Hai hai hai...
Welkom bek
Upload lagi nih..MOHON BIJAK AREA 18+
HAPPY READING.
-------"Tiga aja deh" pinta Acha dirinya sangat ingin kuah pedas. Seakan mengerti apa yang di bicara kan istrinya Vano menggeleng.
"Satu" ujar Vano enteng yang sedang berganti mangkok bakso milik dirinya.
"Dua setengah" nego Acha yang masih mempertahankan.
"Dua atau nggak sama sekali" titah Vano.
Yang di angguki lesuh tapi tangan nya tetap memasukkan dua sendok tapi dengan skill curang nya, sekali sendok setara dengan dua sendok. Tapi saat akan mengambil sesendok lagi Vano bicara.
"Kalo sakit perut tanggung sendiri" sahut Vano datar. Acha tak berani mengambil, dengan lesu dirinya makan.
Sedangkan Vano menyungging senyum tipis. Tau tau saja teman teman nya yang melihat seakan ingin pindah planet, Ter kecuali Nathan dan Raissa.Setelah selesai makan tujuan mereka sekarang adalah pulang.
"Berapa pak?" Tanya Vano, yah Vano yang membayar sekalian ingin tambah.
Tukang bakso seakan mengitung."Seratus tiga puluh tiga mas"
"Sekalian saya mau tambah bakso nya aja pak, nggak pake kuah" imbuh Vano seraya memberikan uang seratus lima puluh.
"Di plastikin ae mas?" Tanya tukang bakso. Diangguki Vano
"Tiga aja pak, kembalian nya ambil" ujar Vano setelah menerima baksonya.
"Makasih pak" ungkap Vano
"Kula sing matur nuwun mas" di Jawab dengan ramah tukang bakso.(Saya yang terima kasih mas)
"Mas Vano baik banget sih, jadi salting" celetuk Kevin dengan tingkah malu malu nya saat melihat Vano mendekat ke sepeda mereka.
"Lo belok?" Pertanyaan itu terlontar dari si cuek Nathan. Membuat gelak tawa mereka. Sedangkan yang di tertawakan langsung berubah jengkel.
"Astaghfirullah.. gue masih suka donat" keluh Kevin.
"Kevin suka donat? Acha juga suka" celetuk Acha tiba tiba membuat semua menatap datar Kevin. Kevin hanya meringis tak enak.
"Enakkan ini" tukas Vano menyodorkan plastik berisi bakso. Membuat Acha tersenyum lebar dengan menerima.
~~~
Sampai dirumah Acha langsung berganti pakaian tidur, berbeda dengan Vano yang hanya menggunakan celana pendek nya.
Ceklekk
Suara pintu kamar mandi terbuka menampilkan Acha yang menggunakan baju tidur nya.
"Van-" ucapan Acha terpotong saat melihat Vano Shirtless tak menggunakan kaos.
Dengan segera dirinya memalingkan wajah nya, menutupi rona merah di pipi nya. Vano menoleh dan menyadari bahwa istri nya itu sedang salting.
Dengan langkah perlahan Vano menghampiri gadisnya. Acha gelagapan dirinya tak tau harus bersikap seperti apa.
"Apa hm?" Ujar Vano dengan mensejajarkan tinggi nya dengan Acha.
"Hah?! A-apa?" Sahut Acha gugup, meski sikap nya polos ia tau tentang begituan. Sudut bibir lelaki itu melengkung membentuk seringaian.
"Tadi manggil kenapa?" Vano semakin gencar menggoda istrinya ini. Wajah Acha semakin memerah.
"Ng- ngga hmppp" belum selesai bicara tiba tiba bibir nya di bungkam oleh benda kenyal nan cipokable itu.
Vano melumat bibir mungil istrinya itu dengan sedikit kasar seakan tak ada hari esok, ketika merasa tak ada balasan dirinya lali menggigit kecil bibir bawah Acha.
Pekikan kecil keluar dari bibir Acha yang tak disia siakan Vano langsung memangut mengabsen gigi putih Acha dan bermain dengan lidah Acha.
Selama beberapa menit Acha lalu memukul mukul dada Vano, seakan mengerti pangutan Vano melepas.
Acha meraup udara secara rakus. Vano terkekeh lalu membersihkan Saliva mereka berdua di bibir Acha."Balas Cha" Pinta Vano yang tetap menatap intens istrinya itu. Acha menatap Vano seakan tak tau bagaimana cara nya.
"Kayak makan es krim" ujar Vano lalu mendekatkan wajah nya. Acha dapat merasakan hembusan nafas lelaki di depan nya menerpa wajah nya.
"Siap?" Tanya Vano, Acha mengangguk ragu.
Vano langsung menyambar bibir Acha melumat dengan pelan menunggu balasan sang istri. Acha membuka bibir nya lalu mulai membalas dengan kaku. Vano tersenyum di sela sela pangutan mereka.
Vano tak tinggal diam dia mulai mengarahkan kedua tangan Acha ke lehernya. Dengan sekali hentakan dirinya mengangkat pinggang Acha, dirinya mulai melangkah ke kasur mereka.
Merebahkan Acha pelan tanpa melepas pangutannya. Serasa Acha akan kehabisan nafas dirinya berpindah ke leher Acha menyesap menggigit kecil dan meninggal kan bekas merah keunguan.
"Eughh Vanohh" lenguh bercampur desahan itu membuat Vano semakin bergairah. Dirinya bergantian memangut kembali bibir Acha.
Tangan nya tak tinggal diam mulai melepas kancing piyama Acha. Membuang nya sembarangan. Terlihat lah payudara Acha yang menyembul dari bra nya.
Vano melepas pangutan nya untuk melihat keindahan tubuh istrinya nya itu. Acha sudah seperti kepiting rebus.
Vano terperangah payudara besar nan putih bahkan lebih besar yang ia bayangkan. Aktifitas terganggu oleh tangan yang mengahalangi.
"Acha malu" ungkap Acha memalingkan wajah nya malu.
"Sttss... Acha istri Vano, Acha seharusnya nggak boleh malu sama Vano" suara serak itu berkata,
"Emang gitu yah?" Tanya Acha dengan raut keheranan dirinya tak tau saja Vano mulai menyeringai dengan perlahan menyingkirkan tangan yang menghalangi keindahan duniawi nya.
"Buktinya Vano nggak malu" tak gencar untuk memengaruhi pikiran sang istri.
Dengan polos nya Acha mengangguk percaya.Vano mulai meremas kecil payudara montok yang masih menggunakan bra tersebut.
"Ahh" desahan kecil keluar membuat Vano semakin gencar meremas kedua nya dan dengan segera melumat bibir istrinya.
Tangan kanan nya merambat ke punggung Acha. Mencari pengait benda yang menangkup gunung istrinya.
Klik..
Terlepas sudah Vano langsung menarik dan membuang nya ke lantai.
------
Eitsss....Part selanjutnya yh?!
Babay....
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI FIGURAN POLOS
Fantasi"kamu nggak boleh deket deket sama dia" ucap Vano. entah mengapa dia merasa tersaingi oleh laki laki itu. "Tapi kan Karel baik, Acha suka"ucap Acha dengan wajah cemberut nya yang menambah kadar keimutan nya. Dan itu membuat Vano ingin mencubit pipi...