Cukup asik keluar sekolah tanpa drama pengejaran atau suara pistol. Kami sampai ruko dengan selamat. Bosan mungkin Jeff dan Hercules mengejar tetapi tidak ada hasil.
Rovel menata kursi kayu di depan gerbang. Sore hari tidak begitu panas karena ruko-ruko sebelah menjulang tinggi dan menutupi ruko Rovel. Kursi panjang berhadapan dan meja kecil dari kayu juga. Sepertinya itu sudah ada sejak keluarga Rovel tinggal di sini.
"Mau jus?" tawarku.
"Boleh."
"Pakai gula atau madu? Aurel baru beli madu tadi."
"Pakai senyum kamu aja boleh, gak?"
Aku tersenyum. Hubunganku dengan Will tidak sereceh dengan Rovel. Tapi mereka sama-sama selalu membuatku salah tingkah.
"Gombal." Aurel menoyor pundak Rovel. "Nih es jeruk segar. Gak pake gula. Bebas diabetes."
Aurel datang membawa satu teko es jeruk."Lah gak manis, dong."
"Katanya mau pake senyumnya Elena. Gimana, sih," balas Aurel.
Hahaha, kena juga 'kan.
Kami menikmati es jeruk sedikit manis sambil melihati lalu lalang kendaraan. Ruko sebelah kami tetap antre, mereka peralatan rumah tangga.Tagar patah hati satu sekolah tersemat pada salah satu akun gosip paling update di sekolah. Video Rovel mengelus-elus atas kepalaku di perpus tadi menjadi unggahan dengan komen paling banyak.
Padahal Olivia anak baru, udah gercep aja.
Katanya duduknya sebelahan, ih, jadi pingin pindah kelas.
Kata Aurel, mereka udah kenal sebelum satu sekolah.
Awas kegep Aurel kalau kita ngomongin Olivia.
Aurel lebih galak dari Olivia, kalian bisa dikasih racikan kimia gibahin temen deketnya.
Rovel udah taken, gaes. Tobat.
Anak Pak Roman udah berpawang sekarang.
Rovel romantis banget, pingin jadi Olivia.
Aku tidak membaca komentar selanjutnya. Masih banyak lagi emoticon patah hati yang mereka berikan.
Aurel juga terseret dalam obrolan mereka. Mirip seperti kakak senior galak."Rel, sesekali baca komentar akun SweetieLips, deh. Lo digibahin nih." Aku menyodorkan gawai.
"Paling juga bilang gue galak," tebak Aurel. Hahaha benar sekali.
"Selain pelit contekan, aura ke galakkan Aurel melebihi bokap gue," sahut Rovel.
"Biar gak ada yang nyontek makanya gue galak. Enak aja gue belajar semalam penuh, mikir jawaban, mecahin rumus, begadang sampai mata sipit, kalian cuman ngorok dan paginya tinggal nyalin."
"Mulai 'kan ceweretnya. Ini masih sepuluh persen," tandas Rovel.
Mulai, dua orang ini selalu berdebat tidak mau mengalah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ELENA GAURA
Teen FictionBagaimana bisa Rovel mengetahui kalau aku Elena Gaura anak seorang mafia besar. Padahal aku mencari kehidupan baru di kota ini sebagai Olivia Gaura, nama baru yang berarti kedamaian.