Hampir Terbongkar

193 8 0
                                    

Arnius yang menunggu dengan setia sang "majikan" barunya, tak sadar tertidur dengan lelapnya, hingga Agatha menggedor kaca mobilnya dengan sedikit kencang barulah dia bangun.

"Oh, m-maaf Nona Agatha, saya tak sengaja ketiduran." Ucap Arnius cepat-cepat keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Agatha.

"Inilah kenapa saya tak ingin punya supir yang merangkap sebagai pengawal. Apa dikira tugas mereka gampang, ya?" protes Agatha.

"Maaf?" Arnius sedikit terkejut mendengar ucapan Agatha.

"Kenapa? Apa ucapanku ada yang salah?" Agatha lagi-lagi melihat Arnius dengan mata hazelnya yang teduh. Arnius langsung menundukkan pandangannya dan membuka pintu. "Silakan, Nona."

Saat mobil Agatha hendak meninggalkan parkiran sekolah, mendadak seorang temannya mengalami kejadian tak menyenangkan. Dia digoda oleh sekelompok gangster jalanan yang kerap beraksi mengambil uang secara paksa dan bahkan tak segan melukai korbannya, entah itu pria atu wanita, anak-anak atau orang dewasa. Agatha yang melihat kejadian itu meminta Arnius untuk berhenti dan menolongnya, namun ucapan Agatha tak diacuhkannya! Sebaliknya, Arnius terus tancap gas meninggalkan teman   satu profesinya itu.

"Tuan Arnius! Apa Anda tak mendengar ucapan saya, hah? Di sana ada teman saya yang sedang mengalami masalah! Kenapa Anda tak menghentikan mobilnya!" kesal Agatha terus berteriak.

"Jika kita ke sana, kita bisa apa, Nona? Melawan mereka? Apa Nona tak ingat peristiwa beberapa hari yang lalu? Atau Anda memang tipikal orang yang senang mencari masalah?" tanya Arnius melirik Agatha dari kaca tengah mobil yang mereka tumpangi.

"Apa! Lancang sekali mulut Anda! Jangan kira karena Anda tamu ayah saya, lantas saya akan diam diri dan tak berani! Anda salah, Tuan Arnius! Kelemahan seorang pria adalah takluk pada wanita yang berpura-pura lemah dan tak berdaya!"

Arnius hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Agatha.

"Dan kelemahan seorang wanita adalah uang!" balas Arnius santai.

Agatha mendelikkan matanya. Dia tak percaya jika Arnius memiliki tabiat dan perangai yang sangat bar-bar!

"Menepi sejenak!" perintah Agatha.

"Kenapa kita harus menepi?" tanya balik Arnius.

"Saya mau mengambil nafas segar! Terasa sangat sesak dan sempit di dalam sini!" ketusnya.

Arnius mengendikkan bahunya dan tak bertanya macam-macam. Segera dia menyalakan lampu sen ke kanan dan berhenti di sebuah jembatan dengan Sungai Hudson di bawahnya.

"Tolong, Anda tetap di sini! Saya paling tidak suka dibuntuti!"

Arnius menganggukkan kepalanya mengerti ucapan Agatha. Wanita itu berdiri di batas jembatan sambil menghirup udara siang Kota Sion yang sebetulnya tidak terlalu bersahabat. Arnius di dalam mobil, mengirimkan sebuah pesan singkat pada Regen dan melaporkan tentang kejadian yang menimpa teman putrinya itu. Tak lama, saat Arnius masih membalas pesan Regen, Agatha masuk tiba-tiba dan memerintahkannya untuk jalan. Tak ingin diketahui oleh Agatha, Arnius tak punya pilihan lain selain mengikuti ucapan Agatha, meski dia belum selesai mengirim pesan ke Regen.

"Kita mampir sebentar. Ada yang harus saya kunjungi," ucap Agatha.

"Baik, Nona."

Mobil yang membawa mereka berdua menyusuri aspal Kota Sion yang panas dan berangin, Agatha menyandarkan punggungnya, memejamkan matanya dan terdengar menarik nafas panjang dari bibir mungilnya. Arnius hanya melihat Agatha dari balik kaca tengah mobik yang mereka tumpangi. Sungguh, sampai detik ini dia masih tak percaya ada orang yang benar-benar menyerupai mendiang istrinya. Tak satu pun yang terlewatkan, kecuali sikapnya, mungkin. Namun, lebih dari itu, Arnius melihat Anna Marbella ada dalam diri Agatha, apakah mungkin sang istri bereinkarnasi kembali?

Gairah Liar Sang MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang