"Padahal ia tahu betul bahwa hubungan ini hanyalah sebatas di atas kertas"
~Wedding on Paper~
.
.
.
MEREKA telah selesai melaksanakan sholat isya dan makan malam, namun tak ada tanda-tanda Oemar akan membawanya pergi dari sini. Akhirnya Zahra pun memberanikan diri bertanya.
"Tuan, apa kita akan bermalam disini?"
"Mm." Pria itu hanya berdehem tanpa mengalihkan pandangan dari tab-nya. Melihat itu, Zahra pun kemudian memilih menonton televisi yang ada dikamar itu sambil tiduran.
Tak lama terdengar suara bel pintu .
Tingning...
Oemar yang mendengar itu langsung bergegas. Zahra hanya melihat heran. "Siapa kira-kira yang datang?" batinnya.
Tak lama pria itu membawa beberapa berkas-berkas.
"Apa orang yang tadi datang untuk mengantarkan berkas-berkas itu?" batinnya lagi.
Dan benar saja, pria itu kemudian makin sibuk dengan tab-nya dan berkas-berkas itu.
"Aish. Dan meski masih disini dan sudah malam ia masih saja bekerja?" gumam Zahra heran. Zahra hanya menggeleng pelan kemudian melanjutkan fokusnya menonton televisi. Dia jadi penasaran bagaimana serial-serial di Uni Emirat Arab ini, apakah jauh beda dengan Indonesia?
Hingga sekarang menunjukkan hampir pukul sebelas malam, Oemar masih sibuk dengan pekerjaannnya itu. Melihat itu, membuat Zahra kemudian membatin."Ternyata dia memang benar-benar pekerja keras. Bukan-bukan!! lebih tepatnya gila kerja. Pantas dia bisa kaya raya tajir melintir seperti saat saat ini, belum lagi harta warisan orangtuanya, sungguh aku tak tahu istilah apa lagi yang tepat disematkan pada pri itu."
Oemar yang menyadari diperhatikan langsung menoleh.
Deg
Cepat-cepat Zahra membuang muka ke arah lain. Ia kembali pura-pura fokus dengan tontonannya. Tak lama rasa kantuk menghampirinya, ia pun kemudian akhirnya memilih tidur.
Sebelum tidur, tak lupa Zahra meletakkan dua bantal guling di tengah-tengah kasur. Karena memang hanya ada satu kasur di sini dan satu sofa kecil yang tak bisa digunakan untuk tidur.
oOo
Oemar baru menyelesaikan pekerjaannya pukul 12 malam lewat. Begitu ia melihat ke arah tempat tidur, Zahra sudah terlelap dengan nyenyak disana. Melihat perempuan itu membuat Oemar kemudian menyunggingkan sudut bibirnya, "bahkan perempuan itu masih saja tak pernah melepaskan hijabnya saat bersamaku, padahal kami bahkan akan memiliki anak," pikirnya.
Ia pun langsung menyusul menuju tempat tidur, entah apa yang merasukinya tadi, ia sengaja memesan kamar dengan satu tempat tidur big size, padahal bisa saja ia memesan kamar dengan dua single bad di dalamnya.
Zahra terlihat tidur begitu nyenyak. Membuat Oemar kemudian begitu berhati-hati menaiki tempat tidur, ia takut pergerakannya akan mengganggu tidur Zahra.
Oemar sebenarnya masih belum begitu mengantuk, sekarang ia hanya setia menatap langit-langit kamar itu. Tiba-tiba ia memikirkan kandungan Zahra. Kandungannya sudah memasuki 4 bulan, tonjolan perutnya yang sudah mulai membesar semakin jelas. Ia menjadi penasaran dengan pertumbuhan anaknya tersebut. Tak butuh waktu lama, ia kemudian langsung berbalik menghadap kearah perempuan itu, ia kemudian membuang bantal-bantal penghalang itu ke lantai. Dengan hati-hati, ia kemudian memeluk tubuh Zahra yang membelakanginya dari belakang. Dengan hati-hati tangannya kemudian mengusap pelan perut perempuan itu.
Matanya terpejam. Ia dapat merasakan keberadaan anaknya disana.
Dan dari jarak dekat ini, ia dapat mencium aroma Zahra yang menenangkan. Entah sejak kapan ia merasa selalu nyaman dengan kehadiran perempuan itu di sisinya.
