Romeo bangkit dan berjalan tertatih ke arahku. Arah berlawanan dengan Jeff tadi. Semakin mendekat, aku bisa mendengar langkah kaki berat itu.
Aku langsung menghambur memeluknya saat tepat di tikungan tempatku berdiri. Ari mata sudah lolos membasahi hoodie hitamnya.
"Lo bego, kenapa gak ngelawan Jeff," cecarku seraya sesenggukan.
"Semakin gue ngelawan, badan gue hancur, El. Gak papa, gue baik-baik aja, kok." Romeo mengelus atas kepalaku.
"Gue gak sanggup liat lo terus-terusan jadi pelampiasan mereka."
"Its okay, Elena."
"Malam ini tidur di tempat gue, ya?"
"Enggak usah."
"Lo mau tidur di mana?"
"JPO."
"Udah jangan nolak. Cuman malam ini, Romeo." Aku memaksa.
Sudah tidak ada manusia lain sepanjang ruko. Aku memapah Romeo yang kesulitan berjalan. Kakinya memar karena tendangan Jeff tadi.
Romeo meminta tidur di sofa luar. Sofa usang yang akan di buang Rovel kemarin, sekarang berguna. Aku mengambil selimut untuk dia malam ini. Awalnya menolak, aku memaksa juga karena udara akan semakin dingin menjelang pagi hari.
***
"Elena kita bakal telat, ayo bangun."
Samar aku mendengar suara Aurel. Rasanya baru lima menit tidur sudah pagi saja.
"Duh, masih pagi juga, Rel," keluhku.
"Pagi dari hongkong? Jam tujuh, nih."
Aku menjingkat tidak percaya. Kuraih gawai dan melihat jam. Aduh, tidak bisa ya mundur ke jam enam lagi.
"Gue tunggu di mobil sama Rovel. Dua puluh menit harus selesai. Oke." Aurel menunjuk jam tangannya.
Rovel dan Aurel menunggu di mobil, aku menyahut sepatu dan memakainya di mobil saja. Aurel berkali-kali berteriak. Aku tahu sepuluh menit lagi bel berbunyi. Saat mobil berjalan, aku baru ingat kalau Romeo tidur di sofa. Sontak aku menoleh kanan tepat pandanganku mengarah ke sofa usang. Hanya ada selimut terlipat rapi di ujung sofa, ke mana Romeo.
“Kenapa Sayang? Ada yang ketinggalan?” tanya Rovel. Aku menggeleng sambil berpikir tidur macam apa sepagi ini sudah tidak ada.
“Lo balik jam berapa, Elena? Sampai kesiangan kayak gini,” protes Aurel di sampingku.
“Satu malam kayaknya. Lo juga tidur jam berapa kok gue balik udah tidur aja?”
“Ngantuk gue tidur sebelum jam dua belas,” balas Aurel sambil membenarkan kacamata.
Jalan sudah macet, jadi Rovel mengambil jalan tikus masuk di perkampungan agar cepat sampai sekolah. Aku tahu jalan ini akan sampai di gedung belakang SMA Galaksi, dan nanti akan masuk lewat kantin.
Ternyata banyak anak sekolah yang memilik jalan ini. Mereka menggunakan motor jadi lebih cepat tanpa harus berdesakan dengan pengendara lain di jalan raya.
***
“Gue pulang sama Romeo semalam.”
Serentak Rovel dan Aurel menatapku. Acara makan kami terhenti.
“Gue ke JPO, dan anak buah Hercules tahu kebiasaan gue itu. Romeo dateng dan bawa gue sembunyi.” Aku sedikit mengarang tidak seperti kejadian sebenarnya.
"Gue curiga, Romeo gak mungkin baik gitu aja gak sih?" terka Aurel.
"Kayaknya kamu lebih seneng habisin waktu sama Romeo ketimbang aku." Rovel berdiri dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELENA GAURA
Teen FictionBagaimana bisa Rovel mengetahui kalau aku Elena Gaura anak seorang mafia besar. Padahal aku mencari kehidupan baru di kota ini sebagai Olivia Gaura, nama baru yang berarti kedamaian.