Regen segera meninggalkan rumah sakit dan melaju kencang di aspal Kota Sion yang hingar-bingar dan panas. Sepanjang jalan dia terus menghubungi ponsel putrinya, namun tak jua diangkat. Panik dan khawatir dengan keadaan putrinya, Regen semakin mengencangkan mobilnya. Pria ini pun menghubungi Arnius namun tak mendapat hasil yang dia inginkan.
"Ah, sial! Kenapa tak ada yang mengangkat teleponku!" Regen membanting ponselnya.
Tak lama, dia tiba di teras rumahnya dan membuka pintu rumahnya, berteriak bagaikan orang gila yang baru keluar dari rumah sakit jiwa.
Agatha dan Arnius yang mendengar Regen berteriak memanggil putrinya, turun bersamaan dan tiba-tiba ....
BUAGHHH!!!
"Ayah!! Tuan Arnius!" pekik Agatha terkejut sang ayah memukul Arnius dengan telak hingga terjungkal.
"Tuan Arnius ...."
"Tak usah kau tolong dia! Laki-laki itu bisa berdiri sendiri!" ucapnya menggulung kemejanya sebatas sikut.
"Ayah, apa yang akan Ayah lakukan?" tanya Agatha masih jetlag dengan perbuatan bar-bar sang ayah.
"Kau tak usah ikut campur, Agatha! Cepat masuk kamarmu sebelum Ayah berubah pikiran! Dan kau, ikut aku!" Regen segera keluar rumah dan membuka pintu dekat ruang makan yang berbatasan langsung dengan halaman belakang.
"T-Tuan Arnius, Anda ...." Agatha hendak menolong Arnius, namun segera ditepis olehnya. Agatha lagi-lagi terkejut dengan sikap tamu ayahnya. Rambutnya yang panjang di depan membuat mata amber milik Arnius tak jelas menunjukkan ekspresi wajahnya. Tanpa banyak kata, dia berdiri dan pergi mengikuti Regen.
"Tutup dan kunci pintunya!" perintah Regen memunggungi Arnius.
Arnius tak berkata dan bertanya apa-apa mengenai tindakan Regen.
"Apa Agatha masih berdiri di sana?" tanya Regen yang kini memutar tubuhnya menghadap Arnius.
"Kau yang tahu bagaimana perangai putrimu, kenapa tanya padaku? Dan kenapa kau memukulku tiba-tiba, hah!" Arnius memekikkan suaranya.
"Kelepasan," sahut Regen santai.
"Apa! Kelepasan?"
Arnius yang marah menghampiri Regen dan balik menghajarnya! Pria yang biasanya tak senang diremehkan dan diserang ini tampak terlihat pasrah ketika Arnius melayangkan pukulannya yang membuat Regen terjungkal hingga mengeluarkan darah dari ujung bibirnya. Agatha yang masih berdiri di ruang tamu segera berlari, berteriak, dan menarik pintu geser yang sebelumnya telah dikunci oleh Arnius. Namun sayangnya, teriakan Agatha sama sekali tak terdengar oleh keduanya. Arnius menengok ke belakang dan hanya bisa melihat gerakan bibir serta ekspresi kesedihan juga keterkejutan Agatha.
"Hah, jadi begitu rupanya!" Arnius menyeringai, menghampiri Regen yang masih terlentang di tas rerumputan hijau halamannya. "Otakmu benar-benar tak waras, pria botak!" umpat Arnius berdiri melirik Regen.
"Hah ... hah ... haha," Regen tertawa lebar dan kini duduk di atas rerumputan halamannya. "Apa kau tahu siapa yang baru saja aku temui, Arnius?"
"Siapa?"
"Ketua kelompok Kobra, Donovan!"
Arnius sama sekali tak memberikan ekspresi terkejut, dia justru menarik nafas panjang dan berkata, "Jadi kau kesal dan melampiaskannya padaku hanya karena kelompok ular keket itu?" cibir Arnius lagi.
"Bukankah mereka yang telah membuatmu merasakan ranjang rumah sakit, hah?"
"Ya, tapi aku tak peduli dengan mereka ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Liar Sang Mafia
ActionWARNING : 21++ (BACAAN DEWASA, AREA PENUH KEKERASAN DAN TAK PATUT DITIRU!!!) HARAP BIJAK SEBELUM MEMBACA!!!!!! NO PLAGIARISME!!! TULISAN INI ADALAH MURNI MILIK ALEXA ANENDRA Arnius Nagendra, pria dengan masa lalu kelam yang kini kembali menuntut...