Naga Teraniaya

1K 19 2
                                    

Arnius yang diseret layaknya seekor ayam tersadar perlahan dan bergumam pelan sembari berkata, "Temukan makam istriku."

Salah satu anak buah Regen yang mendengar suara pelannya melihat sekilas dan tak berkata apa-apa. Segera, ia dimasukkan ke dalam sel bui dan ditinggalkan dalam gelap fan dinginnya Kota Sion.

"Apa kau tak merasa ini terlalu mudah?" tanya salah satu rekannya yang membawa Arnius ke penjara.

"Mudah? Apanya yang terlalu mudah?" sahut rekannya dengan ekspresi bingung serta penasaran.

Menoleh ke sel yang ditempati Arnius, rekannya berkata, "Apa kau yakin dia adalah Arnius Nagendra, sang Ketua Naga Merah yang melegenda itu?" dua alis tipisnya terangkat menandakan keraguan di dalamnya.

"Entahlah, tapi bukankah kau juga telah mendengar dari mulut Komandan jika pria itu memang Arnius Nagendra? Jadi, untuk apa lagi kau tanyakan?"

"Entahlah, aneh saja. Semudah itukah menangkap sang ketua mafia yang mengendalikan kota ini?"

"Heh, jangan lupa! Selain klan Naga Merah, masih ada klan Naga Hitam yang juga sama kuatnya dengan Naga Merah. Apa kau tak ingat beberapa waktu lalu, penyerangan yang melibatkan dua kelompok mafia besar ini cukup membuat kita repot? Sudahlah! Jangan banyak tanya! Beruntung nasib baik menghampiri kita, Ketua Naga Merah sekarang sudah ada di tangan kita." Tawa penuh kemenangan anak buah Regen dan mengajak rekannya kembali ke ruangan.

Sementara itu, di dalam sel, Arnius yang terbangun tertatih, merogoh jas hitam yang dikenakannya, sebuah dompet warna coklat tua yang ada bersamanya dibuka dan sebuah foto yang ia lipat di antara sela kartu-kartu kredit yang ia miliki diambilnya. Siapa sangka, seorang pria yang berjuluk raja elang dari timur dan naga merah ini menitikkan air mata ketika ia melihat wanita dengan iris hazel yang meneduhkan, rambut brunette sepundak, dan senyum sehangat mentari pada akhirnya harus tenggelam dan menutup mata 'tuk selamanya, apalagi kematiannya bukan di tangan orang lain, melainkan di tangan sepupunya sendiri, Janied Marques.

"Anna, maafkan aku! Aku benar-benar tak pantas menyandang status sebagai lelakimu, aku adalah seorang pengecut yang bersembunyi di balik topeng hitam wajahku. Aku ... aku ... aku ....."

Bunyi suara gagang katakana milik Arnius yang dipukulkan di sela-sela jeruji penjara tempatnya ditahan, membuat pria ini seketika menoleh ke sumber suara. "Kau lagi!" ucap Arnius mengepalkan tangannya dan langsung memukul ke arah jeruji penjara.

"Selama kau di sini, kita akan sering bertemu. Jadi, jangan bosan-bosan melihat wajah tampanku, hahaha ....."

"Botak keparat kau, Regen!" Jemari Arnius kini mencengkram kuat jeruji penjara sambil terus menatap musuh bebuyutannya dengan tajam tanpa kedipan mata.

"Aku penasaran, kenapa kau mau menyerahkan dirimu? Padahal yang kutahu kalian adalah kelompok yang anti-hukum dan anti-dipenjarakan. Kenapa bisa?" Sambil mengusap-usap dagunya, Regen layaknya seorang jaksa penuntut yang sedang mencari kesalahan terdakwa. "Kenapa aku harus menjawabnya?" Arnius memalingkan wajahnya.

"Karena jika kau tak mau atau tak bisa diajak kerjasama, maka aku tak dapat menolongmu."

"Kau? Menolongku? Hahahaha ...." tawa Arnius seketika menggema ke seluruh penjara yang hanya dihuni olehnya.

"Yah, mau percaya atau tidak. Yang jelas ...." Regen membalikkan badannya bersiap meninggalkan sel Arnius. "Aku telah mengetahui di mana kuburan istrimu, Anna Marbela," tambahnya dan melangkah menuju pintu keluar ruang tahanan.

"Jangan mengada-ada, Regen!" sahut Arnius tiba-tiba dengan suara beratnya.

"Terserah! Kau mau percaya atau tidak, pilihan ada di tanganmu, aku hanya mencoba berbaik hati pada pria yang mencoba bekerja sama dengan kami." Seringai Regen.

Gairah Liar Sang MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang