12| Hancur

7K 386 29
                                    

"Ia membeci dirinya sendiri. Ia merasa kotor. Ia merasa hina. Masa depannya sudah hancur!"

~Wedding on Paper~

DRINGGG... dringgg...

Bunyi getar alarm membangunkan Zahra. Matanya mulai membuka menyesuaikan dengan cahaya sekitar. Begitu kesadaran terkumpul, ia merasa aneh, ini bukan sofa yang biasa ia tempati. Ia langsung menoleh ke sebelahnya. "Tuan Oemar!" Ia langsung bangkit duduk. Dan betapa terkejutnya ia sekarang terbangun tanpa sehelai benang pun. Potongan-potongan memori semalam langsung berputar di kepalanya, suara-suara tangisannya memohon dilepaskan hingga terenggutnya mahkotanya terus berputar di kepalanya.

"Tidak! Tidak!" jeritnya histeris seraya menggenggam wajahnya frustasi. Dengan tertatih-tatih ia langsung menuju kamar mandi.

Hikkk Hikkkk

Dibawah guyuran air Zahra menangis tersedu-sedu. Ia membeci dirinya sendiri. Ia merasa kotor. Ia merasa hina. Masa depannya sudah hancur!

Tisss

Tak terkira berapa banyak air matanya yang jatuh bersamaan dengan guyuran air itu

Hikk Hikkkkk

***

Oemar terbangun dari tidurnya. Ia sama kagetnya dengan Zahra mendapati dirinya yang terbangun dengan tubuh polos.

Susah payah ia mengingat apa yang terjadi semalam. Susah payah ia mengingat. Namun yang ia ingat, semalam ia pergi ke sebuah club. Karena terjadi sebuah masalah di perusahan membuatnya stress kemudian mendatangi sebuah club malam untuk menenangkan diri. Disana ia minum cukup banyak. Dan ia ingat, ada seseorang perempuan memberikannya segelas minumam, namun tak lama setelah meminum itu ia merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia sadar, sepertinya ada obat perangsang yang sengaja dimasukkan di minumannya tadi. Tak ingin hal buruk terjadi, ia memilih untuk langsung pulang. Untunglah ia membawa supir, sehingga ia tak perlu mengemudi dalam keadaan mabuk. Karena bagaimanapun seberengsek-berengseknya Oemar, ia bukan orang yang suka main perempuan ataupun suka jajan di luar. Baginya perempuan hanyalah makhluk merepotkan yang akan menghalangi setiap ambisinya.

Samar-samar ingatannya berputar seperti kaset rusak. Sesampai di rumah yang ia temui di rumah adalah Zahra. Namun setelah itu ia benar-benar tidak mengingatnya.

Otaknya mulai menduga. "Apa telah terjadi sesuatu antara aku dan gadis itu?". "Jika benar, dimana dia sekarang?"

Ia kemudian mendengar air shower di kamar mandi. Setelah berpakaian ia langsung mendekat kearah kamar mandi itu. Sayup-sayup ia mendengar suara isak tangis seseorang, dan sepertinya ia mengenali suara itu.

Deg!

Otaknya mulai menghubungkan. Ia masih belum bisa mempercayainya. Segera ia beranjak dari kamar itu. Dengan cepat ia memilih membersihkan dirinya di kamar mandi lain. Tak butuh waktu lama ia sudah siap dengan pakain kerjanya dan langsung menuju kantor. Ia benar-benar tak mampu berpikir jernih saat ini.

***

Setelah lama menangis di kamar mandi, kini Zahra sudah keluar dengan pakaian lengkap. Matanya kemudian mengarah ke tempat tidur. Kosong!

"Kemana pria itu?" pikirnya. Zahra kemudian menoleh ke sekeliling kamar. Tak ada tanda-tanda keberadaannya.

"Cihhh!"

"Seenaknya ia pergi begitu saja setelah merenggut paksa kehormatanku!!! Bahkan pelacur saja dibayar setelah di pakai!"

"Dasar laki-laki brensek!!!" Amarahnya sudah di puncak. Berbagai sumpah serapah sudah keluar dari mulutnya. Padahal ia sudah berencana ingin meluapkan semua amarahnya pada pria itu sekarang. Kilatan amarah begitu jelas dimatanya. Tak ada lagi rasa takut seperti biasanya terhadap pria itu. Rasa-rasanya ia benar-benar ingin membunuh pria itu saat ini juga.