Merasakan ada pergerakan di perutnya, membuat Zahra terbangun. Begitu matanya terbuka, ia langsung melihat sebuah tangan kokoh yang memeluknya dan mengusap perutnya.
Deg!
Begitu Zahra hendak berbalik dan melepaskan tangan itu, Oemar langsung menahannya. "Biarlah seperti ini. Aku ingin memeluk anak dan istriku," bisik suara bariton itu di telinganya.
Deg
Zahra sangat mengenali suara itu. "Apa aku tidak salah dengar, dia menyebut kata 'istriku'? Padahal ia tahu betul bahwa hubungan ini hanyalah sebatas di atas kertas!" batin Zahra.
Zahra ingin tetap melepaskannya, tapi entahlah kenapa hatinya kecilnya mengatakan untuk membiarkannya. Ia tidak bisa berbohong, ada setitik rasa membuatnya nyaman di pelukan pria itu. Ia dapat merasakan Oemar tengah merasakan keberadaan anaknya disana dengan penuh kasih sayang, membuatnya kemudian tidak tega menghentikan komunikasi antara seorang ayah dan anaknya tersebut. Dan akhirnya Zahra pun membiarkan mereka untuk tetap diposisi ini.
Zahra tak bisa berbohong, ada rasa nyaman dan bahagia di hatinya. Naluri seorang perempuan dan ibu membuatnya seperti merasakan euforia sebuah keluarga kecil yang bahagia mendapatkan perlakuan seperti ini.
Tisss
Tanpa ia sadari air matanya jatuh. "Jika saja ini adalah pernikahan yang sesungguhnya, pasti aku akan menjadi wanita yang paling bahagia. Tapi-"
"Ah sudahlah, aku tidak boleh berpikiran terlalu jauh!" Ia segera menepis segala pikirannya. Ia tidak boleh melibatkan perasaan dalam pernikahan semu ini. Ia memiliki mimpi, mimpi-mimpi yang telah ia rancang bersama ibunya. Karena alasan satu-satunya hidup di dunia saat ini hanyalah ibunya.
oOo
Suara adzan otomatis di handpone Zahra berbunyi, membangun sepasang insan yang terlelap nyenyak itu. Zahra terkejut begitu membuka mata, karena yang pertama kali ia lihat adalah wajah Oemar!
Deg
"Tu..an!!!"
Ia langsung bangkit, setelah membaca doa bangun tidur cepat-cepat ia langsung menuju kamar mandi untuk berwudhu.
Begitu ia keluar kamar mandi, lagi-lagi ia dikejutkan dengan keberadaan Oemar yang sudah berdiri di depan kamar mandi.
"Tunggu aku. Kita akan sholat berjamaah!" seru pria itu kemudian langsung masuk kamar mandi tersebut. Zahra hanya mengangguk. Ia kemudian membentangkan dua sajadah.
Dan benar saja, setelah itu mereka berdua melaksanakan sholat subuh berjama'ah dengan khidmat.
"Allahu akbar"
....
"Sami'allahu liman hamidah"
...
...
"Assalamualaikum warahmatullah"
"Assalamualaikum warahmatullah"
Setelah selesai berzikir dan do'a, Oemar membalikkan tubuhnya kebelakang menghadap Zahra, entah bisikan darimana Oemar mengulurkan tangannya dan disambut oleh Zahra lalu ia menyalami tangan Oemar.
Tanpa ia duga Oemar kemudiaan mendekat dan mengecup keningnya.
Cup
Deg!
Sontak Zahra terpaku. Hal ini menimbulkan gelenjar aneh di hatinya. Ia tidak tahu, apakah ini adalah mimpi atau tidak. Tapi, bolehkan ia berharap ini adalah nyata? Karena sejujurnya ia pernah memimpikan moment seperti ini apabila kelak menikah dengan pria yang ia cintai.
-oOo-
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding on Paper ✓Tamat
Romance"Ini bukan lamaran. Ini sejenis kesepakatan. Kita akan menjalani pernikahan kontrak selama waktu yang ditentukan" ___________ Berada di jalan buntu, tak pernah terbayangkan oleh seorang gadis yatim bernama Zahra Kirana. Dikejar deadline pembayaran u...