Arnius dan Regen yang kini dalam perjalanan menuju markas kepolisian Kota Sion tampak saling melempar pandang terkadang diselingi seringai masing-masing.
"Kenapa? Apa ada yang ingin kau katakan padaku?" tanya Arnius dengan suara dinginnya.
"Aku hanya penasaran kenapa hubunganmu dengan Ketua Naga Hitam tak begitu baik? Seperti ada 'sesuatu' di antara kalian." Regen melirik Arnius seraya mengangkat salah satu alisnya.
"Apa sekarang kau alih profesi, Komandan?" sindir Arnius seraya malas menatap Regen.
"Haha, anggap saja itu bagian dari interogasi." Kelakar Regen dan langsung kembali ke mode on seriusnya. "Jika kau ingin selamat dari hukuman yang lebih berat, maka katakan semuanya padaku!"
"Heh, atas dasar apa aku harus mengatakan semuanya padamu, Komandan? Apa macam ini interogasi yang dilakukan tiap polisi macam dirimu?" seringai Arnius.
"Mengenai bisnis yang dijalankan oleh sepupumu, aku yakin kau terlibat di dalamnya. Berapa banyak wanita yang telah kalian kirim ke luar negara ini?"
"Ckckckck, kau bilang kau terobsesi sangat denganku, Komandan. Tapi, bisnis apa yang kujalankan kau tak tahu? Siapa informanmu, huh? Payah sekali," ledek Arnius.
"Obat-obatan terlarang, senjata gelap, judi, rumah pelacuran, perdagangan manusia, apa lagi? Oh, atau kini kau terlibat dalam penjualan organ dalam manusia?"
Arnius hanya diam dengan tangan terborgol di kedua tangannya. Iris biru langitnya menatap ke arah luar dari balik mobil yang ditumpanginya. Tak berapa lama, ia dan Regen tiba di markas kepolisian dan kembali, sang Naga Merah dimasukkan ke dalam "hotel dingin" dengan tingkat keamanan super ketat dan tinggi.
"Awasi dia 24 jam! Dia adalah tahanan 'spesial'! Jangan biarkan ada orang lain selain petugas yang masuk ke dalam selnya dan ...." Regen melihat dari balik pintu tertutup penjara paling ditakuti di Kota Sion. "Jangan berikan dia apapun, terutama dari orang luar! Satu saja dari kalian melakukan kesalahan, yang lain akan menerima pula hukumannya!" tegas mengancam Regen dengan lirikan tajam matanya.
"Siap, Komandan!"
Regen menarik nafas panjangnya. Menatap pintu besi yang tertutup rapat, bahkan seekor nyamuk pun tak akan bisa menembus rapatnya pintu warna abu-abu itu. "Sigh, benar-benar orang yang menyusahkan." Regen berjalan meninggalkan "rumah" baru Arnius, sementara sang Ketua Naga Merah yang saat ini berada di dalam "hotel dinginnya" berbaring dan menatap langit-langit berwarna putih pucat sambil bersiul santai. Seakan telah melupakan apa yang terjadi hari ini, Arnius tampak tenang mengganjal kepalanya dengan kedua tangannya di kasur yang keras dan dingin, jauh dari kata mewah dan nyaman.
'Sepertinya aku harus segera menuntaskan dendam-ku! Sudah cukup aku bermain--main dan mencari sedikit "ketenangan" di tempat ini.' Arnius segera bangun dari pembaringannya dan duduk tegak dengan menyatukan kedua tangannya membentuk segitiga. Senyum seringai terpancar dari wajahnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Tiba-tiba ....
BRUKKKK!
BRAK!!!!!
Sebuah mobil jeep besar yang dilengkapi dengan bemper ARB meringsek dan menabrak dinding markas kepolisian Kota Sion yang terkenal dengan tingkat keamanan yang tinggi dan canggih. Bunyi yang keras dan tubrukan yang tiba-tiba tentu saja membuat anggota kepolisian lainnya yang sedikit bersantai sangat terkejut dan bahkan menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
"TEMBAK! HANCURKAN SEMUANYA! JANGAN SISAKAN MEREKA!" teriak seorang pria yang berdiri di sebuah jeep off-road dengan memegang century arms draco di tangannya.
"Tuan, kami tak dapat menemukan ketua!" ujar anak buah Arnius menghadap pria berkumis memakai jas warna hitam dan menghisap cerutu.
"CARI DAN TEMUKAN SAMPAI DAPAT, BODOH!" Pria itu turun dari mobil off-roadnya dan mencengkram kerah baju salah satu petugas polisi yang ada di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Liar Sang Mafia
ActionWARNING : 21++ (BACAAN DEWASA, AREA PENUH KEKERASAN DAN TAK PATUT DITIRU!!!) HARAP BIJAK SEBELUM MEMBACA!!!!!! NO PLAGIARISME!!! TULISAN INI ADALAH MURNI MILIK ALEXA ANENDRA Arnius Nagendra, pria dengan masa lalu kelam yang kini kembali menuntut...