jawab Zahra sedikit gelagapan.

Merekapun kemudian makan dengan khitmad tanpa ada pembicaraan apapun, hanya suara dentingan sendok yang terdengar . Setelah mereka menyelesaikan makanannya, suasana mendadak menjadi canggung. Tak lama kemudian muncul seseorang yang bermain biola.

"Silakan Tuan dan nyonya," ucap pemain biola itu.

Oemar yang mengerti itu kemudian berjalan kearah Zahra lalu mengulurkan tangannya.

"Hhh?" Zahra tak mengerti. Oemar memberikan kode gerakan kepala agar Zahra menyambut uluran tangannya. Namun Zahra yang polos tak juga mengerti.

Melihat Zahra yang masih terpaku karena bingung, pria itu kemudian membuka suara. "Ayo kita berdansa"

Wedding on Paper ✓TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang