Kantin SMA GALAKSI sudah penuh.
Rovel melambai, dia sedang dikerumuni beberapa murid perempuan.
"Anak-anak centil itu lagi? Mereka suka Rovel dari apanya sih?" heran Aurel melihat adik kelas yang selalu caper di hadapan Rovel.
"Ya 'kan sang ketua geng motor udah keluar dari kelas."
"Duduk sini aja, El, ngerusak aesthetic aja adik kelas itu. Ntar mie ayam ini berubah jadi hambar."
Aku menurut, di meja Rovel terlihat sesak.
"Lo gak bosen setiap hari makan mie ayam?" tanyaku. Hari ini aku memilih bakso.
"Enggak. Mie ayam Mbak Wati itu paling enak dari semua makanan di kantin."
"Bakso juga enak."
"Enggak. Kuahnya terlalu banyak MSG. Gak baik buat otak kita, Elena."
"Aurel, bukannya mie ayam juga ada MSG-nya?"
"Iya sih, tapi mie ini kan karbohidrat, udah gak perlu makan nasi."
"Ah, terserahlah, Rel. Yang penting kita makan kenyang."
"Kalian tega banget biarin gue disiksa sama mereka." Rovel memboyong baksonya ke tempat kami.
"Puasin ya Sayang ngobrol sama cewek-cewek itu," sahutku.
"Harusnya kamu yang duduk di sana sama aku, Yang. Lo juga Rel, manfaatin kegalakkan lo buat ngusir mereka."
"Siapa suruh keluar duluan tanpa kita, lagian mereka gak akan centil kalo lo gak tebar pesona," sengit Aurel.
"Itu membuktikan kalau gue banyak fans! Tebar pesona dikit aja udah pada nempel."
"Kamu tebar pesona, ya. Iihh, sana pergi!" Aku memukul Rovel dengan sendok.
"Enggak, Sayangg. Mereka yang tebar pesona sama aku."
"Gak mungkin El, mana ada sejarahnya Rovel gak genit sama cewek," timpal Aurel.
"Lo jangan kompor, ya, Rel." Rovel protes.
Door!
Door!Sontak Rovel meraih tubuhku dan Aurel. Memeluk dan melindungi kami karena tembakan muncul tiba-tiba.
Seisi kantin berteriak dan segera bersembunyi di bawah meja.
"Rel, bawa Elena keluar dari sekolah. Jeff dan satu orang di sini," perintah Rovel.
"Ayo El," ajak Aurel.
Aku memerhatikan sekitar. Setidaknya hanya Jeff yang mengacau, Rovel bisa bereskan sendiri.
"Romeo!!" teriakku saat satu dari mereka muncul dengan Romeo yang terkulai lemas. Dia melemparkan Romeo ke lantai.
Aku langsung berlari menuju mereka. Tangan Aurel terlepas dari genggamanku. Kami urung pergi dari kantin ini.
"Elena!" pekik Aurel aku tidak peduli.
Dor!
"Au!"
Sial, tanganku tertembak. Jeff bahkan tidak membiarkan aku menyentuh tubuh Romeo.
"Kalo ada yang mendekat. Anak manja ini mati!" ancam Jeff. Pistolnya sudah menempel di pelipisku. Jika bergerak sedikit mungkin Jeff akan menarik pelatuk.
Sekarang, guru-guru mendekat. Kepala sekolah, satpam juga. Mereka terkejut melihatku tersungkur di lantai dengan diacungi pistol.
Bug!
Bug!Aurel menghantam kursi ke punggung teman Jeff dari belakang. Dia langsung jatuh dam pistolnya terlempar.
Rovel bergerak maju menyahut pistol itu."Lo nembak Elena, kepala lo juga hancur!" balas Rovel mengarahkan pistol itu ke kepala Jeff.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELENA GAURA
Teen FictionBagaimana bisa Rovel mengetahui kalau aku Elena Gaura anak seorang mafia besar. Padahal aku mencari kehidupan baru di kota ini sebagai Olivia Gaura, nama baru yang berarti kedamaian.