----

Di kantor, semua orang terlihat heran melihat Oemar yang tak biasanya datang pagi-pagi sekali. Bahkan hanya baru ada beberapa karyawan di sana, seperti satpam dan tenaga kebersihan.

"Pagi, Pak." sapa mereka. Oemar hanya mengangguk pelan dan langsung menuju ruangannya.

Begitu duduk di kursi kebesarannya, Oemar termenung. Ia menjadi memikirkan kejadian semalam. Di dalam pikirannya, ia telah merusak gadis itu. Ia benar-benar tidak sadar. Ia berada dalam pengaruh obat dan alkohol saat itu.

"Permisi, Pak." Suara sekretaris yang datang membuyarkan lamunannya.

"Ah, ya?"

"Maaf saya lancang masuk karena sejak tadi saya mengetuk pintu tidak ada sahutan dari anda," ujar Riko sekretarisnya itu.

"Iya ada apa?"

"Ini ada beberapa berkas yang perlu anda tanda tangani, Pak."

"Baik. Taruh saja disana," ucapnya menunjuk ke mejanya.

"Baiklah, Pak. Kalau begitu saya permisi." Oemar pun hanya mengangguk.

---

Sepulangnya di rumah, Oemar tak siap bertemu gadis itu. Ia pun langsung menuju ruang kerjannya. Ia memilih menyelesaikan pekerjaannnya dan tidur disana malam ini.

Sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun tak ada tanda-tanda kedatangan Oemar. Zahra sudah tidak sabar meluapkan kemarahannya. Begitu melihat Bi nah, ia langsung bertanya. "Bi, apakah Tuan sudah pulang?"

"Oh, Sudah Nya."

"Tapi kenapa saya tidak melihat keberadaannya ya, Bi?"

"Saya lihat beliau tadi langsung menuju ruang kerjanya, Nyonya."

"Oh baiklah. Terimakasih ya, Bi." Zahra berusaha terlihat baik-baik saja di depan Bi Tinah. Dengan cepat ia langsung menju ruangan itu.

Tanpa mengetuk pintu ia langsung menerobos masuk.

Brakk!

Sontak Oemar langsung menoleh dan berdiri. "Kau?"

"Plakkk!!!" satu tamparan berhasil mendarat di wajah kokoh pria itu.

"Kau brengsek!!!" umpat Zahra.

"Kau telah merenggut kehormatanku!!!"

"Kau merusak masa depanku!!!"

Gadis itu terus memukul-mukul dadanya. Oemar tak berbicara apapun, ia membiarkan gadis itu melakukannya.

"Maaf. Saya tidak sadar. Semalam saya berada di bawah pengaruh obat dan alkohol."

"Kau bilang tidak sadar???" Zahra semakin naik pitam.

"Lalu bagaimana dengan masa depanku yang telah kau rusak Haaa!!!"

Dia sudah menarik kerah pria itu. Entah keberanian darimana, meski dengan menjinjit karena tingginya hanya sebatas bahu pria itu Zahra terus melayangkan tatapan tajam pada mata elang itu.

Tisss

Ia sudah tidak tahan lagi. Genggamannya pada baju pakaian atas pria itu terlepas. Gadis itu langsung luruh ke lantai. "Masa depanku sudah hancur..." lirihnya.

Hikkk Hikk

Oemar tak bergeming. Ia hanya menatap lurus ke depan. Suasana semakin canggung. Hanya terdengar isak tangis Zahra dan Oemar yang hanya memilih diam.

Hingga pandangan gadis itu mulai kabur dan kesadaaran nya menghilang.

"Zahra!" ucap Oemar begitu gadis itu rebah ke lantai tak sadarkan diri.

Dia langsung mengendong gadis itu dan mencari bantuan. Setelah membawanya ke kamar, ia langsung menelpon dokter. Oemar tak mengerti, namun ia benar-benar khawatir saat ini.

Bersambung...

.

Gimana? Mau lanjut gak???

Follow aku wp sn_aisyaaah dulu ya ^_^


Wedding on Paper ✓TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang