File Kode Merah

237 7 0
                                    

"Naga Merah? Siapa itu Naga Merah, Nyonya Connie?" ekspresi Agatha tak bisa dibedakan antara terkejut atau penasaran.

"Dia salah satu pemimpin kota ini, selain kelompok Naga Hitam, Nona Agatha," jelas wanita yang disapa Connie itu.

Siapa sih wanita ini? Bikin aku terkejut saja!

"Lalu, apa hubungannya dengan Tuan Arnius ini, Nyonya Connie?" Agatha menunjuk Arnius yang menatap dua wanita di depannya.

"Ah, tidak ... tidak ada, Nona Agatha. Saya kira Tuan ini adalah Arnius sang Ketua Naga Merah. Lagipula, tak mungkin juga kan orang misterius seperti dia berkeliaran dengan bebas di tempat seperti ini." Connie tersenyum kikuk sambil merangkul putranya yang masih berusia lima tahun.

"Oh, begitu. Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu Nyonya Connie. Besok Abby masuk sekolah, ya. Teman-teman yang lain menunggu kedatangan Abby." Agatha membungkukkan tubuhnya setengah, mensejajarkan dengan pria kecil imut pipi bulat di depannya.

Abby, putra Connie itu mengangguk dan melihat ke arah Arnius dengan ekspresi takut. Arnius membalas tatapan bocah kecil itu dan memperlihatkan mata ambernya, Abby langsung bersembunyi ke belakang dan mengeratkan pegangannya di baju sang mama.

"Abby, kamu kenapa?" tanya Agatha penasaran.

"T-tidak apa-apa," ucapnya dengan takut.

"Baiklah kalau begitu, Ibu Guru pulang dulu, ya. Besok kita ketemu di sekolah." Senyum Agatha perlahan meninggalkan bangunan bertingkat tiga itu dan masuk ke mobil. Arnius membungkukkan badannya dan kembali memperlihatkan mata tajam ambernya. "Permisi, Nyonya." Ucapnya dan melambaikan tangan pada Abby.

"Mommy, Abby takut ...." rengek bocah lima tahun itu.

"Takut kenapa, Sayang?" Connie segera merendahkan tubuhnya sejajar dengan malaikat kecilnya.

"Om itu ...." Tunjuk Abby ke arah sedan hitam yang ditumpangi Arnius dan Agatha.

"Om itu, maksudmu supir Bu Guru Agatha?"

Abby mengangguk.

"Kenapa Sayang? Ada apa dengannya?" Connie mengusap lembut rambut putra kecilnya.

"Om itu sangat menakutkan, Mommy. Matanya ... matanya membuatku takut," ucap Abby membenamkan kepalanya.

Connie hanya bisa membelai rambut coklat kemerahan putranya, menenangkannya sambil melihat lurus jalanan yang langsung menuju jalan utama. Aku pun juga merasa bergidik saat pria itu menatapku.

Di dalam mobil, Arnius melepaskan maskernya dan menghirup udara dengan lepas dan bebas. Agatha yang melihat sikap tak biasa dari supir sekaligus pengawalnya itu tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Kenapa Anda terus melihat saya seperti itu, Nona Agatha?" tanya Arnius melirik sekilas sang empunya mata hazel.

"Tidak apa-apa, Tuan Arnius. Hanya, ada satu pertanyaan yang terbesit di benak saya," terang Agatha.

"Apa itu?"

"Apakah Anda memang suka menyembunyikan wajah Anda?"

Arnius melihat Agatha sedikit menyipit. "Maksud Anda?" tanyanya lagi.

"Jujur saja, saya baru pertama kali melihat perilaku seseorang seperti Anda, Tuan Arnius. Maaf, bukan saya bermaksud menyinggung, tapi agak sedikit aneh jika Anda menyembunyikan wajah Anda di depan orang lain, terutama saat ketika saya berhadapan dengan para wali murid atau mengadakan kunjungan seperti ini. Saya tak tahu apa yang akan mereka bicarakan di belakang saya, tapi setidaknya saya minta tolong jika Anda memang tak berniat untuk dimintai tolong oleh ayah, sebaiknya Anda berhenti menuruti keinginan ayah, Tuan Arnius."

Gairah Liar Sang MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang